23-Blood Moon

364 65 5
                                    

Syndrom yang dialami Tzuyu semakin menjadi-jadi. Sedetikpun ia tidak mau melepaskan tangannya dari tangan milik Mark. Parahnya sampai memaksa Mark untuk tidur di kamarnya, menemaninya sampai pagi tiba.

Pada awalnya Mark menolak permintaan Tzuyu yang terbilang cukup gila. Perasaan Mark pada Tzuyu bisa saja membuatnya lupa diri dan melakukan hal-hal aneh. Tetapi Jackson memaksanya, karena masih banyak urusan yang harus dilakukannya.

Seperti sekarang ini, mengatur perlengkapan Tuan Wang dan Nona Sa yang akan pergi ke Busan. Bukan untuk berlibur, melainkan mengunjungi salah satu gereja besar di sana. Para pendeta di Seoul menyarankan untuk ke sana dan mencoba melakukan proses exorcism sekali lagi di sana.

"Beneran gak apa-apa ditinggalin sendiri?" Tanya Nona Sa khawatir. Dari awal dia menolak rencana Tuan Wang membawanya ke Busan.

Alasannya, tentu saja karena Tuan Anton masih hidup. Meskipun dia tidak punya bawahan tetapi iblis yang ada di tubuhnya lebih kuat, tanpa memiliki seorang budak pun ia masih bisa membalaskan dendamnya.

"Nona Sa tenang saja, aku tidak sendirian. Ada Tuhan yang menjagaku," ucap Jackson menenangkannya. Walaupun ia sendiri tidak sepenuhnya tenang.

"Lalu Tzuyu? Aku khawatir dengan syndrom-nya. Apa kita gak bisa tinggal di sini aja?" Nona Sa masih saja khawatir dengan calon anak-anak tirinya. Tetapi kali ini Tuan Wang yang menenangkannya.

Ia mengelus-elus rambut Nona Sa, "kamu tenang aja, Jackson ini atlit. Dia bisa jaga diri dan jaga adiknya."

Tuan Wang beralih pada Jackson kemudian menepuk-nepuk bahunya, "dia anak kebanggaanku, kita bisa mengandalkannya."

"Bàba bisa aja." Jackson menyengir lebar, "aku gak takut sama dia, gerejanya aja udah pernah aku bakar," ucap Jackson bangga.

Nona Sa hanya bisa tersenyum tipis menanggapi ucapan Jackson. Laki-laki 25 tahun itu bisa meremehkan Tuan Anton karena ia hanya melihat fisik manusianya saja. Jika saja ia melihat sebesar apa kekuatan iblis di tubuh Tuan Anton, ia tidak akan berani meremehkannya.

"Masih belum percaya? Ck ck ck, kenapa kau gak bisa percaya padaku sih? Apa karena aku terlalu ganteng?" Canda Jackson.

Nona Sa menatapnya kesal lalu memeluk tubuh Jackson yang jauh lebih besar darinya, "iblis ditubuhku belum sepenuhnya hilang, aku masih bisa merasakan aura negatif pada dirinya. Aku yakin akan ada hal buruk yang terjadi sebentar lagi. Jadi, ku mohon jaga diri baik-baik dan jaga Tzuyu juga. Jangan buat aku menyesal lagi."

"Tenang saja. Aku belum merasakan perasaan akan mati." Jackson melepaskan pelukannya dan menyengir lebar, "nikmati saja liburan kalian yaa. Daaahh."

***

28 Juli, 03.00.

Tzuyu duduk di atas meja belajar, menatap langit gelap dari jendela kamarnya yang tertutup dengan gorden tipis bewarna putih. Tangannya memegang sebuah pena, mencoret-coret buku diary miliknya yang tidak pernah disentuh selama bertahun-tahun lamanya.

Terakhir kali Tzuyu menulis diary ketika ia baru masuk SMA, ketika dia jatuh cinta sebelah tangan pada seniornya. Gadis itu tidak hanya menulis ketika mentalnya sedang down, seperti sekarang ini.

Matanya belum bisa tertutup sedangkan Mark sudah terbawa mimpi atas sofa. Pikiran dan perasaannya tidak tenang. Firasatnya mengatakan akan ada suatu hal buruk terjadi padanya atau orang-orang di sekitarnya.

"Belum tidur?"

Tzuyu menoleh ke belakang, melihat Mark yang duduk di atas sofa sambil mengucek matanya, "gak bisa tidur. Kau kenapa sudah bangun?"

"Sama," jawab Mark singkat.

Tzuyu beranjak dari kursi, melangkah mendekati Mark lalu menarik lengannya ke balkon.

"Katanya nanti ada gerhana."

Mark menatap Tzuyu, "darimana kau tau?"

"Aku mimpi tadi, gara-gara itu gak bisa tidur lagi deh. Mau tau gak aku mimpi apa?"

"Memangnya kau mimpi apa?" Mark merasa tertarik mendengarnya.

"Aku mimpi bàba dan Nona Sa tenggelam di laut, aneh bukan?" Tanya Tzuyu yang dijawab dengan anggukan kepala Mark, "mau tau hal yang lebih aneh?"

"Apa?"

"Mereka jatuh ketika bulan jadi merah, 13 menit lagi. Semua terasa nyata, aku takut sampai-sampai aku gak bisa tidur lagi." Tzuyu mengusap-usap lengannya seraya menatap bulan yang masih terlihat normal di atas sana.

Raut wajahnya memperlihatkan bahwa ia khawatir, rasa takut menyelimuti dirinya saat ini. Bulan itu masih bersinar terang di langit, normal dan indah. Tetapi tidak ada yang tau apa semua tetap sama setelah 13 menit berlalu.

"Mark?"

Mark menoleh, "apa?"

"Kalau nanti memang terjadi gerhana apa mimpiku juga menjadi nyata?" Tanyanya tidak mengalihkan pandangan dari bulan.

"Tidak mungkin."

"Tapi semua terasa nyata."

"Itu cuma bunga tidur. Sekarang kau kembali tidur saja, aku akan buatkan susu untuk kau."

Tzuyu menggelengkan kepalanya, "13 menit lagi, aku mau melihat gerhana."

"Tidak ada gerhana Tzuyu, kalau ada pemerintah pasti mengabarkan di televisi," bantah Mark tetapi Tzuyu tetap keras kepala.

Ia mendaratkan bokongnya ke ubin bewarna putih itu lalu menyandarkan tubuh jangkungnya di pintu balkon, "sebentar lagi aja, ku mohon."

Mark menyerah memaksa Tzuyu, ia juga ikut duduk di sebelah Tzuyu. Bersama-sama menyaksikan bulan yang kini bewarna merah pekat seluruhnya. Semuanya terasa sama persis dengan mimpi yang dialaminya.

---
Don't Forget to vote and comment
---

---Don't Forget to vote and comment---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


You are worth your own fight~

Cinderella's Winter [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang