18-Sea

448 92 28
                                    

"Kalian semua benar-benar gila ya!" bentak Taeyong.

Jaehyun dan Bambam menunduk takut, tidak berani menatap wajah garang Taeyong saat sedang marah. Sedangkan Jackson tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Matanya membalas tatapan tajam Taeyong dengan tatapan datar. Tidak tersirat sedikit pun rasa takut di wajahnya.

"Hyung, kenapa hyung ajak Jaehyun? Aku tidak masalah kalau kalian berdua saja yang melakukan itu. Jaehyun itu idol, nama baik NCT jadi taruhan hyung," ucap Taeyong terlihat frustasi.

Dengan santainya Jackson merebahkan diri di atas sofa apartemen milik NCT, "ya salah dia siapa suruh setuju dengan ajakan aku, padahal aku gak maksa."

"Lagi pula dia pulang selamat 'kan. Harusnya sebagai leader yang baik kau tanyakan dulu keadaan Jaehyun." Jackson menambahkannya lagi.
Kini tatapan Taeyong beralih pada Jaehyun.

Tidak ada luka sedikit pun di tubuhnya, juga tidak ada saksi mata pada peristiwa pembakaran gereja semalam. Berkat latihan anggar, Jaehyun dapat selamat setelah hampir ditangkap oleh penjaga-penjaga gereja. Rencana mereka 100% berhasil namun sialnya Taeyong curiga pada bau bensin di tubuh Jaehyun dan Jackson.

Taeyong menghela nafas, "harusnya kau tolak aja-"

Jaehyun tertawa sinis, "tolak? Hyung bilang begitu karena hyung gak tau apa yang mereka lakukan pada appa-ku."

"Maksudmu?" Taeyong mengerutkan dahi, bingung pada ucapan Jaehyun.

"Mereka membunuh appa-ku waktu aku masih kecil. Jadi, kenapa aku harus menolak ajakan Jakson hyung? Padahal aku 'kan sudah belajar anggar dan bela diri lainnya dari dia, huh? Aku harus balas dendam hyung."

"Kau belajar anggar bukan untuk drama?"

"Drama? Huh yang benar saja. Aku tidak berminat ke sana sebelum aku berhasil menghancurkan gereja setan itu, tapi sekarang mereka sudah hancur. Aku senang dan lega rasa-"

Omongan Jaehyun terpotong oleh bunyi suara gelas jatuh dan pecah di atas lantai. Semua mata memandang Jungwoo yang memungut pecahan kaca, "maaf, aku tidak sengaja."

***

Sore hari setelah dua hari keberangkatan Lucas ke Cina, Mark membawa Tzuyu jalan-jalan ke pantai. Tubuhnya dibalut dengan dress panjang dan sebuah cardigan bewarna hitam. Rambutnya yang tadi dikuncir dibiarkan tergerai.

Tzuyu melepas sepatunya, melangkah tanpa alas di atas pantai. Membiarkan air laut membasahi kakinya.

Di belakangnya ada Mark yang mengekor tanpa mengeluarkan suara. Hanya terdengar suara ombak dan angin laut tetapi Mark menyukai suasana seperti itu. Cuma ada dirinya dan Tzuyu.

Tiba-tiba Tzuyu menghentikan langkahnya lalu membalikkan tubuhnya, "Lucas bilang apa?"

"Tidak ada." Mark ikut berhenti.

"Gak kasih sesuatu?" tanya Tzuyu berharap.

Mark terdiam, memikirkan sesuatu kemudian menggelengkan kepalanya, "tidak ada juga."

"Enggak ada ya." Tzuyu menunduk kecewa. Mark mengepalkan tangan, tidak suka melihat Tzuyu sedih seperti itu namun ia juga tidak bisa membiarkan Lucas mendapat ruang di hati Tzuyu lebih dalam lagi.

"Se-"

Ponsel Mark berbunyi sebelum ia sempat menyelesaikan ucapannya. Melihat nama Jackson tertera di layar ponselnya, ia segera mengangkatnya.

"..."

"Iya."

"..."

"Apa?" Mark melirik Tzuyu kemudian membalikkan badannya, menjauhi Tzuyu, "kau gila?"

"..."

"Apa? Yak! Kau benar-benar gila!"

"..."

"Benarkah?" tanya Mark tidak percaya.

"..."

"Ya Tuhan. Baiklah aku akan kesana."

Mark mematikan ponselnya dan berbalik ke belakang, "oh my god." Mark terjungkal ke belakang karena terkejut melihat Tzuyu dengan jarak yang sangat dekat. Kedua hidung mereka bahkan hampir bersentuhan.

"Ma-af Mark," ucap Tzuyu sambil membantu Mark berdiri, "maaf ya."

Mark membersihkan celananya yang basah terkena air laut, "it's okay."

"Um...tadi gege 'kan yang telepon? Ada apa?"

"Itu bukan apa-apa. Jackson memintaku untuk membawamu bertemu dengan seseorang, kau mau ikut?" tanya Mark gugup.

"Siapa? Youngji eonni?"

"Ikut saja, yuk." Mark menarik tangan Tzuyu, mengenggamnya erat.

---
Don't forget to vote and comment❤
---

Cinderella's Winter [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang