"31"

1.5K 34 15
                                    

Sesampai di rumah Radit gue langsung lari ke arah kamarnya, dan terdengar suara musik yang sedang dibawakan oleh Radit di balkon yang ditemani oleh gitar kesayangannya.

Waktu terasa

Semakin berlalu

Tinggalkan cerita tentang kita

Akan tiada lagi kini tawamu

Tuk hapuskan semua sepi di hati

Ada cerita tentang aku dan dia

Dan kita bersama saat dulu kala

Ada cerita tentang masa yang indah

Saat kita berduka saat kita tertawa

Teringat di saat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita

Peterpan~Semua tentang kita

Suara yang khas ia menyanyikannya dengan penuh perasaan.

"Oh ini yang namanya gak enak badan ?" ucap gue sinis.

"Nai, loh kok lu disini bukannya lu..." ucapnya kaget.

"Dit kenapa sih gak bisa gitu hargain gue sebagai sahabat ? Hah ? Gue nunggu lu disana karena cuma lu sahabat gue, temen gue, bahkan udah gue anggap kaka gue" ucap gue emosi.

"Tapi Nai...." ucapnya terpotong.

"Gue gak minta lebih gue cuma ingin lu datang di acara bahagia gue ini ? Sebegitu bencinya lu sama Dimas sampe lu kaya gini ? Setidaknya jangan lihat Dimasnya Dit, liat gue Dit, gue gak nyangka lu kaya gini, jujur gue kecewa sama lu" lanjut gue dan air mata mulai membasahi pipi gue.

"Nai maksud gue gak gitu" ucapnya mencoba menjelaskan.

"GUE BENCI LO DIT, GUE BENCI" teriak gue lalu pergi.

"Nai tunggu" teriaknya dan mengejar.

Gue dengan cepat berlari tanpa memikirkan Radit yang berusaha menahan gue.

"Naira tunggu" ucapnya yang kesekian kali.

Tapi tetap gue berlari sambil mengusap air mata yang terus membanjiri pipi.

"Gue benci lu dit, gue benci lu" lirih gue sambil berlari.

Setelah sekuat tenaga mengejar gue akhirnya Radit dapat meraih tangan gue.

"Nai dengerin dulu gue" ucapnya membalikkan tubuh gue.

"Apa ? Apa yang lu mau jelaskan ?" sahut gue.

"Gue bukan gak mau datang ke acara itu, tapi gue gak bisa liat lu...." ucapnya terpotong oleh gue.

"Apa Dimas lagi ? Hah ?" teriak gue yang tak bisa lagi mengontrol emosi.

"Karena gue sayang sama lu Nai, gue gak bisa liat lu bersama yang lain, sakit hati gue Nai sakit" ucapnya membuat gue terdiam.

Radit pun hanya menunduk, entah apa yang baru saja ia lontarkan.

"Nai" ucapnya lirih.

"Gue kecewa sama lu Dit, gue benci lu Dit" lirih gue memukul-mukul dadanya yang bidang.

"Gue rela dibenci sama lu Nai, asal lu bahagia gue siap walau harus pisah sama lu" ucapnya.

"Tapi hati gue gak bisa dibohongin Nai, gue sayang sama lu gue gak bisa kehilangan lu" lanjutnya lagi.

Sahabat jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang