seven

352 36 1
                                    

"yuqi,tolong tanyain ke lucas dong tugas kelompok udah dikasih tau hasil nilainya atau belum"

gue menyenggol lengan yuqi pelan. respon yuqi cuma mendesah pasrah dan langsung menanyakan ke lucas

"dia bilang gak tau,la. katanya lo suruh tunggu di taman pas pulang sekolah. mau ditanya dulu"

dahi gue mengernyit heran "lah? ya udah qi bilang ke dia gue aja yang tanya nilainya"

yuqi membisikkan sesuatu lagi ke lucas. gue mendengar kekehan pelan lucas yang selalu bikin gue senang kapanpun

aneh emang

"gak la,dia bilang biar dia aja. pokoknya lo disuruh nunggu di taman"

gue menghela nafas pasrah "hh ya udah terserah aja"

"oh iya,gue denger denger dari zaidan lo sering dapet sticky notes kuning sama makanan ya?"

gue terdiam "zaidan siapa?"

"jeno zaidan adhitama,astaga" yuqi menepuk jidatnya kesal sementara hanya gue balas dengan oh

lagian ada nama depan kok panggil pake nama tengah

"ih itu dari siapa la?"

gue mengangkat kedua bahu tanda tidak tahu "kalo gue tau juga gue pasti selalu bilang terimakasih ke dia,song yuqi"

yuqi mengetuk ngetuk pulpennya sambil mendengarkan penjelasan dari guru bahasa inggris kita tercinta ini. tapi gak lama,gue ingat sesuatu

"yuqi,bukannya lucas udah ada pacar? nanti kalau misalnya pacarnya marah gue ketemuan sama dia gimana?"

gue memasang muka cemas,mending gue sendiri yang tanya ke gurunya daripada nanti ujung ujungnya gue harus dilabrak sama cewenya

"ih lebay banget. lagian juga perasaannya lucas gede ke lo kali" kata yuqi sambil cengengesan. reflek gue memukul pundaknya sedikit keras sampai membuat lucas menengok ke meja kami

"berisik" katanya dengan mata sinis dan nada dingin. "maaf" jawab gue pelan

entah kenapa mood gue langsung anjlok,padahal biasanya juga sering diginiin sama lucas. tapi buat kali ini gue ngerasa sakit hati gitu

"lucas jangan gitu,gue juga berisik kok" kata yuqi,dibalas dengan nada sinis juga sama dia. lucas cuma membalas dengan mendenguskan nafasnya. seolah olah benar benar malas dengan gue

"ya udah sih maaf" gue akhirnya membuka suara. dia menatap gue tajam "gak usah ngomong. diem aja"

gue memutar mata,tiba tiba gak mood untuk melihat muka lucas. padahal biasanya udah sering digituin tetep aja suka sama muka gantengnya

"kenapa kok tumben" bisik yuqi di kuping kanan gue yang gue balas dengan kedua bahu gue yang terangkat

"sakit hati digituin"

yuqi terkekeh pelan "itu bukan karena sakit hati digituin,itu karena masih kebawa emosi denger dia udah ada pacar"

❄️❄️❄️

kelas sudah sepi karena anak anak sudah keluar dan menuju rumah masing masing. sore ini yuqi ada rapat osis lagi,dan gue masih mengerjakan tugas bahasa indonesia gue yang belum. karena waktu itu gue sempat sakit

gua gak sendirian sih,masih ada lucas,mark dan juga beberapa anak di pojok kelas. tapi mereka sudah bersiap untuk pulang

"hah? lo mau ke ruang guru dulu cas? yaudah gue tunggu di parkiran"

mark menepuk bahu lucas lalu beranjak keluar. gue masih harus menyelesaikan beberapa soal lagi,jadi gak bisa kemana mana

beberapa anak yang tadi dipojok pun mulai keluar,sisa gue dan lucas sekarang. gue mendengar suara alat tulis dimasukkan ke tempat pensil dan suara zipper tas yang tertutup. lucas sepertinya juga akan meninggalkan kelas

cold | lucas wongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang