Appa

465 56 5
                                    

"Katamu kalau ada orang yang lebih tampan dari appa adalah tindakan ilegal. Kalau begitu dia harus masuk penjara"

Aku ingin tertawa tapi ayah pesan bahwa aku tak boleh membesarkan hati Namjoon. Wajah Namjoon sudah khawatir tadi tapi dia orang yang pandai menyembunyikan raut wajahnya. Ayah bilang padaku dia akan lihat apa Namjoon masih berani datang kesini untuk menjenguknya, atau hanya berani sampai ruang tamu di rumah kami.

.
.
.

Namjoon datang lagi hari ini, dua hari setelah ia pertama bertemu dengan ayahku dan berakhir di obrolan tentang buku non fiksi yang pernah mereka baca. Terdengar agak canggung, karena ayah seperti menguji Namjoon. Mirip sidang tugas akhir.

"Hai princess" Namjoon mengecupku saat ia memasuki rumahku. Ayah tidak akan suka jika ia melihatnya.

"Aku sedang menyuapi appa, kau mau disini atau...?" Kupastikan ia akan menjawab bahwa ia akan menunggu disini.

"Aku ikut ke dalam. Aku membawa buku buku baru untuk appa mu"

"Baiklah" Wah, Namjoon kuat juga menahan kejahilan ayah.

"Hai anggur ilsan" anggur ilsan? Apa maksudnya? Kadang dibalik keseriusan ayah, dia adalah manusia paling random yang 11:12 dengan Taehyung dan Ken.

"Appa" aku menatap ayah yang sedang tersenyum meledek

"Selamat pagi Tuan Kim" sapa Namjoon

"Apa itu?"

"Itu buat Jin bukan untuk appa" aku sedikit meledek

"Hmm no no. Itu buku buku terbitan baru kan? Pasti untuk appa" ayahku menyambut kantong plastik berisi beberapa buku itu

"Kemarin rambutmu warnanya abu gelap, sekarang ungu. Apa tidak rusak?" Ayahku bertanya pada Namjoon yang hari ini tampak beda dengan warna rambutnya. Ia makin tampan.

"Sudah rusak tuan Kim, kurasa harus digundul dulu baru tumbuh bagus" Namjoon tersenyum menampakan lesung pipinya

"Kau meledekku?" Ayah memasang wajah sinis

"Beda appa, itu gundul karena sudah tua" aku menginterupsi mereka

"Hahh iya, aku sudah tua" ayah mengangguk angguk "kalau masih muda pasti aku lebih tampan darimu" Namjoon terkekeh

"Kalau itu pasti. Tuan Kim terlihat tampan sekarang bagaimana dulu mudanya"

"Aishh kaku sekali anak ini, jangan tuan kim. Kau seperti pegawaiku saja. Panggil apa saja lah appa, papa, daddy, uncle" Namjoon membelalak, aku hanya tersenyum melihat interaksi mereka "Jangan samchon atau ahjussi, kuno"

"Appa saja" aku mengusulkan pada Namjoon yang terlihat bingung memilih.

"Ya, appa saja" kata ayahku

Aku kebelakang untuk menaruh alat alat makan ayahku, sengaja kubiarkan agak lama karena aku ingin Namjoon berinteraksi lebih leluasa dengan Ayah. Begitupun agar Ayah lebih leluasa. Kutinggal sekitar 30 menit sambil membuatkan kudapan untuk Namjoon. Aku masuk ke kamar ayah lewat perpustakaannya yang memiliki pintu sendiri dari luar namun dapat tembus ke kamar ayah karena ada celah yang bisa digeser. Aku sengaja kesana karena kulihat plastik pelapis termometer ayah hampir habis dan aku mengambil persediaannya di kabinet. Ayah dan Namjoon kelihatan dari ruang ini, terlihat dari celah celah antar buku. Mereka berdua sedang mengobrol paling juga tentang buku. Aku duduk disana memerhatikan dua pria yang paling kucintai, bersyukur ayah tak terlalu keras pada Namjoon. Kurasa mereka butuh waktu lebih lama. Aku duduk di kursi ayah, suara mereka sedikit terdengar rupanya.

END Home [Namjin FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang