Ketika sore menjelang dan bel pulang sekolah pun berdering Andra dan Bayu yang sedang menanti kepulangan Sinta sambil melihat pemandangan Siska yang sedang berjalan mendekati Satria memberikan helm lalu membonceng naik di belakang nya.
Gumam kedua siswa melihat adegan tersebut
"Kalau statusnya pacaran ya kayak mereka bro, saling jemput dan saling menunggu, tapi kalau Budi, masih menjadi misteri.." ucap Andra kepada Bayu di samping nya.Tak jauh dari beberapa detik lalu terlihat siswi keluar menuntun sepeda kayuh nya yaitu seorang Hana berjaket hoddie warna hijau dengan tudung menutupi kepala
Dengan sikap seperti acuh tak menoleh nya.
"Hana tuh sapa lah dia barang kali jodoh, hehehe.." ucap Bayu bercanda ke Andra sambil mendorong lengan nya.Mengutak atik ponsel nya agar terlihat sibuk.
"Gak lah udah biarin" jawab AndraTak lama Andra melihat Sinta berjalan dari halaman sekolah menuju keluar sambil berkutat ponsel seperti memesan sesuatu.
"Eh itu dia, ayo..." Sontak Andra mengajak Bayu membuntutinya dari belakang.
Sinta berjalan menuju trotoar lalu di jemput Gojek sedang Andra dan Bayu pun mengira bahwa Budi yang akan menyusulnya dan dugaan mereka salah.
"Woalah..., ternyata" Ucap Andra lega.
"Jadi gimana sekarang..?" Tanya Budi sambil melihat sekitar halaman yang sudah sepi para murid.
Mengeluarkan kunci motor dari saku nya
"Ayo kita cek kerumah nya" ajak Andra sambil berjalan kembali ketempat parkiran mengambil motornya serta membonceng Bayu.Segera menarik gas nya untuk kerumah Budi
***
Beberapa menit kemidian setelah sampai di rumah Budi.
Sebuah Toko alat musik tampak beberapa gantungan gitar di etalase kaca di ruang lobby yang tak begitu banyak pengunjung Andra dan Bayu bergegas masuk dan di temui oleh seorang wanita bergaya tomboy tak lain adalah kakak kandung Budi.
Orang Tua Budi juga mantan pemusik dan keduanya sudah tiada kini mereka hanya tinggal berdua, dan mereka pun melanjutkan usaha warisan yaitu sebuah toko alat-alat musik dan asetnya adalah milik kedua orang tuanya.
"Sore Kak.., Budi nya ada.?" Tanya Andra kepada seorang bernama Bernadita panggilan nya Dita sudah sejak lama perempuan bergaya tomboy tersebut mengelola toko tersebut sejak sepeninggal Ayahnya 10 tahun yang lalu.
Dengan pernik accesories tindik di telinga, hidung juga bibirnya dengan gaya rambut cowok ber nuansa cat warna sembur merah kuning berserta tubuh nya yang cungkring mirip seorang cowok mendengakkan wajah nya melihat dua siswa masuk toko.
"Hei Ndra..., tumben Lo mampir.." dengan muka tegas sahut Dita.
"Gimana Lo ga ambil gitar atau effect mungkin.., kemarin ada yang baru datang noh.., " Dita berbalik dari tempat duduk nya dan membuka etalase di belakang nya."Garaaaaakkk.." etalase terbuka.
"Semua nya impor dari belanda.., harga nya juga bukan main-main" Ucap Dita sambil menunjukkan koleksi terbaru nya.Kebingungan Andra sambil memegang kepala nya.
"Aduh..., ga dulu kak...."
Lalu mendekat ke mejanya Dita.
"Budi tadi ga masuk sekolah" Penjelasan Andra serius."So..? Bukan masalah Gue dong.?" Jawab kak Dita sambil menutup etalasenya.
"Astaga.., ni kakak macam apa sih.." Gumam Andra sambil melihat seorang pembeli masuk toko.
"Udah-udah sana, coba lu langsung ke atas, entah kenapa dia, dari tadi ga keliatan batang hidungnya" ucap Dita yang bergegas melayani pembeli.
"Ayo Bay..." Andra dan Bayu segera menuju kelantai atas di ruang kamar Budi.
Terlihat kamar sebelah tangga tertutup rapat.
"Bud, tok..tok..tok" suara Andra sambil mengetuk pintu kamar.Lalu Budi membuka pintu dan keduanya masuk, terlihat Budi sedang bermain Games PlayStation di dalam kamar.
Dengan wajah nya yang merasa lega.
"Lu kenapa bolos segala.." tanya Andra sambil duduk di ranjang kamar.Berwajah datar kembali duduk memegang stik
"Males Gue.., malu sama kalian" ucap Budi sambil menyelesaikan Games nya.Sedang Bayu masih diam bungkam berdiri mendekat di jendela kamar tampak melihat pemandangan sekitar.
Dengan santai nya menumpuk dua bantal dan menyandarkan kepalanya melihat Budi bermain.
"Wah lu apa-apaan malu ? , Okelah , tapi bukan nya lu pacaran sama Sinta?" Tanya Andra pelan takut menyinggung.Budi mendengar ucapan Andra lalu me-pause stik nya
"Siapa bilang? Kemarin di Cafe itu cuman settingan nya aja, ya sebagai cowok mana bisa nolak" jawab Budi sambil mematikan TV nya dan meletakkan stick games nya.Bangkit menegapkan duduk nya
"Lhoh.. kok aneh sih" tanya penasaran Andra.Budi membuka rak baju nya sambil mencari sesuatu
"Dia merayu-rayu Gue kayak gitu, gue kira sih suka beneran, ternyata modus dia"Tak lepas dari pandangan ke Budi
"Lalu dengan kamera DLSR ??" tanya Andra.Budi menemukan sebungkus rokok nya.
"Nah..." mengambil nya satu batang dan menyelipkan di bibirnya.
"Itu satu misi dia.., ada challenge couple di Cafe dan kamera itu hadiahnya" jawab Budi sambil mencari pematik api nya.Bayu dengan lancang menarik gigitan rokok yang menyelip di bibir Budi lalu melumat nya dan memasukkan kedalam tong sampah di dekat jendela.
"Jangan merokok meski hal itu dapat menenangkan mu, jika mau berlari maka larilah ke teman-teman mu bukan ke hal yang merusak dirimu" ucap Bayu bijak sambil mengulurkan tangan
"Sorry Bud, gue minta maaf, terlalu su uzon terhadap sikap lo kemarin"Budi menatap nya dengan haru membalas menjabat tangan Bayu "Ga papa bro, kalau pun gue jadi elo pun gue merasakan hal yang sama kok" sambil menepuk pundak Bayu.
"Jangan mudah percaya dengan matamu karena itu mempengaruhi perasaan mu, percayalah kepada telingamu" Ucap Budi sambil membuka lemari es nya mencari minuman dingin.
"Karena suara musik adalah hasil yang nyata" Andra meneruskan kutipan kata tersebut.
Membalikkan badan menatap Andra
"Buset dah itu kan kutipan kata bijak Ayah lo Ndra"
Ucap Bayu sambil menghibur rasa canggung kepenatan Budi."Hahaha.. " sontak semua tertawa di kamar Budi kala sore itu.
"Ketika masalah datang, selesaikan dengan cepat sebelum menjadi lebih buruk atau kekhawatiranmu membuatnya makin rumit"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuluskah Cintamu Jika Tanpa Musik
Teen FictionHana Nurfadilah gadis SMA seorang anak petani sayur memiliki bakat dan kelebihan dalam bernyanyi namun tak menganggap kelebihan yang dimilikinya adalah anugerah. Karena keinginan kuat sang Ayah untuk terus melanjutkan pendidikannya agar bisa menerus...