18th - Ketakutan Mereka

67 11 0
                                    

"Aku mencintaimu, Ayu. Marry me?"

"Aku mencintaimu, dulu, sekarang, nanti, dan selamanya."

"Ayu, Maaf."

"Kak Ayu, maafin Ina."

"Ayu, maafkan aku, bertahanlah di sisiku."

"Ayu aku egois. Aku mohon, maafkan aku."

"Kak Ayu, aku harus apa?"

"Kak, aku ingin egois, tapi aku seperti orang yang tidak tahu diri."

"Ayu, pergilah maka aku akan pergi."

"Kak Ayu..."

Ayu membuka matanya perlahan. Menatap langit-langit ruangan dan merasa sakit di tangan kirinya. Kenapa?

Ia memegang kepalanya sakit dan mencoba duduk dari tidurnya. Ia melihat ke sekeliling kamar VIP yang ia sendiri tidak tahu nama rumah sakit ini.

Dan matanya terpaku pada sosok yang terbaring di sofa pojok ruangan. Bagas?

Ia mengalihkan pandangannya ke arah nakas dan melihat ponselnya disana.

Banyak notifikasi masuk saat ia menyalakan ponselnya. Salah satunya dari Sang Ibu.

Ibu

Ayu, bisa pulang kapan? Ibu'kok kangen kamu ya

Jangan lupa besok empat tahun meninggalnya Ina, kamu bisa datang 'kan?

Empat tahun. Sudah selama itu dan dia belum melupakan hari itu.

Dan lusa juga empat tahun perginya Anggara.

"Pergilah maka aku akan pergi."

Pergi? Pergi kemana, Ngga? Aku sudah tidak punya tujuan. Kamu menghilangkan tujuan hidupku.

Ia memejamkan matanya sejenak. Tiba-tiba saja ia teringat kata-kata ibunya saat Anggara meninggal.

"Ikhlaskan, Ayu. Karena ketika kamu ikhlas maka hatimu akan tenang, kamu akan berdamai dengan masa lalu, dan memaafkan segala hal. Kuncinya adalah ikhlas."

Ikhlas.

Iya. Dia harus mengikhlaskan semuanya, mencoba berdamai dengan masa lalu dan melihat masa depan bukan?

Ia membuka matanya dan terkejut saat melihat Bagas yang sudah duduk dan melihat datar ke arahnya.

"Astaga!"

Bagas bangun dari duduknya dan berjalan menghampiri Ayu. "Kamu baru sadar dan sudah main handphone?"

"Aku hanya menge-cek notifikasi."

"Sama saja!"

"Bagas, kenapa aku sampe dirawat sih? Kalau pingsan'kan bisa di taro di apartemen aja, gak usah buang-buang duit."

"Selain keras kepala, kamu juga gak tau terima kasih ya?"

Ayu mendengus. "Aku hanya mengeluarkan opiniku."

"Stress berat, darah rendah, dan kurang gizi. Kamu gak pernah makan yang bener ya?"

Sebelum Ayu menjawab, pintu kamar diketuk dan seorang suster masuk dengan membawa troly berisi makanan.

"Ini buat sarapannya ya. Jam 10 dokter akan datang," ucap Suster itu dan berlalu pergi.

Bagas menatap ayu. "Makanlah."

Ayu mengangguk. Untuk protes pun percuma, dia juga lapar saat ini.

Selama Ayu makan, Bagas tetap memperhatikan wanita itu dan tanpa ia sadari, ia tersenyum.

Angel'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang