Bab 05 : Park Lisa

3.3K 307 6
                                    


[10-12-18]

Bangkok, Thailand

•°•°•

Yeoja itu menggoyangkan pinggulnya kekanan dan kekiri secara bergantian, keringat bercucuran dari pelipis hingga membasahi seluruh tubuhnya.


Gerakan demi gerakan ia buat, nafasnya tersengal dan tak beraturan hingga sebuah kecelakaan kecil dimana kakinya terkilir membuatnya roboh dan jatuh di lantai dansa. Ia lalu menangis dan berusaha kembali bangkit dan menari, namun nyeri yang mendera di kakinya membuatnya mengurungkan niatnya itu.


Lisa namanya, yeoja pejuang yang rela menghabiskan waktu-waktu berharganya untuk les menari dan berkuliah hanya demi menggapai cita-citanya sebagai seorang penari terkenal.


Semangat yeoja itu benar-benar membara di jiwanya namun tidak semudah itu untuk menjadi seorang penari, dimana gerakan dan goyangan harus berpadu disetiap detiknya sehingga menciptakan terian yang indah.


"Lisa, apa kau sudah selesai?" tanya seorang wanita kepada Lisa yang baru saja keluar dari ruangan menarinya. "Ne, aku baru saja menyelesaikan gerakan terakhirku."


Wanita itu lalu tersenyum, mengagumi semangat Lisa yang benar-benar membara demi sebuah mimpi. Tapi ia juga turut khawatir akan kesehatan Lisa, pasalnya yeoja itu menari tanpa henti dari sore hingga malam dan jika waktunya istirahat tiba, ia hanya akan menghabiskan waktunya dengan mempelajari beberapa gerakan baru.


Lisa yang sudah keluar dari gedung itu tinggal menunggu bus di halte depan. Terlihat, Lisa nampak oleng dan tubuhnya seperti kehilangan keseimbangan hingga detik kemudian, yeoja itu jatuh pingsan di halte dan buruknya, tak ada seorangpun disana.

•°•°•

Mata yeoja itu perlahan-lahan terbuka dan menyipit, berusaha menyeimbangkan cahaya didalam ruangan dengan penglihatannya yang nampak buram dan kabur.


"Ah, kau sudah bangun rupanya." ucap seorang yeoja imut yang kini sedang berdiri disamping ranjang Lisa, "Kau jangan banyak gerak dulu, kata dokter kau harus banyak istirahat." ucapnya kembali saat Lisa baru akan duduk.


"Di-dimana aku?"


"Kau dirumah sakit, aku menemukanmu pingsan di pinggir jalan, tepatnya di halte bus semalam."


Lisa nampak kebingungan, dan tiba-tiba saja kepalanya yang terbalut perban terasa nyeri. Yeoja itu dengan sigap menolong Lisa untuk segera kembali berbaring dan tidak usah duduk dulu.


"Ngomong-ngomong aku Irene," Irene mengulurkan tangannya. Lisa menerima uluran tangan Irene dengan senyum lirih, "A-aku Lisa, awch!"


"Oh astaga, harusnya aku tidak membuatmu banyak bicara dulu. Um, apa kau mau makan? Aku tadi sempat memesan semangkok bubur dan sup ayam untuk sarapanmu." timpal Irene, Lisa hanya bisa mengangguk pasrah, walau tak bernafsu tapi harus ada yang memasuki perutnya atau kondisinya semakin buruk.


Irene menghidangkan bubur dan sup itu, lalu mulai menyuapi Lisa dengan sedikit cerita kenapa Lisa bisa sampai kecapean hingga tak sampai dapat meluangkan waktunya untuk menjaga kesehatan.


Tak terasa ini sudah pukul 07:00 dan Irene harus pergi bekerja.


"Aku pamit bekerja dulu, jam 5 sore aku akan kesini lagi untuk menjengukmu sepulang kerja ne?"


Lisa mengangguk lalu tersenyum, "Terimakasih Irene, kau sudah menolongku." Irene hanya menanggapinya dengan sebuah senyumam manis sebagai jawaban sama-sama.

•°•°•

Akhirnya jam 05:00 sore sudah tiba, Irene yang baru saja turun dari taxi melihat sebuah penjual buah keliling menghampirinya dan membeli sekantong buah mangga dan dua kantong berisikan apel dan alpukat.

Ini untuk Lisa berharap agar yeoja itu menyukai buah-buahan yang ia beli.

"Aku pulang..." ucap Irene saat memasuki ruangan Lisa, sedangkan yang disambut masih terbaring berbalut selimut ditempatnya. "Sepertinya dia tidur nyenyak," lirih Irene hampir tak kedengaran.

Ia menaruh ketiga kantong buah itu diatas sofa dan melihat kondisi Lisa. Yeoja itu nampak menggigil dan setelah diraba, seluruh tubuhnya hangat. Irene dengan paniknya menekan tombol darurat diatas ranjang Lisa berkali-kali, padahal tombol itu hanya boleh ditekan sekali.

Tak lama dokter yang sebelumnya memeriksa Lisa datang bersama seorang suster.

"Tolong teman saya dok, kondisinya semakin memburuk!"

Dokter itu lalu memeriksa Lisa dan menyuruh Irene keluar terlebih dahulu dan menunggu diluar ruangan. Yeoja itu mengangguk dan segera meneteng tasnya keluar.

Ia selalu berdoa akan keselamatan dan kesembuhan Lisa, karena jujur selama ini ia sama sekali tak mempunyai sahabat. Itupun hanya ada satu orang, yang meninggalkannya menghadap tuhan karena kanker otak yang dialaminya sudah sangat parah. Dan Irene benar-benar terpukul akan kepegian sahabatnya itu, sejak kejadian 3 tahun lalu tersebut, Irene hidup dalam kesendirian dengan kedua orangtuanya yang bekerja di Prancis dan jarang sekali kembali ke Thailand.

Irene tidak akan membiarkan kejadian yang sama menimpa Lisa juga. Karena ia yakin, mereka akan bisa saling mengenal lebih dekat satu sama lain.

Tak sadar, Irene menitihkan air mata, bersamaan dengan keluarnya dokter dari dalam ruang inap Lisa.

"Dok, bagaimana keadaan sahabat saya?"

"Sahabat anda hanya butuh istirahat yang benar-benar full untuk memulihkan tenanganya lagi, sejauh ini kondisinya baik-baik saja dan hanya ada sedikit masalah tapi tak berpengaruh banyak." terang dokter itu panjang lebar, Irene lalu membungkuk berterimakasih banyak kepada sang dokter dan segera masuk kedalam ruang inap Lisa.

Lisa nampak memejamkan mata sembari mengatur pernafasannya.

Irene masih menitihkan air mata, mengusap lembut tangan Lisa agar membuat yeoja itu semakin nyaman.

"Semoga kau cepat sembuh,"

•°•°•

Aku gak tau kalau setiap chapternya bakal saling sambung-menyambung atau tidack :))

Don't forget to leave a VOMMENT!

My Sweet Troublemaker [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang