Hening yang kau cipta, melampirkan nada sendu pada tiap rintik hujan yang jatuh.
Aku suka kala petrichor menguar dalam hidung. Menyelipkan damai pada hati yang dirajai risau. Tapi rintiknya jatuh tepat dihati. Luka yang tersentuh air;perih.Aku disini. Meratap sendiri. Menatap tiap rintik dalam hening. Mengulum getir pada muara rasa. Perihnya merajai dada. Lalu derasnya melemparku pada ribuan kisah yang seharusnya kulupakan dengan lantang. Tapi alirnya membawa memoar kembali menyapa dalam kepala.
Aku tak lagi bisa menahan tumpahan liquid yang menyatu dengan rintiknya. Terlalu sakit untuk ku utarakan bahwa aku masih baik-baik saja. Lidahku kelu, tak mampu melisankan sesak kala gemuruh guntur pecah dilangit hati.
Tuanku, beri aku jalan kedepan. Aku ingin menyerah. Keadaan yang katamu akan selalu baik-baik saja, nyatanya tak begitu baik untuk hatiku.
Aku ingin berhenti menghalau dingin sendiri hingga beku.
Muaraku retak oleh kesenduan yang merinai.Detik ini, jangan lagi datang walau sekedar bertamu. Rumahku belum benar-benar utuh pasca kepergianmu.
Cukuplah segala perih yang kau titip dihati. Biarkan aku menata kembali rumah yang sempat kau rusaki.-angel
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoar Rasa
Poetry# 1 in kata rindu (01 mar 2019) # 7 in puisirindu (17mar2019) aku, seseorang yang memilih bersembunyi dalam alinea sajak. melukis luka dalam larik-larik puisi dan membias rasa dalam frasa dan kata. -memorabilia bukan karena aku tak mampu melisankan...