Kembali

398 64 4
                                    

Ting ting ting

Bel apartemenku berbunyi, Yoongi mendengus kesal karena sepertinya orang yang datang cukup tidak sabaran.

"Biar aku saja" Yoongi membukakan pintunya. Sementara aku menonton di ruang tengah.

"Baby, ayo kita pulang" Jimin datang ke apartemenku. Aku pindah kesini sekitar 2 minggu lalu, aku tidak enak terus tinggal di rumah tuan Lee, karena sejak peristiwa itu banyak orang datang untuk menemuiku, kadang ada beberapa wartawan datang kesitu. Sehingga kuputuskan untuk mencari tempat tinggal baru.

"Haishh, kenapa kau kesini?" Yoongi langsung protes saat ia tahu Jimin datang kemari .

"Aku jauh jauh datang dari Korea nalah disambut begitu. Jahat" Jimin duduk di sebelah Yoongi dan bersandar pada bahu kekasihnya itu. Bibir nya dipoutkan, apakah seperti itu rasanya berkencan dengan lelaki yang lebih muda?

"Kenapa tidak bilang dulu sih? Jangan manja Park Ji Min" Yoongi mendorong Jimin menjauh.

"Kan aku rindu padamu, sebulan lebih tidak bertemu terus aku seperti itu masa tidak boleh. Biasanya juga no.." Yoongi membekap mulut Jimin sambil melotot, aku hanya terkekeh melihat mereka berdua. Sepertinya kalau tidak dibungkam rahasia hubungan mereka akan dibongkar disini.

"Please please, aku rindu" Jimin merengek pada Yoongi.

"Tapi aku tidak mau pulang dulu, aku masih betah di Kyoto" Yoongi melembut, Jimin itu imut aku juga luluh kalau diberi tatapan memohon seperti itu.

"Maksudku ayo kita ke apartemenmu" Jimin berbisik tapi bisikan pria itu masih bisa kudengar. Wajah Yoongi langsung bersemu merah. Aku ingat kata Yoongi waktu itu, Jimin yang terlihat polos itu terkadang kelebihan hormon dan Yoongi harus setengah mati apabila menolaknya.

"Jimin, kenapa kau jadikan Jin obat nyamuk disini?" Astaga. Suara itu, aku langsung menoleh ke arah pintu masuk.

"Kenapa harus bawa dia sih?" Yoongi menatap galak pada Namjoon.

"Dia sudah mau mati katanya tidak bertemu denganmu sangat lama" Namjoon terkekeh aku tak bisa berkata-kata hanya tersenyum menatap Namjoon yang balas menatapku . Sepertinya ia masuk bersama Jimin dan bersembunyi terlebih dahulu di dekat pintu masuk.

"Ayo pulang~" rengek Jimin

"Iya sebentar. Dasar merepotkan, padahal aku masih ingin mengobrol dengan Jin" Yoongi mengambil telepon genggamnya.

"Lagipula pemiliknya sudah datang, kau tidak bisa mengganggu mereka" Jimin berkata seperti itu aku hanya terkekeh. Ia makin mirip Eiji jika sedang manja begini.

"Pemilik kau bilang? Namjoon saja tidak pernah meminta Jin jadi kekasihnya. Ayo pulang" aku langsung bersemu merah. Yoongi memang selalu begitu, apa yang ingin dia ucapkan ya diucapkan saja. 

Namjoon merentangkan tangannya, air mataku tiba tiba menetes. Aku bahagia. Aku mendekat kearah Namjoon memeluknya erat. Aku tidak bisa lagi membendung rasa rindu ini. Rasanya badanku bergerak begitu saja ke arahnya.

"Kok menangis?" Namjoon mengusap rambutku. Menyandarkan wajahnya di kepalaku. Aku menggeleng saja, aku tidak tahu juga kenapa aku menangis.

"Aku pulang Jin, aku pulang" Namjoon berkata sangat pelan. Tapi aku tahu dia sangat serius.

"Kau bertambah kurus. Hari hari yang bagaimana yang telah kau lewati?" Disela sela kebahagiaanku, kurasakan tubuh Namjoon mengurus. Aku tak tahu bagaimana hari harinya tapi pasti hari hari berat telah ia lewati.

"Hanya beberapa minggu tak dapat kabar darimu, itu hari terberat dalam hidupku Jin. Rasanya aku punya rumah tapi aku tidak tahu cara untuk pulang" Pelukannya mengerat

END Home [Namjin FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang