Bagian 21

102 37 1
                                    

Keraguan adalah awal dari luka. Yakinkan saja raguku, agar aku tahu bagaimana aku harus bersikap padamu dan menentukan perasaanku yang sebenarnya.

***

Kate—yang disusul Derren turun ke lantai bawah untuk menunaikan sarapan bersama keluarga Kate. Raut wajah Kate menampakan aura tidak senang. Sementara Derren, wajahnya terlihat datar-datar saja.

"Ayo makan anak-anak." ucap Ivo.

"Kate minum susu aja." ucap Kate.

"Kok gitu sih? Makan dong sayang, sarapan kan penting biar bisa mikir pelajaran." pinta Ivo.

"Biar cepet." jawab Kate.

Ivo melirik jam yang tertempel pada dinding di ruang makan. Lalu menatap Kate kembali, "Masih sempet kok, makan dulu, nak."

"Kalo gak mau gak usah dipaksa kali ma, biarin aja. Lagian Kate juga udah gede." timpal Moza.

Kate menghela napasnya, lalu dengan sekali tegukan Kate dapat menghabiskan segelas penuh susu vanilla yang ada dihadapannya.

"Kate berangkat, ayo Ren!" Kate beranjak dari tempatnya duduk kemudian pergi menuju pintu utama.

"Eh tapi—" Derren menghela napasnya, "Om, Tante, Derren berangkat dulu ya." pamit Derren lalu segera menyusul Kate.

"Hati-hati!" ucap Ivo.

"Mereka kenapa ya?" tanya Ivo.

"Biasa ma, anak muda kan gitu. Kayak gak pernah muda aja." ucap Riano. Ivo hanya mangut-mangut.

***

"Kate? Lo kenapa sih? Gak sopan tau kayak gitu sama orang tua." ucap Derren.

Mereka kini tengah berada dalam perjalanan menuju sekolah menggunakan mobil kesayangan Derren.

"Peduli apa lo?" sinis Kate.

Derren hanya menghela napas. Dia tak berniat menjawab perkataan Kate. Matanya masih berfokus pada jalanan. Suasana canggung mulai terasa diantara mereka.

"Lo sedeket apa sih sama Moza waktu di Kanada?" tanya Kate tiba-tiba.

"Temen."

"Temen masa gitu?"

Derren menatap Kate sekilas, "Gitu gimana?"

"Lo tau? Kalian gak kelihatan kayak teman, pasti hubungan kalian lebih dari itu. Dan gue? Gue cewek lo, tapi perlakuan lo ke gue yang kayak temen biasa itu bikin gue ragu."

"Ragu gimana? Lo lupa ini cuma pura-pura?" jawab Derren datar.

Uh! Rasanya Kate ingin sekali mencakar muka datar Derren. Derren sama sekali tak mengerti maksud dan perasaan Kate.

"Sikap lo bener-bener bikin gue bingung Ren, sumpah. Kadang lo bener-bener perhatian sama gue  dan kadang juga, lo bener-bener dingin ke gue. Lo pernah bilang, buat jangan ikut campur urusan satu sama lain, tapi lo selalu ikut campur urusan gue, dan apa gue pernah ikut campur masalah lo? Lo juga bilang buat bertingkah kayak biasanya, tapi sikap lo bener-bener berlebihan buat disebut pacar pura-pura. Itu bener-bener bikin gue bingung. Dan asal lo tau, satu tahun untuk menyelesaikan ini gak gampang." ucap Kate panjang lebar.

"Ya kalo lo gak terima, salahin aja Thomas sama Axel."

"Mana bisa? Kok malah melempar kesalahan lo ke orang lain? Lagian yang milih gue kan lo! Kenapa lo milih gue coba? Kenapa gak milih orang lain aja? Toh, yang mau sama lo juga banyak."

INTUISI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang