20

8.4K 1.8K 1.1K
                                    

‼️butuh 4 hari ternyata mengumpulkan 1K votes di 1 chapter. chapter ini 3K words, coba sekali ini, jangan jadi silent readers dan spam chapter ini sebanyak yang kalian bisa. gue bakal update 1 kali 1 minggu sampai maret berakhir KARENA CHAPTER YANG AKAN KU POST DI WATTPAD TINGGAL 3 LAGI🙂

 gue bakal update 1 kali 1 minggu sampai maret berakhir KARENA CHAPTER YANG AKAN KU POST DI WATTPAD TINGGAL 3 LAGI🙂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💎💎💎

BAB 20

"The hardest thing to do is watch the one you love, love someone else" -Poise

🌸

"Serius saya diterima, pak? Bapak enggak bohongin saya? Huhu, saya trauma dibohongin tahu, pak. Apalagi sama laki-laki."

"Benar, Lea. Saya serius. Kamu bisa mulai bekerja besok."

"Astaga jadi beneran? Baik! Baik, pak! Terima kasih banyak, pak!"

Rasanya Lea ingin melompat dari atap rumahnya saat ini juga setelah sambungan telepon itu diputus. Orang bahagia bisa melakukan apapun, kan? Melakukan hal yang tidak wajar pun rasanya halal-halal saja. Untung saja kabar baik bahwa ia diterima kerja part-time di salah satu kafe datang, karena kalau tidak, Lea sudah hampir membenturkan kepala Jimin ke roda kemudi sebab cowok itu merengek seperti bayi untuk mampir ke rumah Lea.

Tidak tahan menghadapi Jimin seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen, lagi-lagi Lea hanya bisa pasrah. Tidak tahu kenapa, sulit sekali menolak kemauan cowok berzodiak Libra itu. Padahal keinginan Lea hari ini setelah merekam tugas adalah pulang ke rumah, maskeran sambil menonton drama Korea dan tidur lebih awal karena besok dia ada quiz pagi. Tapi semua itu hanya wacana karena di sinilah mereka sekarang. Di ruang tamu rumah Lea, duduk bersebelahan, tidak tahu harus melakukan apa seperti kambing congek.

"Siapa tuh Pak Yoseph?" celetuk Jimin melirik layar ponsel Lea sekilas.

"Bokap lu," sahut Lea asal karena dia terlalu malas menanggapi Jimin. Gadis itu lebih fokus untuk mengirim pesan pada Luhan bahwa ia baru saja mendapat kabar baik.

Jimin mengerutkan kening. "Bokap gue namanya Justin, bukan Yoseph."

"Justin Bieber?"

"Justin Neredith, lah. Kalo Justin Bieber mah, temen main kelereng gue pas kecil."

Lea terkekeh lalu meneloyor kepala Jimin. "Mimpi lu."

"Lah, nggak percaya."

"Percaya sama lo, Tuhan gue ada dua."

Jimin tertawa lepas lalu beberapa sekon kemudian ekspresinya berubah serius. Ia mengikis jarak duduknya pada Lea, menatap gadis itu teduh. "Kali ini serius. Itu siapa, Lea?"

 Itu siapa, Lea?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Angelic BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang