Kasus Narkoba

10 1 0
                                    

Malam itu mereka berdua setelah beranjak dari tempat karaoke, Siska memeluk erat Satria dari belakang boncengan lalu mampir sebentar di jembatan tepi sungai karena udaranya sangat sejuk seusai hujan.

Siska turun dari boncengan motor mendekat ke bahu jembatan melihat pemandangan kerlip lampu kendaraan melintas

"Gimana rasanya"

Siska terdiam dan hanyut dalam lamunan

"Ini yang ga aku sukai dari seorang vokalis, arahnya selalu kesini"

Siska menunduk mengucurkan airmatanya tanpa seucap kata karena imbas ketakutan dari beberapa pria di tempat karaoke tadi ditambah sekarang dengan Satria.

"Kamu cukup sekolah aja ga perlu macam macam apa susah nya sih" celetuk Satria lalu

Sontak Siska memeluk Satria dan mendekap erat tubuh nya "Aku takut" berkata sambil terisak tangisan merengkuh dalam pelukan Satria.

"Aku hanya ingin nilai kesenian ku bagus, guru kesenian ga gampang kasih nilai, dia sangat kritis dan jeli, Beliau juga menyukai musik" Siska melepaskan pelukan nya dengan Satria.

Satria memegang wajah Siska mengusap dengan kedua ibu jari di pipi Siska yang terbanjiri oleh air mata "Sudah lah, maafkan ke egoisan ku, aku hanya ingin menjagamu karena kau jauh dari orang tua" Pesan perhatian Satria karena memang Siska berasal dari luar kota dan disini harus indekost.

"Tapi kak, jangan mencintaiku karena aku menyedihkan" Jawab Siska dengan bertanya masalah perasaan Satria.

"Jujur saja, kamu suka kan sama Andra.?" Tanya Satria sambil berpaling muka melihat pemandangan batas horizon antara langit dan sungai.

"Kata siapa Kak?" Sontak terkaget sambil berhenti dari tangisan nya dan membersihkan sisa peluh air mata yang mengering di kedua pipi nya.

"Pertama kali perhatian mu kepada Andra, mungkin yang masih bisa kamu ingat saat di ruang kesenian, kau membantunya menyuguhkan teh botol juga" ucap Satria masih berpaling menatap kelip cahaya lampu kendaraan

"Oh jadi ceritanya cemburu nih" celetuk Siska sambil menatap Satria

"Buat apa cemburu jika di ruang Bimbingan Konseling aku jatuh hati kepadamu, perhatian mu sungguh membuat aku hanyut merindukan sosok seorang Ibu, bahkan sampai sekarang pun aku tak tahu Dia dimana" Sahut Satria sambil menatap kedalam kedua mata Siska.

"Huuuffftttt" kedua matanya berkaca hembusan sesak Satria pasrah terhadap nasip yang menimpanya.

***

Ke esokan paginya dalam sekolahan banyak murid berkumpul seperti berebut koran dan berita.

"Eh, Bu Widia itu" beberapa murid menggumam melihat koran harian di pos satpam.

"Ah masa sih"

Satria segera mengeluarkan ponsel nya dan membuka live news pagi

"Kedapatan barang bukti narkotika (yang diamankan) jenis sabu, ekstasi, ganja, dikemas dalam plastik-plastik kecil untuk diedarkan di dalam ruang karaoke," kata Deputi Pemberantasan BNN.
Lima orang sudah kami nyatakan sebagai tersangka yang salah satu nya adalah seorang Guru.
Gara-gara temuan narkoba, tempat karaoke mewah tersebut ditutup operasionalnya oleh Pemerintah Provinsi"

"Itu kan tempat karaoke tadi malem" ucap Satria sambul mengenal tempat yang ada dalam berita tersebut.

"Itu Bu Widia kak" sahut Siska menunjuk seseorang yang berbaju ketat menunduk yang sedang di sekap seorang polisi.

"Ini ceritanya gimana sih, kok kamu sama Bu Widia" kebingungan Satria terhadap kejadian kemarin malem.

"Kemarin mau tak jelasin eh kak Sat keburuh marah marah" Jawab Siska.

***

"Ngiinggggg..." Terdengar suara speaker pengeras suara.

"Dimohon perhatian nya untuk semua siswa hari ini para Guru akan mengadakan acara Rapat, mengenai kegiatan sekolah untuk sementara silahkan belajar dirumah, sekian Terimakasih." Suara guru BK berbicara melalui pengeras speaker.

"Horeeee" Sorak sorai kegembiraan para murid sambil bergegas membubarkan diri untuk kembali pulang.



"Kita tidak bisa mencegah atau menghapus perasaan. Kita hanya bisa mengendalikannya, atau dikendalikan olehnya"

Tuluskah Cintamu Jika Tanpa Musik Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang