#20 : Parachute

855 162 68
                                    

"Parachute"
Written by : chronielcle

VOTMENT jangan lupa😘

HAPPY READING❤



...
...
...





[]

I just own this story plot, all the casts belong to their God.

With love, @chronielcle.

[]

" I've seen you up in the sky, also already known you on the ground.

And i chose both."

-unknown

Jihoon sadar betul, pilihan untuk merasakan patah hati di bulan agustus memang tidak akan pernah menjadi pilihan yang tepat.

Disaat seharusnya ia bisa mengenakan kemeja pantai bercorak bunga khas musim panas dengan jemarinya yang digenggam erat atau hanya sekedar menikmati es krim mint di kedai dekat universitasnya dulu.

Persetan dengan khayalan menyenangkan musim panas.

Tidak ada kemeja pantai, es krim, masakan ibunya, apalagi gengaman tangan.

Musim panas tahun ini, tidak ada tiket pesawat yang harus ia tukar di bandara.

Alih-alih itu, Jihoon malah harus menenggak beberapa pil pahit pereda flu dan menghabiskan coklat panas yang kepulan asapnya itu mengabut disebagian lensa kacamata yang ia pakai.

Jihoon mengeratkan selimutnya. Ia masih bergulung dibalik kain tebal itu-menahan pening yang menekan kepalanya, bahkan ketika pintu kamarnya dibuka perlahan.

"Bangunlah, minum obatmu! Aku sudah meggerusnya."

Itu Woojin.

Sedang Jihoon hanya menyembulkan kepalanya dengan matanya yang sayu sembam.

Dengan sedikit decakan sebal melihat keadaan Jihoon yang tidak juga membaik, laki-laki bergigi gingsul itu meletakkan nampan berisi obat dan segelas air putih.

Woojin hanya tidak mengerti mengapa seorang koki kelas internasional semacam Jihoon sangat payah dalam meminum obat.

Sekecil apapun bentuk obat yang harus ia minum, Jihoon tidak bisa menelannya langsung, maka dari itu, dengan keikhlasan hati yang mendalam, Woojin rela tiap jatah makan datang ke flat Jihoon selama beberapa hari ini hanya untuk memastikan Jihoon meminum obatnya.

Jihoon bergerak meraih sendok, kemudian menelan butiran pil yang sialnya masih terasa pahit itu.

Sedang diseberang sofa, Woojin hanya bisa memandang Jihoon yang kembali berbaring di atas ranjangnya.

"Tidak usah melihatku seperti itu, mate." Jihoon akhirnya bersuara dengan suaranya yang sedikit sengau.

Woojin mendelik tajam, berusaha mengabaikan pandangnya dengan memutar asal rubik yang ia temukan sebelum bermonolog pelan dengan nada menyindir yang sangat kentara, "aku tidak tahu manusia bisa flu selama hampir seminggu hanya karena menangis habis diput- aw Park Jihoon kasar sekali."

Woojin mengusap kepala belakangnya, mendelik semakin tajam ke arah Jihoon yang entah sejak kapan telah berdiri dihadapannya.

"Tidak sengaja."

SPRING BREEZE [KANG DANIEL BIRTHDAY PROJECT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang