Paginya, Ayu melihat Bagas sudah berada di dapur membantu Retno. "Dih, ngapain kamu di dapur? Bukannya bantu Bapak malah masak," sela Ayu.
Bagas melihat Ayu dan seketika moodnya berubah mendengar celaan Ayu. "Harus banget ketus gitu ya pagi-pagi?" Retno terkekeh mendengar dua pasangan itu. Bagas sudah menjelaskan semuanya, berhubung Ato masih tidur di kamarnya ia menarik Bagas untuk membantunya membuat sarapan.
"Bapak masih tidur," jawab Retno.
"Sudah atuh, cepat sarapan abis itu ke makam Nia," titah Retno yang membuat perasaan Ayu memburuk. Bagas yang mendengar nama Nia reflek memperhatikan wajah Ayu yang tiba-tiba berubah keruh itu.
"Aku boleh ikut ke makam Nia?" tanya Bagas.
Retno menoleh, "Nia eta adik Ayu, meninggal empat tahun lalu barengan sama Angga ya?"
"Bu! Jangan bahas dia." Setelah mendengar itu, Bagas sadar, perjuangan dia mengambil hati Ayu masih panjang.
Retno terkekeh. "Udah ada gantinya itu, lebih ganteng lagi. Ibumah setuju banget kamu sama Nak Bagas." ucapan Retno sukses membuat Bagas tersenyum lebar dan wajah Ayu memerah.
"Udah ah, Bu. Makan ayo," Ayu sedikit sebal dengan Ibunya.
Bagas tertawa. "Terima kasih, Ibu." Retno ikut tertawa dibuatnya, "Udah kalian makan, Ibu mau bangunin Bapak dulu," selepas itu Retno meninggalkan Ayu dan Bagas berdua di meja makan.
"Tuh, Ibu aja udah setuju, jadi kapa resminya?" goda Bagas yang membuat wajah Ayu tambah memerah.
"Bagas!" mendengar nada tinggi itu, Bagas sukses tertawa.
Setelah sarapan, mereka berdua ke makam Nia dengan sepeda motor. Di makamnya, mereka berdua tidak bicara sama sekali. Ayu hanya menatap kosong nisan di depannya dan Bagas yang merasa aneh dengan situasi.
Ayu memejamkan matanya perasaan yang memuncak.
Rania, kakak datang. Sudah lama sejak terakhir kali datang. Entah kenapa, rasanya berat banget buat datang mengunjungimu. Mungkin karena teringat pengkhianatan kalian, anak kaliana, sedihnya ibu dan bapak, atau rasa bersalah. Tapi kenapa aku harus merasa bersalah? Yang bersalah disini kalian, dan kalian mendapatkan pelajarannya tapi kenapa aku harus merasakan ini?
Kakak datang bersama lelaki yang mungkin akan menggantikan posisi Angga, setidaknya dia lebih baik dari Angga. Dia membantu Kakak sembuh dari ketakutan yang kalian buat, dia terlihat lebih tulus dari Angga. Kamu tidak akan merebutnya lagi kan? Kakak mohon jangan, karena hidup kakak mungkin saja akan benar-benar hancur saat Bagas kamu ambil lagi seperti Angga.
Pergilah dengan tenang, Rania. Kesalahanmu memang sulit termaafkan apalai kakak bukan tipe pemaaf. Tapi kakak berusaha, sama usahanya dengan memaafkan Angga.
Rania, tenanglah. Kakak doakan kebahagianmu disana.
Ayu meneteskan Air matanya. Bagas yang sedari tadi melihat wajah Ayu yang sedang terpejam kaget saat Ayu menangis tiba-tibaa.
Bagas merangkul Ayu dan secara reflek Ayu malah menangis di dada Bagas. Tidak ada yang bisa Bagas lakukan selain menenangkan Ayu.
Di mobil, keheningan melanda, sampai Bagas yang muak dengan keheningan itu mulai membuka suaranya.
"Mau langsung pulang?" tanyanya.
Karena tidak mendapat respon, Bagas ikut diam kembali dan menjalankan mobilnya ke suatu tempat yang tenang.
Mobil berhenti di area kebun teh yang tidak jauh dari makam. Tersadar mobil berhenti, Ayu menoleh ke arah Bagas.
"Ngapain ke sini?" tanyanya. "Karena kita butuh ketenangan?" tanya Bagas balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel's
ChickLitSa.ha.bat N Kawan; teman; handai; Bertemu dan langsung menjadi akrab itu sulit. Mengumpulkan beberapa orang dengan sikap dan sifat yang berbeda pun juga sulit. Tapi ini kisah mereka, dengan garis hidupnya masing-masing. Percaya bahwa semua yang terj...