Membisu. Aku tak kuasa. Sesak menyusup dalam kalbu. Menitip perih pada goresan luka yang dibubuhi dekaman. Kau kini terlalu jauh. Pergimu tak bisa kucegah. Tak bisa ku susuli.
Pergi bersama angin. Menyisahkan kenangan yang memukul telak dijantung hati. Kenangan itu seperti palu, mendentum hingga bergemuruh. Melelehkan air mata yang telah lama tertahan kabut keperihan.
Melayang seperti kabut. Menghantarkan gerimis pada muara rasa. Netraku tak lagi bisa menangkap bayangmu. Hanya lautan kenangan yang kian menemaniku.
Kau menghilang. Dalam jarak pandang yang tak bisa dinalari raga. Runguku hanya bisa menangkap bisikan angin. Tiada lagi tuturmu yang mendamaikan kalbu. hanya ada lirihan kepiluan dari hatiku.Aku mencintaimu tanpa batasan. Hingga saat semesta mengantarmu pulang, kau masih ku anggap bernyawa. Tak perduli ragamu yang menyatu dalam buana, jiwamu yang berpulang pada pencipta. Kau masih menjadi tuan bagi rumahku.
Salahkah aku yang terlalu mencintai ciptaanMu? Hingga sampai detik ini ku merasa dihukum karena tak bisa berlalu dari masa laluku.
Salahkah aku yang terlalu berharap pada ciptaanMu? Hingga KAU beri aku kesesakan sebab kehilangannya.
Lantas, aku harus apa. Kepergiannya sungguh membungkam pertahananku.
Ku hanya mampu membisu. Menunggu hingga semua berlalu satu-satu.Angel
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoar Rasa
Puisi# 1 in kata rindu (01 mar 2019) # 7 in puisirindu (17mar2019) aku, seseorang yang memilih bersembunyi dalam alinea sajak. melukis luka dalam larik-larik puisi dan membias rasa dalam frasa dan kata. -memorabilia bukan karena aku tak mampu melisankan...