Nara Park

681 70 2
                                    

"Seokjin-ssi! Tunggu" seseorang meneriakiku beberapa menit setelah aku keluar dari restaurant milik Jungkook . Aku menoleh, ternyata pria itu yang memanggilku.

"Ya?"

"Terimakasih banyak. Tapi kurasa kau tak perlu membayarnya, ini terimalah" ia menyodorkan sejumlah uang padaku. Asal tau saja, itu semua aku lakukan agar aku tak punya hutang budi padamu.

"Tidak, aku berterimakasih padamu karena kau menolongku. Jadi terimalah" aku mendorong tangannya perlahan

"Kalau begitu aku harus berterimakasih juga karena kau membantuku menunjukkan tourist centre. Apa kau buru-buru?" Ah lesung pipi itu lagi . Aku menggeleng

"Baiklah. Kau tidak keberatan kan kalau kita ke Nara Park? Aku yang traktir"

"Wah tempat rusa itu ya?" Eh, kenapa aku mendadak seheboh ini. Aku jadi malu sendiri

"Sepertinya kau belum pernah. Ayo kita kesana. Kita naik mobilku" Dia terkekeh. Sepertinya aku kelewat norak

.
.
.

Benar ternyata. Disini banyak rusa, mereka mencoba mendapat perhatian dari kami. Ada yang sedikit nakal menjilati kami. Untung saja aku tk membawa makanan, kalau iya nasibku sama dengan ibu itu yang makanannya dicuri oleh rusa-rusa ini.

"Oh ya, jangan memanggilku RM" ucapnya memecah keheningan

"Lalu?"

"Namjoon. Kim Nam Joon, itu nama asliku" iya tersenyum lagi. Kuperhatikan dia bukan pria yang gloomy, maksudku dengan pengalaman lalunya yang mencoba bunuh diri pasti banyak orang akan membayangkan dia pria yang murung kan. Tapi dia banyak tersenyum, ya semoga saja itu bukan kedoknya.

"Nama yang bagus"

"Benarkah? Kukira hanya aku saja yang beranggapan begitu" lagi. Dia tersenyum

"Setiap nama pasti memiliki arti yang baik kan"

"Oh, aku sudah besar kepala. Kukira hanya nama tertentu saja yang kau bilang bagus" kami berdua terkekeh

"Tapi namamu bagus kok. Maksudku, sarat makna. Si jenius dari Selatan. Kau pasti pintar"

"Hahaha tidak juga. Oh ya, omong-omong waktu beberapa hari lalu di dekat Universitas Kyoto apa kau mahasiswi disitu?" Aku mengangguk

"Wah kau keren. Jurusan apa?"

"Aku mengambil beasiswa master di bidang neuroscience. Coba-coba ternyata masuk juga. Aku juha tidak percaya"

"Daebak! Jadi apa bisa kupanggil kau Seokjin uisa?"

"Jangan.. aku belun sumpah dokter hehehe. Dan lagi aku bercita-cita sebagai konsultan obat dan robot nano untuk otak manusia. Jadi belum tentu juga aku jadi dokter"

"Ah begitu ya? Kukira selama ini orang yang kuliah di kedokteran semuanya akan menjadi dokter praktek. Apapun kau nanti, kau hebat. Seokjin terbaik!" Ia mengacungkan jempolnya padaku

"Jangan begitu. Nanti aku besar kepala. Kau sendiri? Liburan?" Tanyaku padanya

"Ehmm.. bisa dibilang begitu. Aku butuh waktu istirahat lebih tepatnya. Aku suka kota ini, jadi aku memutuskan untuk menetap disini sampai waktu yang tidak ditentukan" Benar, kurasa keputusanmu benar.

"Jadi kau punya rumah disini?"

"Rumah sewa sih. Tapi kudengar akan dijual. Kalau betah mungkin aku akan membelinya. Kau?" Wah dia benar-benar punya banyak uang.

"Aku tinggal di rumah teman dekat ayahku. Dia pernah jadi konsul di Kyoto, jadi ia menetap disini karena istrinya juga orang Jepang"

"Wah beruntung sekali. Kau pasti tidak akan kesepian ya"

END Home [Namjin FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang