Bagian 8

161 54 4
                                    

Dimatanya aku memang tidak ada. Baginya aku mudah tergantikan. Terutama oleh apa yang selalu dia lihat, bukan oleh apa yang selalu ada.

***

Gadis berbalut seragam putih abu-abu ini sedang menatap bayangan dirinya didepan cermin. Dia melihat ada kantong mata disana, ini pasti akibat dari dia yang menangis hingga larut malam. Tadi malam Kate terlalu lelah menangis hingga dia tertidur yang mengakibatkan kepalanya sakit ketika dia bangun di pagi hari.

Menyedihkan, menangisi orang yang sedang tertawa dengan bahagianya bersama orang baru, seakan ada rasa tidak ikhlas dihatinya. Bagaimana tidak, dibahagia Aiden saat ini sudah tidak ada Kate lagi, sementara bagi Kate, Aiden merupakan alasan dari hilangnya bahagia Kate.

Kate menyapukan tipis-tipis bedak bayi di wajahnya. Kate memang tidak pernah menggunakan make up kecuali bedak bayi.

Kate melangkahkan kakinya menuju lantai bawah untuk menunaikan sarapan paginya.

"Pagi ma, pagi pa!" sapa Kate.

"Pagi sayang, makan dulu, mama udah buatin nasi goreng spesial buat kamu." ucap Ivo. Kate segera duduk di kursinya lalu menyantap nasi goreng yang sudah disiapkan mamanya.

"Teman-teman kamu nanti datang kesini lagi?" tanya Ivo.

"Iya ma, masih ada tugas yang belum selesai." jawab Kate.

"Aiden juga ikut kerja kelompok?" tanyanya Riano.

Kate menggeleng, "Kate gak sekelelas sama dia."

Riano menganggukan kepalanya mengerti.

***

Kate melangkahkan kakinya melewati pintu gerbang utama SMA SATRIA 1. Dia ingin segera masuk kelas dan menunaikan rutinitasnya, yaitu tidur.

"Tunggu Kate!"

Mendengar panggilan itu, langkahnya terhenti. Dia tahu sekali pemilik suara itu. Dia sedang malas sekali jika harus bertemu dengan Aiden pagi-pagi begini, karena kejadian kemarin.

"Lo kalo dipanggil nyaut kek." kata Aiden kesal.

Kate hanya tersenyum menanggapi perkataan Aiden. Namun dalam hatinya berkata lo kalo disayang peka kek.

"Lo pasti udah tau dong Kate." ucap Aiden dengan senyum diwajahnya. Senyum yang Kate sukai. Senyum yang Kate perjuangkan. Namun Kate sadar bahwa selama ini dia hanya bisa menjadi penikmat senyumnya, bukan alasannya tersenyum.

"Lo pacaran sama Aca?" tanya Kate. "Iya gue tau."

"Itu berkat lo yang selalu dukung gue Kate. Makasih ya." ucap Aiden sambil meletakan sebelah tangannya pada pundak Kate.

"Santai aja Den, itu kan juga karena usaha lo." ucap Kate lalu tersenyum.

"Yaudah. Kekelas yuk," ajak Aiden.

Mereka berpisah setelah melewati anak tangga terakhir, karena memang kelas mereka berbeda. Setelah memasuki kelas, dia melihat Jassi yang sedang serius menyalin sesuatu di bukunya.

Astaga! Gara-gara semalem nangis sampe lupa ada PR kimia!

"Jass, nyontek PR kimianya dong!" teriak Kate setelah menduduki kursinya.

"Santai aja elah. Gue juga gak budeg! Ini gue dapet contekan dari Thomas sih. Tapi masa iya anak serajin lo sampe lupa ngerjain PR?"

INTUISI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang