Bagian 3

309 64 6
                                    

Dan kembali, ini semua hanya tentang waktu. Menepis rasa kurang nyaman saat disampingnya menjadi kurang lengkap bila tak ada dia disamping kita.

***

"Woi! Babi lo pada, makan ke kantin gue ditinggalin!" teriak Axel membuat kehebohan di kantin.

"Lah lo gak sekelas sama kita sih. Males banget nungguin lo, jadi gue tinggal aja deh, iya gak Ren?" ucap Thomas.

Yang ditanya tidak menjawab. Tatapannya kosong ke arah gelas jus yang kini isinya telah habis berpindah dalam perutnya.

"Dih, si babi satu ini kerjaanya cuma ngelamun mulu. Mikir apa sih lo?" tanya Thomas.

"Eh, gak papa. Gak penting." jawab Derren.

"Eh kalian tau kan kalo nanti malam Realmadrid sama Barcelona bakal tanding?" tanya Axel kepada Derren dan Thomas.

"Kenapa? Lo mau bikin taruhan?" tanya Derren.

"Gue pastiin yang bakal menang itu Barcelona sih," ujar Thomas.

"Yoi bro, kita samaan!"

Derren menggelengkan kepalanya "Mana bisa? Ya jelas Realmadrid lah gimana sih kalian?"

"Gimana klo bikin taruhan, yang kalah bakal nerima konsekuensinya?" pertanyaan Axel lebih merujuk pada sebuah pernyataan.

"Emang apa konsekuensinya?" tanya Thomas.

"Yang kalah akan dijadiin babu selama 2 bulan. Deal?" putus Axel.

"Deal." ucap lawan bicaranya serempak.

***

"Jas, gue ke toilet dulu ya. Lo duluan aja sama Celline ke kantin, nanti gue nyusul."

"Oke Kate."

Jassi kemudian menunggu Celline yang sedang berjalan ke arahnya.

"Kate kemana Jas?" tanya Celline.

"Toilet. Nanti dia nyusul ke kantinnya, kita disuruh duluan."

"Yaudah yuk,"

Kate setengah berlari menuju toilet. Jangan sampai dia menanggung malu karena pipis di rok seragamnya. Sesampainya di toilet putri dia segera menghamburkan diri untuk melaksanakan acara pipisnya.

"Gue gak tau gue harus gimana lagi buat ngasih pengertian ke Aiden,"

Bukannya itu suara Aca? Ucap Kate dalam hati.

Dia menjadi ragu untuk keluar dari tempatnya akhirnya dia menunda keluar untuk mendengarkan percakapan Aca bersama seseorang yang sepertinya adalah temannya, karena tak mungkin Aca berbicara pada cermin dengan volume seperti itu.

"Kenapa gitu?"

"Anggia lo tau kan, kalau sekarang gue males sama urusan pacaran? Gue rasa gue belum siap buka hati gue buat Aiden. Tapi sekeras apa pun gue jelasin sama dia, dia tetep maksain diri buat terus berjuang demi gue. Padahal dia tau gue akan selalu nolak dia dengan alasan yang sama." jelas Aca.

"Mungkin lo belum terbiasa sama Aiden Ca, lama-lama lo juga bakal butuh dia."

"Mungkin iya Gi, dia gak mau nyerah buat dapetin gue, kadang gue kasihan sama dia, tapi gue gak mau nerima cintanya karena gue ngerasa kasihan sama dia. Jadi gue akan membiasakan diri sama dia, bukannya cinta hadir karena terbiasa?" ucap Aca.

Sudah cukup, Kate tidak bisa mendengar lebih dari ini. Dia harus keluar sebelum sesak di dadanya semakin menjadi. Perlahan Kate membuka pintu toiletnya dan benar saja, dia mendapati Aca dan Anggia sedang berada di depan kaca, sepertinya mereka menyadari keberadaan Kate melalui pantulan kaca.

INTUISI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang