Pilihan Ibu

97 1 0
                                    

"Balqis, ayah sama ibu jalan duluan ya..." ucap ibu di teras rumah. Sementara, Balqis sedang menarik strap ankle boots-nya. Sedikit macet. Tak lama kemudian terdengar suara mobil dinyalakan.

"Yah, Balqis nebeng ya?" Balqis bangun dari kursi sambil mengenakan tas ranselnya.

Ayah yang duduk di bangku supir kemudian memalingkan wajahnya ke ibu. Ibu sedang mematut dirinya di depan kaca spion. Merasa dibutuhkan ayah untuk menjawab permintaan Balqis, ibu pun menjawab. "Ikut aja, Qis. Tapi sampai depan komplek ya. Soalnya kalau sampai kampus kamu kan kita beda arah. Terus kalau sampai halte TJ kan kejauhan putar baliknya. Ayah sama ibu nggak mau terlambat sampai di gedung pelatihan."

Balqis manut. Turun di depan komplek, Balqis berdiri mematung. Sampai mobil orangtuanya hilang dari pandangan. Semua sudah berubah. Balqis tertunduk. Ia ingat, bahkan kopi buatannya pagi ini pun luput diseruput ayah. Hanya setangkup toast yang cepat disambar ayah lalu dimasukkan dalam kotak makan khusus untuk di mobil.

Ketika sedang berjalan santai, sebuah mobil SUV hitam melaju cepat dari arah belakang Balqis. Kubangan sisa hujan semalam tak ayal lagi diterjang mobil hingga air menciprat ke segala arah.

"Waaaa..." Balqis yang berjalan di atas trotoar pun terkena cipratan itu. Sisi sebelah kanan celana jeans Balqis bercorak kecokelatan sekarang. Mirip polka dot print.

Lengkap sudah. Inginnya kembali ke rumah untuk berganti pakaian tapi pasti nggak akan sempat. Hari ini ada kuis. Balqis harus datang tepat waktu. Akhirnya Balqis hanya mengutuk dalam hati sambil membersihkan jeans dengan tisu.

Awas lo kalau ketemu lagi! Ough! Mobil sialaaaan.

Selesai kuis, Balqis segera pergi ke kantin. Nyanyian suara perutnya sudah semakin kencang. Energi terkuras untuk menjawab soal-soal Estetika. Belum lagi energi kesal setengah hari gara-gara merasa tak nyaman dengan jeans berbercak becekan.

"Bang, jus jambu merah 1, mi ayam pake bakso plus pangsit 1, sama rujak. Sambelnya banyakin ya bang? Entar anterin ke meja 11." pesan Balqis.

"Siap, neng."

Balqis kembali ke mejanya. Sambil menunggu pesanannya datang, Balqis main game online di ponselnya. Kalah berkali-kali, ia makin kesal. Menyalahkan semua akibat perutnya yang kosong dan kesialan hari ini. Balqis menaruh ponselnya kembali ke dalam tas. Pesanannya datang. Baru suapan kedua, matanya menangkap sesuatu yang menaikkan kembali semangatnya. Ia lantas berdiri menuju tempat parkir yang sejurus dengan bangku kantin tempatnya duduk.

"Eh...eh...tunggu!" teriak Balqis. Mobil SUV hitam melesat cepat keluar dari area parkir. Balqis hanya mampu mengejarnya sampai portal yang memisahkan lapangan parkir dengan jalan menuju gedung kampus. Perutnya terasa seperti tertekuk ke dalam. Badannya merunduk hingga membentuk sudut 900. Napasnya tersengal. Balqis menegakkan kembali badannya lalu berjalan lunglai menuju kantin.

Sialan! Balqis mengutuk dirinya sendiri yang terlambat mengejar mobil yang dia yakini membuat onar tadi pagi. SUV hitam yang sama dan stiker dengan list biru metalik yang sama. Stiker berukuran cukup besar yang ditempel pada kaca belakang mobil.

Kira-kira mobil siapa itu ya? Parkirnya sih di parkiran umum. Berarti bukan mobil dosen atau pejabat kampus. Balqis terus berpikir sambil mengunyah pelan-pelan makanannya. Ia terus memikirkan berbagai kemungkinan. Seperti kemungkinan mobil itu besok akan datang lagi, kalau begitu Balqis harus simpan celana jeans sebagai barang bukti keteledoran pengendara mobil, dan mendatangi kelas satu persatu. Ia tambah yakin kalau itu mobil salah satu mahasiswa di kampusnya.

Cinnamon Tea DelightWhere stories live. Discover now