twenty one

161 18 0
                                    

"bagaimana kalau dia selama ini cuma berpura pura? siapa tahu saja dia sebenarnya masih sayang sama lo. siapa tahu saja dia terpaksa menjauh?"

yuqi menyeruput thai tea nya dengan santai sambil menatap lurus ke lapangan. gue cuma terkekeh pelan saja "kalaupun itu terjadi yasudah,biarkan dia bahagia dengan pilihannya sendiri. gue yakin dia punya alasan sendiri untuk melakukan segala pilihannya sekarang" jawab gue pelan. yuqi mau tidak mau mengangguk mengiyakan kata kata gue barusan yang sebenarnya memang terdengar benar

"oh iya,apakabar rendy la?"

pertanyaan yuqi kali ini membuat gue tediam. rendy junardi,dia tidak pernah menampakkan muka lagi didepan gue. bahkan sekedar melihat dia lewat didepan kelas gue saja sudah tidak pernah,padahal itu sudah menjadi rutinitasnya. jujur,gue sedikit merindukan senyumnya yang manis dan selalu dapat membuat gue ikut tersenyum juga

"nggak tahu qi,dia menghilang dari beberapa hari sebelum hari ini. gue sudah tidak pernah lagi melihat muka dia disini. bahkan untuk melihat dia keluar dari kelasnya saja sudah jarang. rutinitas dia yaitu lewat depan kelas kita saja sudah tidak pernah lagi dilakukan. dia kemana ya qi? jujur gue rindu"

yuqi menghela nafas pelan "la la, perasaan lo ini sebenernya untuk siapa sih? lucas,atau rendy?"

pertanyaan yuqi kali ini membuat gue terdiam tidak dapat menjawab. iya juga ya? perasaan gue ini sebenarnya untuk siapa?

"la?"

gue berdeham pelan,mencoba meyakinkan yuqi bahwa gue baik baik saja. "nggak tahu,gak bisa jawab"

"choose one. jangan sampai menjadi serakah sampai ingin dua duanya"

kali ini,gue tidak bisa menutupi fakta bahwa gue sedikit tertegun dengan perkataannya. iya,gue sepertinya memang ingin memiliki dua duanya.

❄️❄️❄️

sore ini gue memberanikan diri berjalan didepan kelas renjun. mencoba mencari keberadaan dia yang akhir akhir ini tidak pernah terlihat lagi di mata gue. jujur,senyumnya yang lembut membuat gue sedikit rindu. dan hal hal seperti itulah yang membuat gue mempertanyakan perasaan gue sekarang

"kak lala,ngapain lewat sini?"

itu jisung. salah satu anak geng lucas dan renjun juga. gue tersenyum tipis,mencoba menutupi segala kegugupan gue karena pertanyaannya

"nggak,tadi habis dari toilet terus mau ke ruang musik dibelakang" jawab gue sedikit terbata,dengan senyum tipis yang tentunya masih menghiasi wajah

"oalah,gak pulang kak?" tanyanya sambil sedikit menunduk. gue menggeleng pelan

"boleh tanya gak?" dia mengangguk dengan cepat. gue mengambil nafas dalam dalam agar kuat menanyakan pertanyaan ini

"renjun ada?"

jisung terdiam beberapa saat,sebelum akhirnya tertawa pelan. "oh renjun kak? udah pulang tadi sama jeha. katanya dia mau ke toko buku dulu"

jeha?

"jeha siapa,sung?"

"jung jeha,adiknya kak jaehyun alumni sini. anak kelas aku kak"

gue mengangguk pelan. oh begitu rupanya. sekarang dia sudah menjaga perempuan lain

"yaudah,makasih ya sung. duluan"

gue tersenyum tipis lagi lalu berjalan meninggalkan jisung ke arah belakang. niatnya sih ke ruang musik buat refreshing aja. sedikit kecewa soalnya

"kak!"

gue menengok,melihat muka jisung yang tampak akan mengatakan sesuatu tapi ragu

"tolong jangan salah paham kak,aleya sama lucas nggak ada apa apa"

"tau darimana?"

"aku sahabatnya kak. you have to know how much he loved you"

gue berbalik badan,memunggungi lucas. air mata gue berlinang

lantas mengapa sikapmu selalu seperti itu lucas,seakan aku memang tidak pernah diinginkan

kadang aku suka bertanya tanya,
sebenarnya aku ini apa sih dimatamu?

cold | lucas wongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang