Hah, ternyata begini rasanya.
Begini rasanya saat aku berhasil membunuh perasaan seseorang.
Seseorang yang sangat ku jaga hatinya.
Seseorang yang teramat ku cintai.Kau pikir aku baik-baik saja? Tidak.
Sangat tidak baik.
Setelah dulu perasaan itu ku jaga mati-matian, kini harus ku akhiri dengan sakit yang teramat dalam.
Dulunya hati itu teramat ku agung-agungkan, kini harus ku bunuh dengan tak berperasaan.Kau pikir aku merasa lega? Tidak.
Justru sakit itu berpindah dan bersarang di hatiku.
Lantas, jika tak ada perasaan bahagia setelah menghancurkan perasaan seseorang mengapa aku berani meninggalkan? Mengapa aku pergi?Yah, aku tak bisa menjawab.
Yang ku tahu dadaku benar-benar sesak kali ini. Hatiku seperti teriris.
Aku menangis dan menyesali.
Tapi aku tak bisa membalikan keadaan itu seperti dulu.
Kau memang masih orang yang sama.
Rasaku untukmu juga masih sama.
Tapi keadaan kita tidak lagi sama setelah aku memutuskan pergi dan berhenti berusaha.Semua memang membenarkan bahwa kita masih saling mencintai.
Tapi dengan banyaknya perbedaan yang terjadi sekarang; tatap kita setulus dulu, sentuhan tak lagi menenangkan tapi malah menggores luka teramat dalam.Aku tak lagi mampu untuk sekedar berandai-andai.
Kau dan aku saling mencintai, semua tahu itu.
Tapi semesta telah menunjukan takdirnya sendiri.
Kita tak akan lagi bisa bersama.
Mau tidak mau, aku harus terima itu.Angel👼
------------------------------------------------------
@dailyangel
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoar Rasa
Poetry# 1 in kata rindu (01 mar 2019) # 7 in puisirindu (17mar2019) aku, seseorang yang memilih bersembunyi dalam alinea sajak. melukis luka dalam larik-larik puisi dan membias rasa dalam frasa dan kata. -memorabilia bukan karena aku tak mampu melisankan...