Wae, ngga ada yang milih NayAro? Huhuuu 😰tapi sejauh ini ternyata banyak yang dukung NayAle ya wkwkwk. Mari kita lihat kawan kawan apakah babang Ale bakal mupon ke teh Naya apa ngga yaa. Hahaha doain aja gaiss
사랑해요 😘
Enjoy 💕
Sungguh demi apapun Naya merutuki kebodohannya sendiri. Jika saja ia tidak kehausan dan keluar dari kamar mungkin ia tidak akan melihat kejadian yang sangatㅡ entahlah.
Itu memang wajar, maksud Naya - kejadian tadi antara Lia dan Aro memang wajar karena mereka adalah suami istri sah secara agama dan hukum tapi yang tidak wajar disini adalah ketika dia menghidupkan lampu dan melihat kegiatan mereka. Naya mengumpat dalam hati, bisa bisa nya ia bodoh seperti ini.Sumpah demi kolor sehun oppa, Naya sangat merasa canggung dan bodoh sekali. Ia baru pertama ini dalam seumur hidupnya memergoki orang yang telah melakukan kegiatan wik wik wik, ya ampun maksud Naya adalah kegiatan berbiadah untuk pasutri. Sekarang sudah jam setengah tiga pagi dan Naya masih terjaga setelah kejadian pemergokan satu jam yang lalu, mungkin Aro dan Lia sudah tidur di kamar mereka sedangkan Naya entah kenapa masih kepikiran Aro yang sedang mencium Lia dengan panas dan liar masih terbayang di otaknya. Ia tidak bisa tidur , saat dia melihat Aro tadi dia merasakan deja vu, sedikit merasa iri dan cemburu namun kembali lagi dengan kenyataan kalau dia memang tidak membutuhkan sentuhan sentuhan semacam itu dan Aro pun belum pernah melakukan hal semacam itu pada Naya, hanya sebatas mencium kening dan Naya yang mencium punggung tangan Aro, sudah hanya itu.
●0●
Saat Lia keluar dari kamar Naya melirik rambut Lia yang basah itu kemudian berdehem pelan, ia sedang memotong bawang merah untuk membuat nasi goreng untuk sarapan mereka
"Hai, kau sudah bangun?" Lia mencoba biasa saja setelah kejadian tadi malam sebenarnya dia sangat malu sekali sumpah demi apapun sebenarnya dia tidak punya muka untuk berhadapan dengan Naya, oke mungkin Naya memakluminya tapi mungkin itu akan sedikit menyakiti hati Naya, harusnya ia dan Aro melakukannya di kamar bukan di tempat terbuka seperti sofa ruang tv
"Ahh, iya. Maaf aku mengacaukan dapurmu"
"Ngga usah bersikap formal seperti itu. Anggap saja kita saudara" kata Lia kemudian menyalakan kompor ,memanaskan air untuk membuat kopi untuk Aro
"Eum, soal tadi malam aku minta maaf" Naya menunduk dalam , ia malu sekali begitupun dengan Lia yang berdehem pelan kemudian mengangguk
"Tak masalah. Harus nya aku yang meminta maaf, sangat tidak sopan sekali melakukan di ruang terbuka sedangkan kamu ada disini""Tidak tidak. Aku bisa mengerti - maksudku -- yaaahhh kau pasti mengerti maksudku"
"Aku boleh bertanya sesuatu?" kata Lia, ia menuangkan air pada gelas yang sudah terisi kopi sedangkan Naya hanya bergumam pelan mengaduk nasi goreng di wajan yang baru setengah matang
"Maaf kalo pertanyaan aku menyinggung mu, apa kalian pernah melakukannya?" ada jeda lumayan lama baik Lia maupun Naya tidak ada yang bersuara hanya ada suara gesekan wajan dan pengaduk nasi (sumpah aku gatau namanya apa wkwk)
"Tidak. Maksudku belum, kami belum melakukannya" Lia mengangguk mengerti sebenanya ia tidak bermaksud menyinggung perasaan Naya hanya saja ia sangat penasaran sekali apakah yang dikatakan Aro adalah benar bahwa dia tidak pernah menyentuh Naya dengan lebih
"Aku akan bicara pada Aro"
"Kami sudah membicarakannya kemarin. Aku tidak masalah, lagian kalaupun kita melakukannya aku takut hamil"
"Itu Bagus, kau bilang mau mempunyai anak kenapa sekarang berubah pikiran?"
"Bukan. Maksudku kita sudah sepakat kalau Aro tidak mau mempunyai anak dari siapapun kecuali dari kamu kan? Aku tidak masalah" Naya sudah memikirkan hal ini matang matang, walaupun ia sanggup menghidupi anaknya seorang diri tanpa suami tapi dia tidak boleh egois, anak anak pasti membutuhkan orang tua lengkap dan kasih sayang yang lengkap dan Aro tidak bisa memenuhi itu
"Tapi kau butuh perhatian dari Aro sebagaimana dia perhatian kepada aku, Nay"
"Dia perhatian kok, perhatian tidak harus secara fisik kan"
"Tapi ini tidak adik untuk kamu"
"Aku tidak masalah, ayolah jangan seperti aku yang teraniaya disini. Kamu yang dimadu kenapa aku yang harus dikasihani. Aku tidak apa apa, aku sudah menganggap kamu seperti saudaraku sendiri"
●0●
Malamnya Naya masih berada di rumah Lia padahal Naya sudah bersihkeras untuk pulang tapi Lia tidak mengijinkannya jadi dia dengan berat hati tetap tinggal disini
Sekarang Lia, Naya dan Aro sedang menonton film di ruang keluarga dengan Aro di tengah tengah mereka. Awalnya Naya dan Aro menolak ide gila Lia tapi Lia merengek dan terus mengomel agar mereka menonton bertiga. Naya sangat tidak fokus meononton, dia hanya berdiam kaku di samping Aro sedangkan Lia sudah menyenderkan kepalanya di bahu Aro
Aro merasa dia adalah lelaki ping brengsek di dunia ini, dia sekarang berada di tengah tengah kedua istri nya tapi hanya lia yang bergelendot manja di lengannya sedangkan Naya hanya berdiam kaku menatap ke depan. Entah sebenarnya wanita itu memerhatikan filmnya atau tidak. Perlahan Aro menarik tangan Naya dan menggenggamnya Naya yang sedari tadi diam kini menoleh kaget ke arah Aro yang sedang memandangnya Aro tesenyum tipis mau tak mau ia membalas senyuman itu kemudian Aro mengusapkan ibu jarinya pada punggung Naya, terasa hangat dan lembut. Jantung Naya seperti meletup letup tak karuan. Berdetak dengan cepat dan begitu keras hingga ia takut kalau Aro bisa mendengarnya
Sekitar jam tujuh lewat lima belas menit Aro dan Yura datang bertamu membuat Aro mendengus pelan
"Mau apa kamu kesini?"
"Woaaa.. Aku hanya ingin mengajak Naya menonton. Aku sudah kerumahnya tapi tidak ada orang jadi aku putuskan kesini"
"Aku tidak mengijinkannya" kata Aro kemudian beralih memandang film yang sedang ia tonton sedangkan Lia dan Naya mengerutkan dahi tidak mengerti
"Aku mengajak Naya bukan mengajak Lia. Kau ini!"
"Apa bedanya? Mereka sama sama istriku" seru Aro sewot, sungguh ia sangat tak suka dengan Ale yang seenaknya mengajak Naya jalan tanpa ijin darinya. Padahal Naya kan juga istrinya secara sah tapi kenapa abangnya itu bertindak tidak sopan membawa istrinya dengan seenaknya
"Kamu cemburu? "
Bukan. Itu bukan suara Ale melainkan suara Lia yang sedang menatap Aro dengan kening berkerut
Tbc
Eaaaakkkkk, gimana gimana chapter ini?
Karawang, 6 Desember 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Jodoh Untuk Aro #Cakra Series3
Kısa Hikaye[17+] [cakra series 4] =Alvaro fernandes park = Start : 8 Maret 2018