21

7.9K 1.3K 1.1K
                                    

BAB 21

"Do you believe that a boy and a girl can be bestfriend??"

Pernah merasa tidak sabaran ketika ingin memulai melakukan sesuatu yang baru? Itu yang Lea rasakan ketika Bu Riley mengakhiri kelasnya. Kalau boleh jujur, 2 jam bertatap muka dengan beliau rasanya seperti berada di neraka. Dosen mata kuliah Argumentasi Hukumnya-nya itu tak segan-segan mengadakan kuis setiap beliau selesai menerangkan satu topik. Kalaupun ada orang yang tahan diajar oleh Bu Riley, Lea yakin orang itu dikaruniai hati tulus dan murni ketika Tuhan melakukan pembagian rasa sabar pada umat-Nya.

Hari ini Lea masih bisa menoleransi dosen itu karena moodnya sedang baik. Dan untungnya lagi tugas kuliah Lea yang sekelompok dengan Luhan sudah selesai dengan cepat berkat memory card Jungkook. Gadis itu bahkan menulis makalah tentang demo kemarin secara detail, tidak ada satu wawancara pun yang terlewatkan. Kurang apa lagi niat Lea dalam mencari nilai A?

Ketika semua orang bergegas memasukkan seluruh barang ke tas masing-masing, Lea-lah yang pertama kali selesai dan buru-buru keluar kelas. Namun dia berhenti ketika suara Luhan menginterupsinya.

"Mau kemana lo? Buru-buru amat."

"Sori," sahut Lea. "Gue punya tugas suci."

Sebelum Luhan membuka mulutnya, Lea terlanjur pergi sebelum cowok itu bertanya kemana. Langkah Lea begitu ringan. Senyumnya tak luntur dari wajahnya. Malahan, orang yang melihat ikutan senyum. Bahagia itu memang sederhana, ya?

Ditambah, jarak kampus dan tempatnya bekerja sangat dekat, kebahagiaan Lea menjadi dua kali lipat rasanya.

Dentingan bel yang ada di atas pintu kayu kafe terdengar saat Lea membuka pintu ganda transparan dengan kedua tangannya. Ada derit pelan. Harum kayu manis dan aroma kopi menguar di seluruh sudut ruang. Lea lantas merasa nyaman bisa berlama-lama di tempat ini. Senyum terbit di wajah gadis itu lagi. Ia bersyukur karena mendapat pekerjaan super simpel ini dengan gaji lumayan. Setidaknya bisa membelikan kado spesial untuk Ayahnya.

"Permisi, pak," sapa Lea pada seorang pria paruh baya yang memakai kemeja putih, bercelana tisu hitam, berdiri di dekat meja kasir. "Saya Lea, pak, yang minggu lalu melamar kerja paruh waktu di sini."

"Oh, iya, iya. Kemarin Pak Bos juga bilang ada anak kuliah yang bakalan kerja di sini. Kamu to?"

"Benar, pak," sahut Lea tersenyum.  "Saya ditempatkan di kasir."

"Ah, Arzaylea?" suara bariton membuat Lea menoleh. Dari belakang bapak paruh baya itu ada seorang pria tegap berjaket denim memanggilnya.

"Selamat siang Pak Dean, terima kasih telah merekrut saya," ujar gadis itu ramah. Waktu melamar kemarin, Lea cukup terkejut. Ia pikir orang yang berada di depannya saat ini adalah pelayan di sini, ternyata pemuda itu adalah si pemilik kafe. Mungkin berumur 25 keatas, entahlah. Tapi wajahnya masih sangat muda dan cocok jadi mahasiswa. Untungnya Lea tidak terpikat.

Pria bernama Dean itu tertawa. "Jangan kaku-kaku amat, lah. Santai aja."

"Oh, iya, pak. Saya seneng banget sih soalnya, hehe.." Lea menggaruk tengkuknya.

"Lo.. ah, maksud saya kamu bisa kerja hari ini sesuai shift yang lo.. ah sori, yang kamu ambil. Ruang ganti baju di belakang, habis itu lo.. aduh, ribet. Gue ngomong biasa aja nggak papa, ya? Belum terbiasa pake saya-sayaan.."

Lea tertawa begitu juga bapak di depannya. "Nggak papa kok, pak. Lebih baik gitu, jiwa mudanya kelihatan."

Dean tergelak. "Nah, abis ganti baju, baru lo bisa kerjain tugas lo. Ini hari pertama lo ya, semangat!"

My Angelic BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang