Belum selesai masalah itu, masalah Jungkook datang . Sebenarnya bukan masalah sih, toh mereka melakukannya karena dasar suka sama suka. Tidak ada paksaan. Tapi jungkook yang kadang mucul pikiran paranoidnya merengek padaku atau Namjoon bagaimana kalau ia hamil, bagaimana kalau test pack itu salah. Seperti tadi malam Jungkook datang malam malam ke apartemenku, menangis karena ia merasa mual dan merengek minta tidur denganku. Akhirnya Namjoon mengalah tidur di sofa lagi, demi bayi kelinci ini.
"Masih mual?" Aku bertanya pada Jungkook yang baru saja bangun tidur. Namjoon sedang memanggang daging di dapur untuk kami makan.
"Wah daging. Hhhmm~" aku mengernyit. Sepertinya ada yang salah disini biasanya ibu hamil akan mual di pagi hari dan muntah mencium aroma masakan ini. Dia itu polos atau apa sih?
"Loh loh? Katanya mual? Malah kau ciumi dagingnya" Namjoon berusaha menjauhkan daging panggang itu
"Tidak kok" kata Jungkook enteng
"Sudah kubilang Joon. Dia hanya masuk angin tadi malam" Namjoon terkekeh
"Makanya, jangan macam macam kau bocah. Rasakan akibatnya, merasa bersalah juga kan? Kau itu belum dewasa" Namjoon menaruh daging panggang di meja
"Tapi kata Taetae oppa Jimin oppa dan Yoongi eonni sering kok melakukannya" Jungkook sedikit tak jelas karena dipenuhi daging mulutnya
"Ya kalau mereka sih santai saja, sudah siap. Kalau Yoongi hamil pun tinggal nikah, secara mental dan finansial juga sudah siap" Namjoon menjelaskan
"Kalau kau, lihat masih kuliah. Taehyung juga, disuruh menjalani bisnis ayahnya juga masih ogah ogahan. Aku tahu orang tua kalian bisa membiayai kalian dan menggelar pernikahan mewah untuk kalian. Lihat, baru begini saja sudah paranoidnya setengah mati. Kau belum siap Jungkook" mulai. Pagi hari dimulai oleh ceramah dari tuan Kim Nam Joon.
"Hahh lama-lama oppa dan eonni itu sama. Cerewet" Jungkook tak terima dengan perkataan Namjoon
"Harusnya kudoakan saja kau hamil sungguhan. Biar tahu rasa" Jungkook mempoutkan bibirnya
"Oppaa~ jahat sekali sih doanya. Taetae oppa tolong Kookie~" Jungkook merengek lagi
"Tidak ada calon ibu yang begitu kook" aku menggoda Jungkook
"Waaa~ eonni juga kenapa malah menakut nakuti?"
"Dasar bocah" celetuk Namjoon sambil menatap Jungkook heran
.
.
.Aku dan Namjoon duduk sambil memandang hanbok pemberian ayah. Aku tersenyum, ayah seolah menyiapkan semuanya untuk kami. Ayah, aku merindukan ayah.
"Jin, kira kira kapan kita bisa pakai hanbok ini?" Namjoon memecah lamunanku. Aku menatap Namjoon yang tersenyum
"Aku tidak tahu Joon. Aku ingin hidup denganmu dengan ketenangan. Tidak ada ketakutan dalam menjalani hubungan ini. Tapi ... ini semua belum selesai" Namjoon merangkulku
"Kalau dilihat kebelakang banyak yang kau dan aku alami ya Jin. Aku juga tidak tahu sejak kapan aku menjadi sekuat ini. Atau, memang karenamu aku menjadi kuat" Aku ini rumahmu Joon, kau juga adalah rumahku. Rumah, tempat kita berlindung dari panas, terik, angin, hujan. Kalau rumahnya tak kuat, bagaimana seseorang dapat bertahan? Untuk itu aku kuat untukmu dan aku yakin kau juga, karena faktanya bahwa aku ada disini bersamamu terus menjalani hidupku.
"Kalau dulu aku bermimpi jadi seorang musisi terkenal, mendapatkan uang dan membahagiakan orang yang kusayangi, kurasa semua itu sudah kudapat Jin. Malah kurasa semua ini diluar ekspektasiku, aku tak membayangkan punya begitu banyak penggemar, seolah olah aku lompat ke langit tanpa ada pinjakan di bawahku. Tapi kau mengisi kekosongan itu Jin, aku jadi punya pijakan sekarang. Ada yang lebih beharga dari uang yang selama ini aku cari" Namjoon mengeratkan rangkulannya
KAMU SEDANG MEMBACA
END Home [Namjin FF]
Fanfiction"Apa kau hidup hanya untuk menunggu kematian?" "Ya. Aku bukannya tidak bisa mati sekarang. Tapi ada sesuatu yang harus kuselesaikan dulu sebelum aku mati"