Angin dibawah sayap

406 53 4
                                    

Ken, jatuh dari lantai 2 kampus kami. Menurutku tak ada benda apapun atau lokasi berbahaya yang bisa membuat seseorang jatuh dari sana. Seseorang mencelakainya. Dia tak sadarkan diri sekarang, sebelum itu dia terus menyebut namaku. Petugas ambulance memberitahukan pada keluarga sehingga tuan lee segera meneleponku tadi. Aku tak tahu apa maksud Ken, tapi yang jelas aku ketakutan sekarang. Kejadian yang menimpa orang-orang terdekatku seolah memiliki sesuatu yang berhubungan denganku. Semua terjadi begitu cepat dan jujur aku tak sanggup melihat mereka semua menderita.

"Jin" Namjoon memanggilku. Aku menatapnya dalam, siapa lagi selanjutnya? Apakah kau? Jangan. Aku mohon. Jangan lagi.

"Kenapa?" Ia memelukku erat. Sangat erat. Seolah ia tahu apa yang aku rasakan sekarang. Aku takut.

"Bagaimana kalau aku memintamu pergi dariku?" Ia memelukku makin erat

"Aku mohon Jin. Jangan minta aku meninggalkanmu, karena itu berarti aku melakukan hal yang paling tak bisa kubayangkan dari hidupku. Aku pernah membayangkan kau pergi dariku, tapi sumpah demi apapun aku tak pernah membayangkan pergi darimu" sama, itu kenapa aku menyuruhmu yang meninggalkanku.

"Aku takut Namjoon" seketika air mataku menetes, aku tak kuat lagi. Hidup ini seolah iri dengan kebahagiaanku. Ketika kebahagiaan itu datang seolah harus kubayar dengan kebinasaan yang lebih besar.

"Takut apa Jin? Kita akan menjalaninya bersama kan?" Ia mengelus suraiku pelan

"Bagaimana kalau ini semua gara-gara aku? Bagaimana kalau kau yang kena setelah ini?" Aku terisak, tak kuat. Aku takut sebanyak jantungku berdetak.

"Jin, kita ini hanya penonton dan penikmat hidup. Kalau ini semua terjadi, kau tahu kan siapa sumber dari segala takdir? Mereka selamat dari kejadian kejadian ini, bukan karena siapa siapa Jin. Semua sudah digariskan"

"Takdirku menjadi penghancur Namjoon dan aku menolak takdir itu. Aku menderita dengan segala ketakutanku selama ini, dan ketika itu mulai hilang. Seolah dunia ini marah dan memberikan yang lebih besar lagi"

"Kita hadapi bersama Jin. Kau, adalah seseorang yang membuatku benar benar hidup. Dan aku tidak akan membiarkanmu menderita lebih jauh lagi Jin. Aku janji" Namjoon mencium puncak kepalaku, aku semakin terisak.

"Kau wanita yang kuat Jin. Aku belajar darimu, masa laluku menceritakan bagaimana aku terlalu takut menjalani kenyataan. Tapi kau, wanita paling hebat yang pernah kukenal"

.
.
.

Tiga hari setelah kejadian itu Ken sadar dari commanya, ia mengalami amnesia disosiatif dimana seseorang kehilangan beberapa ingatan penting yang ia alami dan ini disebabkan oleh trauma yang dialaminya. Tidak ada informasi khusus yang bisa dikorek dari Ken, karena ia lupa dengan siapa dan kejadian apa yang ia alami sehingga ia bisa dalam kondisi saat ini.

"Ken" aku duduk di samping ranjang Ken. Dia sudah dalam keadaan baik, hanya masih terlihat lemas.

"Mana makanan buatku?" Aku langsung tersenyum padanya

"Sadarlah kau itu masih sakit, makan itu dulu. Nanti kalau kau sudah baik aku belikan apapun yang kau mau"

"Benar ya? Bawakan aku makanan dari restaurant Jungkook yang banyak" dia terkekeh

"Iya, siap boss. Masih sakit kepalamu?" Aku memandang Ken sendu, bagaimana orang seceria dia bisa tergeletak lemah begini. Aku tak pernah mebayangkannya.

"Dari dulu kan sakit. Kau kan sering bilang sepertinya syaraf otakku ada yang putus" dia masih sama dengan tingkah konyolnya, bahkan dalam kondisi ini.

"Mana Namjoon?" Tanya Ken

"Ada, tadi membeli kopi . Sebentar lagi juga kesini"

"Eh, kalian kan tinggal bersama. Sudah melakukan apa saja?" Ken menaik turunkan alisnya

END Home [Namjin FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang