Bab 06 : Park Lisa (2)

2.9K 276 6
                                    

2 hari kemudian, Lisa sudah diperbolehkan pulang dan Irene tidak mengizinkan Lisa untuk ke apartemennya sendiri, ia harus menginap di tempatnya dulu sampai kondisinya benar-benar pulih dan sudah bisa berjalan karena saat ini Lisa hanya boleh memakai kursi roda.

Irene membuka pintu rumahnya dan mendorong kursi Lisa kedalam. Rumah megah dengan 4 air mancur mini ditambah 1 yang besar berbentuk cupid yang terbuat dari perak.

"Nah ini kamarmu, dan lonceng ini kau bisa gunakan jika sedang ada perlu, aku akan berada dibawah untuk membuat makanan." Irene tersenyum, Lisa membalasnya dengan tak kalah manis.

Batinnya sempat bertanya-tanya, apakah Irene tinggal sendiri di rumah sebesar dan semegah ini? Apa ia tak takut sendirian disini tanpa asisten atau sejenisnya?

Tapi karena masih lelah, jadinya Lisa memilih untuk beristirahat di ranjangnya yang bahkan lebih empuk dari ranjang di apartemen sederhana miliknya. Benar-benar nyaman.

Irene yang memasuki kamar itu, melihat Lisa yang terbaring dengan mata terpejam tak berani membangunkan yeoja itu dan mengurungkan niatnya untuk mengajaknya makan bersama tapi ia mengerti mungkin dia masih perlu istirahat yang cukup seperti kata dokter.

•°•°•

"Ah kau sudah bangun, apa kau ingin makan atau mandi dulu?" tanya Irene saat melirik ranjang Lisa dan mendapatinya berusaha untuk duduk. Lisa tersenyum, "Mungkin mandi dulu, aku belum mandi selama 3 hari."

Irene mengangguk, sementara menunggu Lisa selesai mandi dan bersih-bersih ia mulai menyiapkan makanan dan sebuah baju kaos putih bergaris kuning juga celana jeans pendek sepaha. Cukup nyaman, menurut Irene.

Lisa yang sudah siap dengan pakaiannya lalu turun kebawah dengan Irene yang mendorong kurisnya.

"Ayo kita makan dulu, aku membuat nasi goreng. Yah walau tidak enak tapi mungkin kau akan suka." ucap Irene antusias, Lisa mengangguk, "Tentu aku akan suka, lama tidak makan makanan rumah lagi."

Irene memberikan sepiring nasi ke Lisa dan yeoja itu memakannya dengan lahap hingga habis. Kemudian menyerahkan piring kosongnya.

"Irene, aku tak tahu kenapa kau bisa sebaik ini padaku?"

"Lisa, apa salahnya jika kita berbuat baik kepada sesama? Lagipula karena aku yang menemukanmu, maka aku harus menolongmu bukan?"

Lisa menjawabnya dengan anggukan, "Terimakasih atas apa yang kau telah berikan padaku Irene, semua. Dan aku berjanji akan membalas kebaikanmu kelak nanti,"

"Haha, aku tidak butuh balas budi Lisa, aku hanya ingin melihat kesembuhanmu saja hanya itu."

Tak disadari, air mata Lisa menetes sangat deras mendengar jawaban Irene. Semasa hidupnya di Thailand, baru kali ini ia mendapat dan menemukan seseorang yang benar-benar pengertian padanya.

•°•°•

Seminggu telah berlalu, Lisa kini sudah bisa kembali menjalani hari-harinya seperti biasa dan sudah menempati kamar apartemennya lagi.

Irene berpesan agar Lisa harus tetap bisa memperhatikan kondisi kesehatan tubuhnya dan jangan lupa untuk makan, bukannya terus menerus berlatih karena itu semua ada waktunya.

Seperti sekarang, Lisa kembali untuk trainee di tempat yang sama.

Tarian demi tarian yang ia buat sungguh indah dimata semua teman-temannya. Mereka mengagumi gerakan Lisa yang menawan dan patut mendapatkan pujian.

"Lisa, boleh bicara sebentar denganmu?"

Lisa menoleh, mendapati Mr. Rays yang beridiri di ambang pintu sembari menatapnya intens. Lisa lalu mendekat.

"Ada apa tuan memanggil saya?" tanya Lisa agak gugup, pasalnya ia jarang berbicara pada atasannya ini. "Saya melihat kamu selalu datang kesini dan mendengar kabar kalau kamu itu sakit, makanya saya akan memberikan libur selama 5 hari dulu untuk kamu."

"Ta-tapi tu..."

"Jangan membantah! Ini perintah dan demi kesehatanmu juga," Lisa hanya mengangguk pelan.

"Dan juga, ini aku ada uang sedikit, mungkin bisa kau gunakan."

"Tapi tuan, ini..."

"Lisa, itu tak seberapa, dan sekarang kemasi barang-barangmu dan segeralah pulang."

Lisa mengangguk; mengemasi barang-barangnya dan pamit kepada sahabat, tuan Rays juga halmeoni penjaga disini.

Singkat cerita, Lisa menghempaskan tubuhnya ketas ranjang apartemennya sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan dalam kurung waktu 5 hari, tak mungkin ia hanya tinggal di apartemennya, sementara Irene? Dia sibuk bekerja dan mungkin tidak dapat meluangkan waktu banyak untuk menemani Lisa.

Dan, sebuah ide brilian melintas di pikiran Lisa.

"Bagaimana jika aku kembali ke Korea dulu untuk bertemu keluargaku lagi?!"

Lisa antusias dan mengangguk demi memberi jawaban atas pertanyaannya sendiri, memikirkan bahwa uang yang tadi diberikan atasannya cukup untuk satu tiket pesawat ke Korea.

"Baik besok pagi aku akan berangkat." ucapnya semangat.

•°•°•

"Wah! Aku cukup senang mendengarnya, tapi aku tidak bisa ikut denganmu karena masih banyak yang harus kukerjakan disini, maaf yah."

"Yah, padahal aku berharap kau bisa pergi bersamaku dan akan kukenalkan kau pada adikku," timpal Lisa sedih.

"Iya maaf tapi mungkin lain kali saja yah?" bujuk Irene, Lisa mengiyakannya.

Keesokan harinya, Lisa sudah berada di bandara dengan Irene yang mengantarnya. Tepat pada jam 07:00 pesawat pertama akan terbang dan itulah yang ditumpangi Lisa.

"Ingat Lis, kau harus tetap makan disana dan berusahalah untuk menggemukkan tubuhmu sekiranya... 10% saja karena kulihat, lenganmu berbeda 11 - 12 dengann lidi."

"Iya-iya perwira yang terhormat."

Irene tersenyum manis, dan tak lama pemberitahuan bahwa pesawat akan segera lepas landas. Lisa pamit dan memeluk Irene erat, sangat erat.

"Aku pergi dulu, jaga dirimu juga."

Irene mengangguk dan melambai kearah Lisa, yeoja itupun perlahan menghilang dari balik kerumunan. Dan Irene harus segera ke kantornya untuk meeting.

My Sweet Troublemaker [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang