Episode 15

1.8K 193 16
                                    

[VOMENT!]

pengorbanan Jiyeon bagi sang ayah masih belum tuntas. Dia melakukan semua ini bukan semata-mata menebus semua kelakuan ayahnya di masa lampau,tapi dia ingin menjadi seorang anak yang bisa diandalkan,dia ingin menjadi seorang putri yang dilihat dari sudut pandangan yang berbeda,bukan terus menjadi seorang perempuan yang hanya bisa menyusahkan kedua orang tua angkatnya itu.

Ini juga buka untuk kepopuleran Jiyeon,tapi dia melakukan semua ini benar-benar ingin menjadi seorang anak yang berbakti,walau dia hanya bisa melakukan secuil dari semuanya.

Setelah usai perdebatan sengit tadi sore, pasangan suami istri ini bertolak menuju mansion.  Dengan hening dalam mobil, tak terdengar secuil kalimatpun. Mereka sama-sama diam, terfokus pada pemikiran masing-masing. Hati Jiyeon yang tengah di balut keresahan juga penyesalan teramat dalam. Kenapa,kenapa dia berbicara bahwa dirinya mencintai pria kasar ini. Dan bersikap seolah dirinya membela pria brengsek ini. Tapi apakah mungkin jika bibit cinta itu telah tumbuh tanpa sepengetahuan dirinya?

Jiyeon menghembuskan nafasnya pelan,untung saja ibunya tak berada di rumah sore tadi,dia pergi bersama Kai,membeli beberapa keperluan adik bungsunya itu untuk kembali ke asrama nanti. Jadi setidaknya,jiyeon bisa sedikit lega,karna hal ini tidak di ketahui oleh sang ibu.

Setelah membersihkan semuanya,jiyeon langsung menumpahkan seluruh rasa lelahnya pada ranjang yang saat ini sudah menyelimuti Sehun dengan hangat. Pria itu tertidur lebih dulu,seulas senyum getir terukir di wajah yang saat ini tengah melukiskan sejarah kelam yang mungkin saja akan dia ingat hingga akhir kehidupan.

Ya,sebuah sejarah dimana dia membangkang pada sang ayah lalu bersikap seolah dirinya benar-benar mencintai pria tampan berhati kejam ini. Jiyeon pikir dirinya saat ini benar-benar bodoh dari siapapun.

***

"Suamiku! Apa ini,kenapa Putri kita pergi tanpa berpamitan pada ku dulu?"

Sena masih sedikit marah dengan kejadian kemarin sore saat Jiyeon pergi tanpa pamit kepadanya,otak nya bertanya-tanya,kenapa putrinya mendadak jadi seperti ini. Apakah ada keperluan yang sangat mendadak juga teramat penting sehingga dia lupa untuk berpamitan pada ibunya ini.

Jangan bilang jika Sena tak bertanya pada Won Hae. Sudah jelas dan sudah pasti dirinya terus bertanya-tanya pada suaminya ini. Namun ya begitu,Won Hae hanya menjawabnya dengan singkat sebelum akhirnya dia pergi ke kantor lagi.

Mencari setumpuk uang atau berhadapan dengan setumpuk berkas. Mungkin keduanya masih sama dan masih bersangkutan.

Sena masih berceloteh panjang,sementara Kai yang masih tinggal di rumah itu hanya mendegus kesal karna tingkah laku sang ibu yang menurut nya tak masuk akal itu.

"Eomma! Sudahlah,noona sudah berkeluarga,dia tak akan mengalami hal yang buruk. Dia bersama suaminya." Kai menceramahi sang ibu dengan sorot mata yang masih terpaku pada ponsel itu.

"Diamlah! Kau tak akan mengerti urusan orang dewasa!"

"Aku juga sudah dewasa,lihatlah! Aku tumbuh dengan baik juga dengan tampan,apa kau tak melihat karunia Tuhan yang di berikan padaku ini?" Kai tak mau kalah rupanya. Enak saja dia di bilang masih bocah ingusan,rurtuknya kesal dalam hati.

"Yak! Dimana ada orang dewasa yang masih bermain video games hah?!"

Kai melirik jengah ke arah ibunya yang sama-sama terlihat marah itu.

"Ini hanya hiburan,apa kau tahu!"

"Aish! Kau memang jago menjawab perkataan orang tua,pergi belajarlah. Kau harus tumbuh menjadi pria yang berguna untuk keluarga nanti!"

Vengeance [OSH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang