04

12.7K 2.3K 802
                                    

BAB 4

"Excuse me, I'm not stalker. I am a researcher, and you just happened to be a good subject"

🌸

Bagi siapa yang penasaran kenapa Bella selalu ingin tampil cantik di depan Hyunjin, alasannya karena gadis itu menyukainya. Cerita yang cukup simpel, tapi menarik. Semua bermula di awal masa orientasi sekolah.

Kalau dipikir-pikir, MOS itu bukan ajang pengenalan untuk siswa baru agar bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Tapi, ajang dimana kakak panmos menunjukkan kesenioritasan mereka sebagai tanda kalau mereka harus dihormati di sekolah ini. Namun, tak sedikit juga MOS itu dijadikan ajang para kakak-kakak kelas untuk memangsa adik kelas yang bening-bening, macem Bella contohnya.

Di hari terakhir MOS, biasanya para siswa baru akan dievaluasi kesalahannya selama seminggu. Hari terakhir disebut juga hari pembantaian, karena panitia MOS akan mencari kesalahan sekecil apapun itu agar semua siswa baru bisa dimarahin. Terutama Bella yang pada waktu itu berkali-kali dijadikan sasaran kakak kelas yang katanya 'ratu sekolah' yang bernama Sania.

"Ngapain lo pake-pake masker? Mentang-mentang anak konglomerat, lo pikir seenak jidat ngelanggar peraturan? Buka!" sentak Sania memarahi Bella.

"Saya lagi sakit. Nanti ketularan," jawab Bella jujur.

"Buka, nggak!? Kayak orang penyakitan aja."

Bella diam, tidak mau menuruti Sania. Dalam hatinya Bella mendumel, beda setahun doang, gayanya sok oke.

"Dibilang buka ya buka! Kakak-kakak, ada adek kita yang melawan nih! Enaknya diapain yaaaa.." teriak Sania membuat beberapa kakak panmos menoleh ke arah mereka.

Karena tidak mau jadi pusat perhatian, akhirnya Bella membuka maskernya dan tampaklah wajahnya yang pucat serta bibir yang pecah-pecah.

Sania mah jadi orang bodo amat anaknya. Jadi, cewek itu mengambil kecap sachet dari kantongnya lalu melumuri Bella dari ujung rambut lalu ke wajahnya. "Tuh! Biar enggak manja lagi jadi orang."

Bella tersentak dan tak bisa berbuat apa-apa selain menahan emosinya untuk enggak pecah saat itu juga.

"Lumurin kecap yang ada dibadan lo ke temen lo sono," suruh Sania.

Bella menyerngit. "Tapi kak—"

"Cepetan! Kalo lo kena kecap, ya semua temen lo harus kena kecap juga lah! Gimana sih, katanya satu!"

Bella menelan salivanya. Astaga, benci banget sebenarnya dia dengan orang kayak gini. Tapi ya mau bagaimana lagi. Kalau Ayahnya tahu Bella diperlakukan seperti ini di sekolah, mungkin Ayahnya bakal menutup sekolah ini kali.

"Lumurin ke gue aja," ucap seseorang yang tak Bella kenal saat itu. Orang itu juga sedang dihukum. Tangannya naik ke atas sambil memegang ember. Kemejanya terbalik, dan dicoret "Anti Panmos" oleh seorang kakak panmos yang menghukum dia tadi.

Bella sedikit terkejut. "Nggak papa?"

"Santai. Cepet lumurin, tar lo dimarahin lagi sama si nenek sihir."

Bella terkikik kecil namun mengangguk cepat. Ia lalu mengusap bekas kecap dari ujung rambut dan badannya. Kemudian bekas kecap dari tangannya itu diusapkan kembali ke wajah cowok bermata sipit itu. "Maaf ya aku pegang mukanya," izinnya.

"Selo aja."

Bella melirik name tag cowok itu. "Hyunjin?"

"Ah, kenapa?"

My Angelic BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang