Hatiku beku. Tak sanggup lagi memaknai cinta. tak ingin lagi sibuk dalam drama romantisme yang berujung nestapa. Kau sosok yang masih melekat erat dalam ingatan.
Kala itu, aku tak memahami arti tatapmu. Kata-kata sulit ku eja dalam uraian pelukmu. Saat itu, aku bertanya 'ada apa dengan diriku'. Mengapa begitu sulit melihatmu melangkahkan kaki. Seperti ada sekat antara aku dan kamu. Seperti tak ada lagi ruang untuk membahas kisah romansa yang telah lama kita bangun. Seperti ada ucapan selamat tinggal disetiap langkahmu. Seperti besok, kisah kita berubah menjadi kenangan yang sulit kuterima.
Saat ini, aku telah paham dengan semua rasa itu.
Tatap teduhmu, lengkung senyum dibibirmu, usapan lembut jemarimu pada rambutku, dan suaramu yang selalu menggetarkan sanubariku benar-benar menjadi kenangan yang sampai saat ini menyesakan dada.
Kau benar-benar pergi. bersama angin, meninggalkan lusinan luka yang entah harus ku salahkan siapa penyebabnya.
Kamukah? Takdirkah? Atau Tuhan?Detik ini, runguku hanya menerima sapaan angin untuk menyampaikan rindu. Aku akrab dengan para bintang untuk mengutarakan rasa. Berharap disana, kau sadari disini ada hati yang sulit menerima ketetapan takdir.
Setelah kepergianmu, tak ada satu pun kehangatan yang sanggup mencairkan sisi hatiku yang beku. Netraku tak lagi bisa menangkap siluetmu.
Dalam hati, ku utarakan sebuah pinta 'kembalikan dia Tuhan' walau aku tau tak akan mungkin karena ragamu telah menjadi satu dengan semesta dan Melebur dalam buana. menghempas rasa, menyempitkan rongga dada, menciptakan kabut dalam mata, hingga pecah bendung air mata.
Aku disini, menatap tanah basah. Ditemani tetesan hujan dari mata. sekali lagi mendengungkan pinta 'kembalikan dia Tuhan'.Angel
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoar Rasa
Poetry# 1 in kata rindu (01 mar 2019) # 7 in puisirindu (17mar2019) aku, seseorang yang memilih bersembunyi dalam alinea sajak. melukis luka dalam larik-larik puisi dan membias rasa dalam frasa dan kata. -memorabilia bukan karena aku tak mampu melisankan...