Musim gugur ini rasanya lebih dingin dari musim gugurku yang lalu. Ini bukan kiasan, tapi memang begitu adanya. Kyoto, kota ini dikelilingi oleh tiga buah gunung dari segala penjuru angin membuat lembah ini beriklim darat, sangat dingin pada musim dingin dan sangat panas pada musim panas.
Sekitar dua minggu lalu aku menginjakan kaki ke tempat ini, yang sebelumnya memang tak pernah aku kunjungi bahkan tak pernah sekalipun terbesit untuk tinggal di dalamnya. Beruntungnya aku bisa mendarat disini, kota yang selalu menyejukan mata karena hijaunya, danau yang tenang, dan beberapa sungai yang mengalir melewati kota ini. 10 hari menyusuri kota ini, aku tidak pernah bosan. Bisa kubilang aku jatuh cinta dengan Kyoto. Dari niatku iseng-iseng melepas penat sebelum kuliah masterku dimulai, kurasa aku akan melakukannya sering-sering. Kalau bisa aku jalan kaki saja ke kampus, hitung-hitung berhemat ala anak beasiswa.
Ceklek
"Tadaima" ucapku sesaat memasuki rumah singgahku. Rumah ini adalah rumah kenalan ayahku, tuan Lee Bum Soo. Dia adalah mantan seorang konsul jenderal Korea di Kyoto. Dia sudah lama tinggal di Kyoto, dan beristrikan orang Jepang bernama Nako Sashihara.
"Jin-chan! Kenapa balu pulang?" Bocah gembul ini bernama Eiji. Dia cucu pertama tuan Lee dari anak pertamanya.
"Loh? Eiji belum tidur? Besok sekolah kan?" Aku mensejajarkan diri dengan Eiji. Anak ini memang sedikit manja kepadaku.
"Dia menunggumu, katanya tidak mau tidur kalau bukan Jin yang membacakan buku untuknya" Haruka, Ibu Eiji sedikir tertawa melihat kelakuan putranya yang mendadak manja pada orang lain.
"Ah begitu ya? Kalau begitu Jin-chan akan mandi lalu ke kamar Eiji untuk membacakan buku. Oke?"
"Ehm" Eiji mengangguk lucu dan berlari menuju kamarnya
"Titip Eiji ya. Sepertinya kau dalah favorit barunya" Haruka terkekeh sambil menepuk pundakku sebelum ia kembali ke kamarnya.
.
.
."Aaahh! Kenapa digigit?" Teriakan itu membuat semua orang rumah berlari menuju ruang tamu.
"Kenapa ojican selalu ikut jin-chan? Hali ini jin-chan yang antal Eiji" Omelnya pada Lee Jae Hwan atau biasa kami panggil dia Ken, putera kedua Tuan Lee.
"Siapa yang akan menyetir mobil huh? Lepaskan ojisan Eiji" Ken menarik kakinya yang tadi digigit oleh Eiji
"Jin-chan yang setil kan bisa. Jangan ikut!"
"Oh Eiji, jangan berteriak. Jin bilang kan Eiji harus jadi anak baik? Jin tidak bisa menyetir jadi ojisan harus menemani Jin mengantar Eiji. Boleh ya?" Aku merangkulnya untuk menenangkannya. Entah kenapa Eiji menjadi sensitif bila aku berada dekat dengan Ken
"Ojican pasti nanti ambil Jin-chan" Eiji mempoutkan bibirnya matanya mulai berkaca kaca
"Memang kenapa? Memang Jin punyamu?" Ken tertawa sambil menjulurkan lidahnya untuk meledek Eiji
"Uh! Dasal monstel penculik. Hueee" Eiji mulai menangis, merentangkan tangannya meminta untuk kupeluk
"Astaga Ken, selisih umur kalian bahkan lebih dari 20 tahun. Masih saja meledek anak kecil" Haruto, ayah Eiji hanya menggeleng pasrah melihat kelakuan adiknya.
"Sudah ya Eiji. Kita berangkat ya? Nanti Jin belikan es krim vanila sepulang dari kuliah. Deal?" Eiji mengangguk sambil mengusap air matanya . Jadilah hari itu kami berangkat bertiga, aku, Eiji, dan Ken. Ken duduk sendiri di depan karena Eiji tidak mau duduk bersebelahan dengan Ken. Aku juga diauruh duduk di belakang karena ia akan memukul Ken apabila aku berada di sebelahnya.
.
.
.Tuk
Aku tersadar dari lamunanku. Ken melemparku dengan bola tissue.
"Hehehe kenapa Jin? Apa kau gugup?" Aku mengangguk
"Ayolah ini bukan apa-apa. Kau seperti anak sma baru masuk kuliah saja" sambungnya sambil tertawa kecil.
Mungkin ini bukan hal besar untukmu Ken. Tapi iya untukku...
"Pulang jam berapa?" Tanyanya lagi
"Hmm mungkin jam 6 . Aku aku berkeliling sebentar"
"Baiklah, kau bisa SMS aku bila sudah selesai" Ken tersenyum sebelum ia membuka sabuk pengamannya
"Tidak perlu Ken. Aku akan naik bis seperti biasanya" aku menepuk pundaknya kemudian keluar dari mobil yang kami tumpangi menuju ke kelas baruku.
KAMU SEDANG MEMBACA
END Home [Namjin FF]
Fanfiction"Apa kau hidup hanya untuk menunggu kematian?" "Ya. Aku bukannya tidak bisa mati sekarang. Tapi ada sesuatu yang harus kuselesaikan dulu sebelum aku mati"