Pagi Bersamanya

85 2 0
                                    

"Mama Veni, ayah, paman, bibi yuk kita turun. Sudah jam 2." Ucap Fahru. Ibu Balqis menyentuh lengan Fahru. Ia memberi isyarat ada yang datang dari arah belakang Fahru. Balqis ikut melihat ke belakang. Ia berdiri terpaku di samping Fahru setelah mengetahui siapa yang sedang berjalan ke arahnya. Tamu terakhir yang tak disangkanya akan datang.

"Kak Zaki?" Balqis spontan menjauh sedikit dari Fahru. Menyadari itu, Fahru malah menarik tangan Balqis. Agar ia mendekat lagi padanya. Bahkan jauh lebih dekat ke dadanya.

"Prilly?" Kini Fahru yang menyapa. Ditujukan untuk wanita yang datang bersama dengan Zaki. Wanita di atas kursi roda itu tersenyum ke arah Fahru lalu beralih ke Balqis. Balqis tersentak. Wanita itu...yang dilihatnya sedang bercanda dengan Zaki di Neanda Boutique.

Mereka semua berada di ruang pertemuan keluarga. Balqis duduk satu meja dengan Zaki dan Prilly. Beberapa menit lalu, Balqis sudah mengenalkan Zaki pada Fahru. Keduanya lalu berbincang. Meninggalkan Balqis dan Prilly berdua. Balqis memandangi cangkir di hadapannya. Kepalanya tertunduk seperti biasa. Di sampingnya, Prilly duduk tenang sambil menikmati tehnya. Ia lalu memperhatikan Balqis. Kini, Prilly melihat pada satu titik. Cincin berlian yang tersemat di jari manis Balqis. Cincin yang seharusnya jadi miliknya.

Merasa diperhatikan, Balqis lalu menoleh perlahan ke arah Prilly di sebelah kirinya. Prilly tersenyum saat mendapati Balqis menatap wajahnya. Senyum yang diusahakan setulus mungkin.

"Teh camomile yang menenangkan. Tapi lebih asyik kalau ada cinnamon tea. Oh iya, apa kamu tahu cara bikin teh kayu manis yang sedap? Fahru suka banget cinnamon tea lho. Dan dia suka teh buatanku." Kata-kata Prilly terdengar menusuk di telinga Balqis. Sepertinya Balqis mulai cemburu. Untuk pertama kalinya. Pada Fahru.

"Benar kan, Mas Fahru?" tanya Prilly. Fahru yang sedang asyik mengobrol soal acara motivasi di kampus dengan Zaki langsung berhenti bicara.

"Benar apa, Prilly?" Fahru memiringkan kepalanya untuk bisa melihat wajah Prilly. Prilly terlihat cantik, anggun, dan segar dengan hijab stylish look-nya. Di usianya yang sudah matang. Balqis memberanikan diri menyela Prilly.

Balqis menegakkan tubuhnya, menoleh ke arah Fahru yang ada di samping kanannya. Ia lalu memegang punggung tangan Fahru dengan gerakan melambat. Prilly dan Zaki melihatnya dengan jelas. "Kak Prilly ini tanya, Mas Sandi suka sama cinnamon tea buatannya kan?"

"Ah, apa? Oh...i...iya dulu mas suka minum cinnamon tea di kafenya Prilly di Jogja." Fahru mengatakannya sambil menggamit jemari tangan Balqis lalu merengkuh lengannya ke dada. Prilly merasakan tempurung kakinya berkedut. Seperti yang selalu ia alami saat kejang akibat terjatuh atau terbentur sesuatu.

"Oh iya, Zaki ini saya dengar sahabatnya Balqis? Kok saya jarang lihat ya? Di kampus atau main ke rumah Balqis. Alhamdulillah, akhirnya hari ini bertemu juga." Tanya Fahru bersemangat. Zaki menyunggingkan senyum. Dadanya bergetar hebat. Bukan soal Balqis. Karena saat melihat undangan Balqis di rumah, Zaki sudah berusaha menerima jika Balqis harus menikah secepat itu. Namun, saat benar-benar tahu siapa calonnya, Zaki meradang. Dan akhirnya hari ini bertatap muka langsung dengan motivator terkenal yang pernah mengganggu keluarganya dulu. Hingga Prilly, sang kakak, harus mengalami kecelakaan hebat hingga kedua kakinya lumpuh.

©

Jogjakarta, 12 Oktober 2004

Fahru baru lulus dari SMU. Untuk menyambung biaya hidup saat kuliah nanti, ia bekerja serabutan. Menjadi guru privat Bahasa Inggris, editor lepas perusahaan penerbit buku dan berdagang. Penghasilan terbesarnya ia dapat dari berdagang. Fahru memasok rempah-rempah ke sejumlah restoran dan kafe di Jogja. Salah satunya, kafe milik Prilly.

Cinnamon Tea DelightWhere stories live. Discover now