✨ Put A Mask and Go

6.5K 1K 43
                                    

        Don't you think there must be a reason like we had our names? Don't you think we got another season that come after spring?
-Waste It On Me-

💫💫♠💫💫

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa pada akhirnya Jeongguk berakhir di rumah keluarga Taehyung.  Pria bertindik itu bahkan tidak pernah berniat dekat dengan pria bermarga Kim tersebut. Awalnya, yang ia inginkan adalah menghancurkan orang yang telah mengganggunya—bukannya justru terlihat seperti teman begini.

Taehyung hanya bisa melempar senyuman canggung pada Jeongguk. Ibunya, menyuruh Jeongguk untuk  mampir. Menghidangkan teh hangat, nasi, kimchi, dan telur dadar di atas meja sebagai ucapan terima kasih karena pria itu sudah mengantarkan Taehyung pulang.

"Maaf makanannya hanya ada itu saja." Ibu Taehyung tersenyum. "Aku tidak tahu jika teman Taehyung akan datang hari ini."

"Aku bukan te—" Jeongguk tidak tega. "Terima kasih atas makanannya, Bibi Kim."

"Sama-sama. Kuharap nak Jeongguk bisa menjaga Taehyung di sekolah."

"Ibu..." Taehyung merengek. "Aku ini laki-laki, jadi tidak perlu dijaga begitu."

"Ibu tahu, Tae. Hanya untuk berjaga-jaga, oke?"

Jeongguk mengunyah makanan hangat tersebut dalam diam. Begitu sederhana, jauh berbeda dengan kehidupannya yang dulu. Jeongguk yang dulu hidup dalam kemewahan, penuh makanan lezat, keharmonisan, sampai sang ayah terjerat korupsi dan sang ibu meninggalkannya. Sedangkan saat ini, di hadapannya ada anak dan ibu yang sedang bercengkerama penuh kehangatan meski hanya bisa memakan makanan yang sederhana.

Jeongguk tahu apa yang dilakukan bibi Kim. Berani sumpah, jika lain kali ia datang dan mengatakannya lebih dulu, maka wanita paruh baya itu akan menghabiskan uang hanya demi menyuguhkannya makanan lezat. Semata-mata hanya karena ia tidak ingin teman anaknya merasa tidak nyaman berteman dengan keluarga sesederhana ini.

"—gguk, Jeongguk?"

Lamunan Jeongguk buyar. Ia mendongak untuk menatap Taehyung yang bertanya padanya. "Apa?"

"Ibuku bertanya apakah makanannya lezat?"

"Sangat lezat. Terutama kimchi-nya."

"Kimchi itu punya resep khusus keluargaku loh."

"Oh, ya? Pantas saja begitu lezat, Kim."

Taehyung melotot sebelum menoleh ke arah ibunya yang kebingungan. Pria bersurai cokelat terang itu lalu kembali menatap Jeongguk meminta pertolongan. Ibunya pasti bingung karena ia menganggap Jeongguk itu temannya. Lagipula, Jeongguk adalah orang pertama dan mungkin satu-satunya siswa dari Sekang High School yang pernah Taehyung ajak ke rumah.

"Kim? Apa kalian memanggil satu sama lain seformal itu?" Tanya bibi Kim.

"Bukan begitu, bibi. Hanya saja memanggil satu sama lain dengan marga itu terdengar keren. Benar 'kan, Kim?"

"T-tentu saja! Sangat keren, J-Jeon!"

Percakapan itu segera berlalu saat knop pintu kamar terputar. Jeongguk menoleh dan menemukan seorang gadis pendek memakai piyama keluar dari sana. Ia mengucek-ngucek matanya dan berjalan ke arah meja makan sembari menggendong boneka beruang besar. Rambutnya gadis itu dikuncir dua sedikit berantakkan.

"Taeyeonnie? Baru bangun, hm?"

"Iya, oppa." Kemudian gadis itu naik ke pangkuan sang kakak. "Oppa, dia siapa?"

"Taeyonnie, kenalkan dia t-teman oppa namanya Jeongguk."

"Yonnie lapar, oppa."

Baik bibi Kim maupun Taehyung langsung memasang ekspresi sedih yang sama. Jeongguk tidak mengerti kenapa padahal gadis kecil itu—adik Taehyung—hanya mengatakan bahwa ia lapar.

Young God(s) || KookV [ √ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang