Disudut gelap, ku ditemani secangkir hangat dari tetes peluh.
Menggumam tanpa sadar, bahwa kini ragaku tengah lelah.
Keluhku tak sampai, hanya semakin menekan dada.
Hanya bisik lirih, nikmatilah sampai semua benar-benar berakhir.Kembali dalam hening, kucoba mengungkap pada malam.
Pada jiwa yang hendak berkelana, biarlah ragaku rehat barang sebentar.
Wahai malam,
Jangan dulu datangkan pagi.
Biarlah ku nikmati rasa yang tak pernah lagi ku dapati.Disudut ini,
Sedang ada hati yang merintih pilu.
Perihal sakit yang diderita kalbu, juga harapan yang selalu diserang ragu.
Bolehkah malam, mengobati tiap rintihan itu?
Sebentar saja, biarkan mataku tertutup. Bersama bayang manis yang kita sebut mimpi.
Sebentar saja, kunikmati malam tanpa sesak dalam diri.
Yah, hanya sebentar. Tak akan ku lebih-lebihkan.Walau sakitnya kan terasa lagi,
Biarlah itu kurasa untuk esok hari.
Takkan ada tangis,
hilang sudah sesak
Pergi juga hampa
Untuk malam ini saja
Aku pun meminta pada sang Tuhan,
Beri aku pundak yang kuat,
Beri aku hati yang tulus juga ikhlas
Agar esok, seperih apapun luka yang kembali menganga, seberat apapun beban yang ku pikul, aku mampu untuk melewati.Ig: @ariegow
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoar Rasa
Poetry# 1 in kata rindu (01 mar 2019) # 7 in puisirindu (17mar2019) aku, seseorang yang memilih bersembunyi dalam alinea sajak. melukis luka dalam larik-larik puisi dan membias rasa dalam frasa dan kata. -memorabilia bukan karena aku tak mampu melisankan...