five

346 44 0
                                    

"maaf,tadi macet"

gue menengok dengan cepat. terkejut mendengar suara itu

suara seorang lucas

"hah?"

gue melirik jam tangan yang terpasang di tangan kiri gue. pukul 17:15. langit sudah berubah menjadi gelap. hari ini sangat mendung,hingga tidak ada senja yang indah

"kok hah? naik"

lucas tetap menjadi lucas. tetap berbicara dengan nada dingin seolah tidak berniat mengantarkan gue pulang kerumah. dada gue terasa sesak,lagi

tuhan,maafkan hambamu yang masih memendam perasaan ini

"gak usah,cas"

gue tersenyum samar,menatap sepatu gue yang sudah hampir lusuh. sengaja gak gue ganti karena malas membeli yang baru. sudah nyaman sama yang ini

"shakila,naik"

tolong lucas,pergi saja. jangan memaksa

"rashandra shakila"

suara dinginnya kembali menghiasi indra pendengaran gue. "lucas,tolong jangan memaksa untuk kali ini"

suara gue malah terdengar menyedihkan. air mata kembali menggenangi pelupuk mata gue,dan sebisa mungkin gue tahan

"la"

suaranya melembut kali ini. gue mendongak,menatap kedua mata indahnya yang bisa membuat siapa saja jatuh kedalamnya

"sudah sore,lala"

gue mengangguk pelan "cas gue bi—"

"terakhir la,gue janji gak akan lagi"

dan kalian tau?
suara lembut seorang lucas,
selalu membuat gue jatuh makin dalam kedalam pesona indahnya

❄️❄️❄️

"makasih ya"

dia mengangguk pelan "gue tunggu besok di halte"

"hah?"

"enggak. udah ya"

belum sempat gue mengangguk,lucas sudah melesat pergi dengan ninja merahnya

gue bergegas masuk ke dalam,sebelum mama bakal marah karena pulang jam segini. sebenernya tadi gue cuma ketiduran aja di perpus,gak nunggu yuqi ataupun apa apa

"assalamualaikum,ma"

gue berjalan kearah dapur dan melihat mama lagi bikin sesuatu. "eh udah pulang ternyata,ganti baju sana. mama udah bikin teh hangat sama cheese cake kesukaan kamu. kita ngobrol sebentar ya?"

perasaan gue sedikit tidak enak,tapi mencoba gue abaikan. gue berlari keatas dan masuk kekamar buat sekedar ganti baju dan cek hp sebentar

lucas
| maaf gak pamit

lala
| maaf ngerepotin

lucas
| gak
| maaf td gue lgsg balik
| maaf

lala
| gak apa apa
| santai aja
read

sesingkat itu pesan teks kita berdua. bahkan baru kali ini kita chatan. meskipun singkat banget sih

"laa"

mama udah berteriak dari bawah,tapi satu pesan masuk ke hp gue dan masih sempat gue baca

zaidan
| kak rashandra?

tapi karena mama sudah memanggil,jadi lah gue tidak sempat membalas. gue berlari menuruni anak tangga,dan melihat mama sudah duduk di ruang makan. gue menarik kursi didepan mama dan mulai meminum teh yang mama buat

"maaf"

hm? kenapa hari ini banyak yang meminta maaf?

"untuk?"

"maaf,surat perceraian sudah selesai diurus. minggu depan mama akan pergi"

gue menghentikan kegiatan gue sebentar "jangan bercanda"

"bukan waktu yang tepat untuk bercanda,kan?"

mama tersenyum tipis "lagipula percuma,disini pun mama gak bisa mengurus kamu dengan benar"

"terbiasa hidup sendiri ya la"

dia berdiri,menepuk pundak gue pelan lalu berjalan meninggalkan gue

seluruh tubuh gue melemas,gue udah benar benar gak punya siapa siapa ya kayaknya? air mata lagi lagi menggenangi pelupuk mata. kali ini tidak berusaha untuk gue tahan

gue menangis,tersedu. menahan badan agar tidak berguncang lebih keras,menutup mulut agar tidak mengeluarkan suara tangisan pilu. yang bahkan diri sendiri pun membenci mendengarnya

tangisan gue semakin menjadi,dunia gue seakan runtuh. sosok orang tua akan benar benar hilang dalam kehidupan gue. badan gue berguncang,gue pun sudah tidak bisa menahan suara pilu yang keluar dari mulut gue. jujur,benci mendengarnya. gue selalu terluka,tapi jarang untuk menangis

menangis adalah hal yang bodoh,apalagi menangisi diri sendiri. tapi jujur,sekarang hidup gue benar benar menyedihkan. tidak tau harus ditangisi atau ditertawakan

dengan tubuh yang masih berguncang,gue memaksakan diri untuk berdiri. naik dan masuk ke kamar lalu mengurung diri,meninggalkan cheese cake yang selalu menjadi favorit gue. dan meninggalkan teh yang masih sedikit mengepul. juga meninggalkan ruang makan yang sekarang terasa menyakitkan jika menginjakkan kaki disana

ya beginilah,
sekarang kalian tahu bagaimana beratnya menjadi seorang rashandra shakila

cold | lucas wongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang