Bagian 7

182 55 8
                                    

Setelah hujan yang lebat, seakan Tuhan mendengar doaku. Sang surya datang menyinari dengan cahayanya, menghangatkan perasaan menghentikan hujan dimataku.

***

"Kate, lo udah selesai belum nangisnya? Udah aja ya, mau berapa lama lagi lo nangis di bahu gue?" ucap Derren.

"Pelajaran Bahasa Inggris udah mau selesai nih. Lo gak mau balik ke kelas?" tanya Derren.

Kate melepaskan pelukannya dari bahu Derren. Hampir 2 jam pelajaran Kate menangis di bahu Derren. Tidak ada yang bisa dilakukannya sekarang selain menangis. Karena puncak sebuah perasaan adalah tangis. Jika kita terlalu bahagia kita akan menangis. Begitu pula saat kita terlalu marah atau kecewa yang kita lakukan hanya menangis.

Kate menggeleng "Nanti aja gue baliknya pas udah istirahat ke dua."

"Kate, lo udah nangis berjam-jam lo gak capek? Setelah ini lo gak boleh maksain perasaan lo ke dia lagi ya. Dia gak ada perasaan apa-apa ke lo. Kasihan hati lo." ucap Derren.

"Setelah ini juga lo gak boleh nangis lagi ya. Lo janji sama gue?" tambahnya sambil mengusap sisa air mata di pipi Kate.

Kate tersenyum tipis "Iya gue capek nangis, gue capek disakitin. Dan gue gak bisa janji sama lo buat gak nangis lagi setelah ini. Maaf." jawab Kate.

"Tenang aja Kate. Selalu ada pelangi setelah hujan kok."

Kate menggelengkan kepalanya tegas "Kate gak suka pelangi Ren. Dia indah tapi cuma sesaat, Kate gak mau kayak gitu."

"Kate percaya setelah hujan akan ada matahari. Saat matahari datang hujan yang lebat berhenti. Dia menyinari dengan cahayanya, menghangatkan hati dan menghentikan tangis. Dan dia setia Ren, selalu ada ditempatnya dan selalu mancarin sinarnya tiap hari, bukan kayak pelangi setelah menunjukan keindahannya dia pergi." tambah Kate. Derren tersenyum menanggapi ucapan Kate.

"Makasih ya Ren lo udah mau minjemin bahu lo disaat gue terluka bahkan orang yang gue sayang selama ini nggak pernah ada disaat gue butuh dia. Dia sibuk mencari bahagianya sendiri." ucap Kate.

Derren tersenyum "Iya Kate, gue tau kok. Lo cuci muka gih, muka lo udah kayak jemuran gitu. Gue tunggu dikantin ya," kata Derren.

Kate menangguk mengerti lalu berdiri dan melangkahkan kakinya menuju toilet putri. Setelah kembali dari toilet, dia menuju kantin, dan benar Derren sudah ada disana—menunggunya—.

"Minum Kate. Emang gak haus nangis kayak tadi? Baru tau gue kalo cewek nangis bisa lama banget." ucap Derren dan memberikan segelas es teh untuk Kate.

"Makasih ya Ren." kata Kate tersenyum.

"Banyakin senyum ya Kate, lo juga butuh bahagia. Nanti pas bel istirahat gue misah ya dari lo. Untuk menghindarkan lo dari tatapan buruk fans gue." kata Derren.

***

"Kate!" ucap Celline dan Jassi bersamaan.

Kate yang sedang menatap kosong objek didepannya—tanpa tangis lagi sekarang— sambil tangannya mengaduk-aduk es teh pun terkejut dengan suara melengking khas kedua sahabatnya tersebut.

"Lo tadi kemana aja sih waktu pelajaran Bahasa Inggris? Gue nyariin tau gak?!" ucap Jassi.

"Gue tau lo sakit hati Kate. Lo sabar ya." kata Celline.

"Hahaha iya gue gak papa kok. Gue habis nangis di taman belakang sekolah tadi. Sekarang udah lebih baik." ucap Kate.

"Lo gak bercanda kan? Tadi gue udah khawatir banget, gue kira lo mau bunuh diri." ucap Jassi.

INTUISI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang