Kutukan. Entah mengapa aku percaya kutukan itu ada. Dan sepertinya aku salah satu manusia di bumi yang diberikan hadiah buruk itu. Orang-orang yang sangat berarti bagiku satu persatu pergi dengan caranya masing-masing. Ibu, pergi dari hidupku sejak usiaku 7 tahun untuk kembali ke kehidupan lamanya. Ayah, menjadi manusia super sibuk sejak perceraian itu. Bibi Park, meninggal di usia belum terlalu tua, 52 tahun karena kanker tulang yang ia idap. Jisoo, ia pergi dengan cara yang sama seperti Ibu.
Dan yang tak pernah kuceritakan bahwa mereka juga orang yang pernah menjadi bagian hidupku dan pergi dengan cara yang cukup mengenaskan. Min Yoo Ra, teman sekelas saat SMP dia anak pendiam yang selalu duduk di pojok depan kelas. Aku selalu menegurnya atau mengajaknya mengobrol agar ia tak sendiri, aku tidak punya sahabat karena aku berteman dengan semuanya secara netral. Tapi Yoo Ra, dia berbeda. Dia sangat tulus dan ternyata ia penuh bakat. Dia suka melukis dan menggambar manga, tidak ada yang tahu karena ia sangat pendiam. Sampai suatu saat kejadian buruk menimpanya, ia diperkosa oleh orang tak dikenal saat ia pulang dari kursus melukis dan buruknya ia memilih mengakhiri hidupnya dengan memasukan kabel listrik ke dalam bathub. Satu lagi pergi. Dengan cara yang sangat mengenaskan.
Jatuh cinta. Siapa bilang aku tidak pernah merasakannya? Dia Kang Ha Neul, seniorku saat SMA. Siapa yang tidak bahagia saat kau bisa bersama dengan laki-laki baik dan menurutmu mendekati sempurna. Dia mungkin bukan laki-laki romantis seperti di drama, tapi ia sangat dewasa dan mengertiku dengan baik. Keluarganya juga baik, mereka menerimaku di rumahnya, bahkan ibunya tak jarang memberiku barang-barang buatan tangannya seperti sweater dan sarung tangan rajut. Bersamanya aku seperti menemukan keluarga baru, sosok ibu yang sudah lama hilang, dan keluarga yang hangat. Dia bukan hanya kekasihku, dia guruku, saudaraku, sahabatku. Kemudian saat ujian nasionalnya akan dimulai, ia malah tak masuk sekolah selama satu minggu. Awalnya ia bilang ia sakit biasa, aku hampir setiap hari ke rumahnya. Dan entah hari sial yang keberapa dalam hidupku terjadi, dia divonis terkena kanker otak stadium akhir setelah berbagai macam pemeriksaan. Hancur. Begitu yang aku rasakan. Aku merawatnya sepulang sekolah, ada hari dimana ia tak mengenalku, kebingungan siapa yang datang. Aku menangis diam-diam, entah sesering apa. Tiga bulan, sekitar tiga bulan setelah vonis itu dia tak sadarkan diri, bisa dibilang comma. Aku selalu mendoakannya, berbisik untuknya agar ia cepat bangun, dan jawaban Tuhan ternyata lain. Haneul oppa meninggal setelah 35 hari tak sadarkan diri. Satu lagi pergi. Dan dari situ aku tak mau ada orang yang masuk dalam hidupku terlalu dalam, kalau aku suka padanya biar aku saja yang merasakan, jangan orang itu. Aku tak mau mereka menjadi bagian dari kutukan itu.
Setelah kejadian itu, banyak fans Namjoon datang ke kampusku. Tentu saja aku tidak menemui mereka, itu akan mempersulit Namjoon menyelesaikan skandal ini. Terkadang ada nomor tak dikenal mengirim pesan jahat padaku tapi aku tak peduli. Aku sekarang terus berangkat dan pulang bersama Ken agar aku tak naik bis dan bertemu dengan orang-orang itu. Jungkook dan Taehyung juga lebih sering menemaniku keluar sekarang, pesan Namjoon kata mereka.
"...."
"Oh hai Namjoon, iya aku sudah makan. Apa disana dingin? Suaramu seperti terkena flu"
"...."
"Kau harus banyak minum vitamin, kau kelelahan"
"...."
"Ahaha mulutmu memang manis"
"...."
"Aku harus ke kelas. Sampai jumpa"
Aku memutus sambungan telepon itu. Entah keberapa kali Namjoon mengatakan bahwa ia rindu padaku, ia menyayangiku. Namjoon, aku mohon dari sekian miliyar manusia kenapa harus aku?
"Wah daebak, belum selesai scandal itu sudah ada lagi" aku ada di rumah Jungkook untuk mengajarinya Biologi, TV di kamar Jungkook memang selalu menyetel channel Korea. Seperti sekarang berita infotainment tak berbobot diputar lagi. Scandal kami belum begitu pudar dan satu lagi datang untuk Namjoon. Kau tahu apa yang kupikirkan? Aku takut. Takut Namjoon memilih jalan itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
END Home [Namjin FF]
Fanfiction"Apa kau hidup hanya untuk menunggu kematian?" "Ya. Aku bukannya tidak bisa mati sekarang. Tapi ada sesuatu yang harus kuselesaikan dulu sebelum aku mati"