Malam ini tak ada bintang. Langit kesepian. Kelabu. Seperti hati yang redup. Berkali-kali aku menghembuskan nafas. Berkali-kali juga aku melangitkan harap. Rindu.
Debaran dalam dada bukan lagi perihal romantisme kata yang sering kau ucap. Tapi debar perihal kalut yang kau cipta.
Kita masih dibawah naungan langit yang sama. Diterangi oleh cahaya bulan yang itu-itu saja. Memijak bumi yang juga sama. Tapi mengapa raga kita seolah tertutup sekat tanpa sukma.Seperti dirimu begitu jauh. Hingga netraku tak bisa temukan kemana bayangmu melangkah. Untuk memandang saja rasanya sulit disanggupi semesta. Rinduku pun semakin tak tertahan. Ingin aku berteriak. Meluapkan sesak yang kian merajai dada.
Tahukah kamu, disini banyak tercipta sembilu sebab rindu yang tak berujung temu. Meski aku pun tahu, tak ada kematian sebab rindu. Tapi sakitnya menyiksa. Tak mudah hilang sebelum diobati dengan temu.
Lantas pada siapa kutitip kerinduanku untukmu?-angel, manusia sejuta rindu
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoar Rasa
Puisi# 1 in kata rindu (01 mar 2019) # 7 in puisirindu (17mar2019) aku, seseorang yang memilih bersembunyi dalam alinea sajak. melukis luka dalam larik-larik puisi dan membias rasa dalam frasa dan kata. -memorabilia bukan karena aku tak mampu melisankan...