16

8.8K 1.7K 936
                                    


🍃

BAB 16

I feel my heartbeat bumpin' to the bass. He give me butterflies and they won't go away. Under the stars, he took my hand and said, "Love, you, need you, need you here to stay"

🌸

"Jadi mau kemana lagi hari ini?"

Ini kali ketiga Jimin menanyakan hal yang sama pada gadis yang tengah menghayati proses penghabisan es krim matchanya. Cowok itu merengut kesal pasalnya Bella selalu menjawab "Tunggu!" atau "Jangan ngomong sama gue dulu!" atau "Gue lagi makan, nanyanya nanti aja." ketika Jimin bertanya kemana tujuan mereka selanjutnya.

Jimin tahu matcha itu adalah separuh hidup Bella, tapi enggak gini juga kali! Masa dia tega mengabaikan Jimin yang sudah susah payah membelikan Bella matcha sampai harus berkeliling karena kedai es krim kesukaan Bella tutup?

"Eumm.. enaaak.."

Jimin melirik Bella yang sekarang menjilati sendok es krimnya. Mata cowok itu hampir melotot ketika Bella ikut menjilati cup yang sudah benar-benar kosong, tak bersisa lagi. Cowok itu menelan salivanya berat sambil membatin, ni cewek nggak ada jaim-jaimnya depan gue, ya?

"HABIS! Yuk!" seru Bella mengangkat cup es krimnya lalu meletakkan di atas dashboard mobil Jimin.

"Oi! Jangan dibuang disitu!" protes Jimin.

"Yeee.. siapa juga yang mau buang di sini?" Bella langsung mendesis tidak senang. "Numpang bentar, tar kalo ketemu tempat sampah baru dibuang. Oh, atau mau dibuang di sini?" gadis itu menarik cup-nya kembali lalu menjulurkannya di depan Jimin.

"Memangnya gue tempat sampah?"

"Mirip." Bella meletakkan cup es krimnya kembali di atas dashboard.

Jimin mendengus namun ia tak membalas cemooh Bella. Setelah bermenit-menit menunggu Bella menghabiskan es krimnya, Jimin kembali melajukan mobilnya. "Segitu sukanya ya sama matcha?"

"He'eh.. suka banget banget banget."

"Sampe nggak bisa diajak ngomong, ya."

"Lo nggak pernah ngerasain, sih, cita rasa makanan itu gimana. Modelan kek lo mah kalo makan ya tinggal makan, nggak diresapi dulu makanannya."

Jimin mengangkat alis. "Lah, emang penting? Selagi makanan enak dan sehat ya dimakan aja lah."

"Kalo lo makan sambil menghayati makanan lo, dijamin lo bakal puas pada akhirnya."

"Iya iya, bawel." Jimin memilih mengalah saja karena ia sedang tidak ingin berdebat dan membuat Bella marah (walau Bella sangat imut ketika marah). "Ini sekarang kita kemana? Mumpung masih siang."

"Kemana ya enaknya...Ah!" Bella tiba-tiba mendapat ide di otaknya seakan ada lampu di atas kepalanya. "Gue pengen ke Dufan. Ke sana, yuk?"

"Yakin? Siang-siang gini?" Jimin melihat Bella tak yakin.

Bella mengangguk mantap. "To be honest, gue belum pernah ke sana."

"Hah?" Jimin terkejut tak percaya. "Boong ya lu?"

"Sumpah demi Dewa Zeus." Bella mengangkat dua jari tangannya membentuk huruf V. "Ngapain bohong, sih."

Jimin terkekeh. "Oh iya lupa, lo kan mainnya di luar negri, ya. Dufan mah nggak ada seru-serunya dibanding Disneyland."

"Apasih, bukan gitu!" bantah Bella. Selama hidupnya, dia memang tidak pernah ke Dufan. Bukan karena ia tidak mendapat izin ke sana, tapi karena tidak punya teman untuk berwisata bersama. Hidup Bella selalu dibatasi lingkar pergaulannya. Ia tak pernah merasakan pulang sekolah bersama teman sebab selalu dijemput supirnya, selalu di antar pergi ke ulang tahun teman ketika teman yang lain membuat janji titik temu untuk berangkat bersama, selalu diawasi dimana pun dan tidak pernah bebas.

My Angelic BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang