Chapter 27

627 40 3
                                    

Entah sejak kapan Sarada menjadi nyamuk di antara Boru-Sumi yang asik bersuap ria. Saling menyuapi crepes satu sama lain. Membuat Sarada baper sekaligus iri. Ia sebenarnya juga ingin seperti itu dengan orang yang ia cintai, sama seperti Sumire sekarang. Namun, sepertinya dewi fortuna tak berpihak padanya. Lihat saja, sekarang saja kisah cintanya sudah kandas, bahkan sebelum ia memulainya.

Tak ingin terlalu memikirkan nasibnya, Sarada memilih menjauhi kedua sahabatnya tersebut. Dan berjalan menuju ke dekat stasiun. Entah dorongan dari mana, Sarada memasuki stasiun dan memotret beberapa penampakan stasiun tersebut. Inilah yang disukai Sarada selain berdandan dan jalan-jalan. Yap, memotret.

Manik onyxnya tak sengaja menangkap 2 sosok gadis dan pemuda yang ia kenal. Memasuki sebuah pintu menuju menara di dekat stasiun. Entah dorongan darimana, Sarada mengikuti keduanya sampai di luar menara.

"Yodo dan...Mitsuki ?,"mata Sarada memanas, rasanya ia ingij menangis. Lagi-lagi luka hatinya kembali muncul. Dan lagi kini, pemuda itu berjalan mesra dengan sahabatnya. Sakit. Tak ingin lebih terpuruk lagi, Sarada berniat mendekati mereka berdua. Guna mencari penjelasan tentang apa yang dilihat ini.

Namun, tangannya tiba-tiba di cengkram oleh seseorang. Tubuhnya pun ditarik dan di himpit di pojok pagar pembatas. Mata mengerjap 2 kali, kala melihat sang pelaku.

"Yu-yuuna ?!,"
.
.
.
.
.
.
.

"Berciuman ? Maksudmu...," seakan mengerti arah percakapan Mitsuki, Yodo mengangguk masih dengan wajah memerah. "Aku kira...kita dapat membuat kenangan disini. Tepat di suna, di menara ini. Karena, sebentar lagi kita akan berpisah," jelas Yodo.

Mitsuki masih terdiam, masih berpikir. Ia tak mengira Yodo akan memintanya melakukan hal tersebut. Yang sebisa mungkin ingin ia hindari saat berpacaran. Tapi, sekarang...

"Jadi ?," Mitsuki pun akhirnya tersenyum, detik kemudian ia menggeleng pelan. "Maaf Yodo. Tapi, aku tak bisa melakukannya. Walaupun, aku sangat menyukaimu,"

"Sudah kuduga...," Mitsuki menaikkan salah satu alisnya, bingung. "Maksudmu ?," Yodo mengangguk. "Benar, aku sudah menduganya. Kau masih mempunyai orang yang kau cintai selain aku bukan ?," Wajah Mitsuki masih datar. Tak ada ekspresi keterkejutan diwajahnya. Tak lama ia tertawa kecil.

"Ah, kau ini. Selalu membuatku terkejut," Yodo tersenyum ceria. "Tentu. Karena aku sangat mencintai Mitsuki-kun. Jadi, aku selalu mengawasimu,"

"Stalker, hm ?,"

"Kau benar. Dan...kembalilah kepadanya, dia masih menunggumu loh !," Yodo menyodorkan handphonenya pada Mitsuki. Dan menaruh telunjuknya diatas bibirnya. "Diam ya, Mitsuki-kun. Jangan bilang hal ini pada Sarada,"

Mitsuki mengangguk. Ia memeluk Yodo untuk terakhir kalinya. Sebelum ia pergi dari tempat itu. "Arigattou, Yodo,"
.
.
.
.
.
.
.
.
"Yu-Yuuna !?,"

"Jangan...,"

"A-apa yang kau--,"

"Kubilang jangan !!,"

Belum juga keterjutannya hilang, gadis bersurai merah terang dihadapannya sudah meneriakinya terlebih dulu. Sambil terus mencengkram kedua tangannya.

"Sa-sakit...le-lepaskan...Yu-Yunaaa..," erang Sarada tertahan. Yuuna yang berada dihadapannya kini bukan sosok yang ia kenal lagi. Dia berubah, seakan sedang melindungi sesuatu yang berharga baginya. Dan Sarada tahu apa itu.

"Pa-pacar kakakmu itu....Mitsuki, bukan ?," tebak Sarada. Yuuna terdiam, matanya masih menatapnya tajam. Menimbulkan aura berbeda dari seorang Yuuna Sabaku. Sarada tersenyum miris. Ia tahu apa jawabannya.

"Yuuna, lepaskan aku. Aku ingin bertemu dengan mereka,"

"Tidak akan !! Aku takkan membiarkannya !!," lagi-lagi gadis itu berteriak penuh amarah. "Kau akan menghancurkan kebahagiaan Nee-chan !! Aku tak ingin kau melakukannya !!,"

"Ta-tapi--,"

"Diam Sarada-san !! Jangan paksa aku untuk melakukan kekerasan !!," ancam Yuuna. Salah satu tangan Yuuna yang bebas, mulai mendekati perlahan leher jenjang Sarada dan mencekik gadis itu keras. Membuat Sarada kesakitan dan kesulitan bernafas. Kini cuma satu yang ia butuhkan, yaitu Oksigen.

"Le-lepas--...kan....Yuuna. a--aku i-ngin...bicara...du-du-lu...," Pinta Sarada. Tak lama cekikan di leher Sarada melemas. Segera ia memenuhi paru-parunya dengan oksigen untuk mempertahankan hidupnya. "Gomen. A-aku termakan emosi,"

Sarada memandang gadis yang lebih muda darinya itu. Tersenyum dan menepuk kepalanya lembut. Ia mengangguk. Memaafkan hal yang barusan terjadi itu dan takkan mengungkitnya lagi.

"Tapi, Yuuna. Ijinkan aku menemui kakakmu. Aku hanya ingin minta penjelasan darinya, setelah itu aku akan pergi. Membiarkannya hidup bahagia dengan Mitsuki. Seperti yang kau mau,"

Yuuna tak bisa protes lagi, melihat mata Sarada yang menatapnya penuh harap. Ia tak bisa apa-apa lagi.

.
.
.
.

Saat mereka berdua sampai diatas, hanya ada Yodo disana. Mitsuki, orang yang dicari tak nampak disana. Sepertinya ia telah pergi, simpul Sarada.

Yodo mendekati Sarada dan tersenyum manis padanya. Sementara gadis dihadapan Yodo itu hanya bisa terdiam tanpa kata. "Yo-yodo, aku...,"

"Kau mencari dia, kan ?," Sarada mengangguk. Yodo tersenyum dan membuka salah satu foto di handphonnya. Memperlihatkannya pada Sarada.

"Datanglah kesini. Dia ada disana, menunggumu," ujar Yodo, seakan mengerti makna dari air muka Sarada saat ini. Sarada menatap Yodo berbinar, namun detik kemudian hilang. Ia teringat sesuatu.

"Kau bagaimana ?,"

"Aku ? Jangan perdulikan aku. Kami memang tak ditakdirkan bersama kau tahu. Karena itulah, ini kesempatanmu loh, Sarada," Yodo lagi-lagi tersenyum. Senyum yang selalu Sarada kagumi. Lagi-lagi, gadis ini menyemangatinya.

"Uh-huh ! Arigattou,"

Tak lama setelah kepergian Sarada, Yuuna mulai mendekati kakaknya. Dengan pandangan menunduk, ia bertanya padanya. "Kenapa, Kakak melakukannya ?,"

"Bukankah kakak juga mencintainya ! Ini sama saja membunuh perasaan kakak !! Lagipula--," Ucapan Yuuna terpotong saat Yodo mengelus surai merah miliknya. "Tak apa, yuuna. Ini memang takdir," ujar Yodo. "Dan aku menerimanya...,"

"Tapi...kakak selalu mengalah demi orang lain ! Bagaimana kakak akan bahagia kalau seperti ini !,"

"Yuuna, terimah kasi telah mengkhawatirkanku. Tapi, disini bersamamu aku sudah bahagia kok,"

Ah, lagi-lagi senyum itu. Membuatnya tak bisa memprotes lebih lama lagi. Yasudah, ia menyerah. Yuuna memeluk kakaknya dari belakang. Sambil tersenyum ia berkata, "Hari ini hari yang indah,"

"'Kan !?,"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc...

Alhamdulillah...
Chapter ini selesai juga. Lanjut ke chapter selanjutnya ya ! Minna !

MitsuSara vs MitsuSumi [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang