Bab 02 : A Day, With Him

5.5K 601 31
                                    

Mengingat kejadian di kantin kemarin, Jimin menjadi malas untuk bersekolah hari ini dan untungnya kedua orangtuanya sedang keluar kota selama 3 hari dan Jimin hanya sendiri di rumah maka ia akan berasalan sakit kepada Taehyung.

Tinggal di rumah membuat Jimin bosan, ia lalu menyalakan TV-nya disertai suara ketukan pintu dari luar.

"Ais, siapa yang mengetuk pagi-pagi seperti ini?!" gerutunya. Ia lalu berjalan lesu dan membukakan pintu untuk siapapun itu, tapi tiba-tiba tubuh Jimin mematung, tak percaya apa yang ia lihat didepannya ini.

"Hai chagi, bagaimana keadaanmu?"

"Ju-ju-jungkook?"

Jungkook tersenyum dan mengangkat kantongan hitam yang ia bawah dan menyerahkannya ke Jimin, namja itu nampak bingung 100%

"Itu adalah ramen, aku tahu kamu belum makan jadi aku belikan."

Singkat cerita, Jungkook sedang duduk di sofa sambil menikmati drama Korea sembari menunggu Jimin datang. Jimin menaruh nampan dan segelas teh hangat dihadapan Jungkook.

Jungkook tersenyum dan mengacak rambut Jimin. Ia sungguh bingung, bukannya ini masih jam sekolah dan kenapa namja ini bisa keluar? Apakah ia bolos, huft dasar badboy.

"Kau jangan canggung Jimin-ssi,"

"Bagaimana aku tidak canggung, kita berkenalan saja tidak!"

Akhirnya Jimin berani angkat suara, Jungkook yang mendengarnya hanya terkekeh pelan menampilkan senyum yang kelewatan tampan. Jimin merona melihatnya.

"Aku sudah bilang, aku menyukaimu itu sama dengan berkenalan denganmu! Lagipula bukannya kita juga sudah saling mengenal di kantin kemarin?"

Jimin hanya mengangguk sebagai jawaban, ini mungkin karma karena kepalanya sudah benar-benar pusing mengingat izin palunya, ditambah kehadiran tiba-tiba Jungkook entah untuk apa.

"Bagaimana keadaanmu?"

"Apaku?"

"Keadaanmu sayang,"

Jungkook mencuir hidung Jimin dan membuat empunya mengadu kesakitan, memukul lengan Jungkook dengan bantal dan mengusap hidung kemerahannya itu. Cubitan Jungkook tak kalah sakit dengan cubitan eommanya.

"Aku mendapatkan kabar dari temanmu si kurus kering itu, katanya kau sakit." ucap Jungkook semena-mena, membuat Jimin melotot karena Taehyung yang diolok kurus kering.

"Temanku tidak kurus! Hanya kau saja yang kebesaran!"

Jungkook kembali terkekeh, mencuir hidung Jimin untuk kesekian kali. Karena tak tahan disentuh, Jimin berpindah tempat ke sofa sebelah demi menjaga jaraknya agar tetap aman.

Bisa mati dia kalau sampai Jungkook tiba-tiba menyerangnya.

"Ngomong-ngomong kemana orangtuamu?"

"Me---reka sedang keluar," cuek Jimin, ia sibuk memperhatikan TV-nya dan mengabaikan Jungkook yang juga ikut memperhatikannya. Demi tuhan, Jimin benar-benar gugup.

Jungkook hanya mengangguk paham, dan sesaat kemudian ia pamit pulang kepada Jimin karena masih banyak yang harus ia kerjakan, entah itu benar atau tidak.

Tapi sebelum pergi, ia meninggalkan secarcik kertas yang berisikan nomor telefon dan alamat apartemennya. Jimin baru saja ingin membuangnya karena tidak akan ada gunanya, tapi saat itu ponselnya berbunyi dan ternyata itu dari eommanya.

Jimin meninggalkan kertas itu diatas nakasnya dan akhirnya lupa untuk membuangnya.

•°•°•

Malam ini, turun hujan di kota Seoul.

Tak ada banyak kegiatan yang dilakukan diluar sana, termasuk Jimin yang tadinya ingin pergi nonton mumpung besok adalah minggu terhalang oleh hujan lebat ini.

"Ah, kenapa harus turun hujan sih?!"

Sebagai keluarga dengan keuangan yang cukup atau bahkan lebih, Jimin sebenarnya sudah memiliki mobil tapi mobil itu sama sekali belum dipakainya karena belum cukup umur.

"Mengecewakan!"

Jimin membanting tubuhnya kesal keatas ranjang, sembari berteriak. Sayup-sayup terdengar sebuah suara mobil dari arah luar tapi karena lebatnya hujan, mungkin ia hanya salah dengar.

Beberapa saat kemudian,

"TUAN JIMIN! ADA TEMANMU DIBAWAH!

Mendengar panggilan atas namanya, Jimin turun kebawah dan melihat siapa temannya itu. Dan rupanya, itu adalah Jungkook yang kini berdiri dengan kaos putih disertai jaket berwarna hitam, memandangi Jimin yang hanya memakai celana pendek sepaha dan kaos ketat yang memperlihatkan bagian-bagian penting tubuhnya.

"Ju-jungkook?"

"Hi chagi,"

"Mau apa kau?"

"Aku hanya ingin mengajakmu berjalan-jalan, apa kau mau?"

Mendengar kata jalan-jalan tentu membuat raga Jimin goyah, tapi ia pertimbangkan terlebih dahulu, apakah tak apa jika ia pergi bersama Jungkook? Namun setelah melihat Jungkook memohon, maka Jimin hanya mengiyakan, toh mungkin juga mereka nanti akan saling lebih mengenal.

Singkat cerita, Jimin sudah mengganti pakaiannya menjadi lebih tertutup dengan kaos hitam polos dan celana jeans berwarna biru laut. Dimata Jungkook, Jimin semakin imut dan tampan.

"Sudah siap? Ayo kita berangkat."

Jimin mengangguk dan berjalan kedepan rumahnya menuju mobil yang dikendarai Jungkook. Mereka lalu berkendara menelusuri jalanan Seoul yang basah, tak ada yang memulai percakapan. Momen sekarang begitu canggung hingga Jimin berusaha mencairkan suasana.

"Ngomong-ngomong mau kemana kita?"

"Mall."

"Untuk apa?"

"Ceritanya aku ingin nonton tapi..."

"AIGOO! karena aku sudah mati-matian ingin ikut denganmu, biarkan aku nonton, sendirianpun tak apa."

"Aish, kau ini... Aku akan menemanimu, sebagai seorang pasangan yang romantis."

Jimin yang tadinya senyum-senyum sendiri kini beralih merona, pipinya memerah menahan malu dan situasi kembali canggung. Jungkook tahu sekarang Jimin sedang salting, dan ia sengaja tak berbicara hingga mereka sampai di mall.

My Sweet Troublemaker [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang