10-First Love

619 88 25
                                    

Kejadi beberapa minggu lalu membuat Jackson semakin posesif. Dia tidak membiarkan Tzuyu lepas dari penjagaannya kecuali di sekolah. Bahkan ia juga membawa adiknya untuk tinggal bersama di apartemen kecil miliknya.

Ting..

Bunyi pesan masuk di ponselnya. Tzuyu segera membukanya, ada sebuah pesan masuk dari Jackson.

Jackson Gege
Aku ada urusan di gor
Jadi gak bisa jemput
Nanti aku menyuruh Mark untuk jemput
Jangan coba-coba buat pulang naik bus


Tzuyu menghela nafas membaca pesan dari Jackson. Padahal ia berharap Jackson mengizinkan ia pulang naik bus bersama Chaeyoung.

"Siapa?" Tanya Chaeyoung sembari memasukkan buku-buku ke dalam ranselnya.

"Siapa lagi huh!"

"Dia bilang apa?"

"Gak bisa jemput, ada urusan katanya."

"Wah," Chaeyoung bertepuk tangan, "jadi kita bisa makan tteokbokki di kedai depan sekolah dong."

Wajah Tzuyu merengut, "tentu saja tidak. Dia menyuruh Mark buat jemput aku."

"Mark?" Chaeyoung berpikir keras, "oh maksudmu Mark Lee? Si rambut keriting teman Lucas itu 'kan?"

Tzuyu menggeleng, "bukan, tapi Mark Tuan, teman gege."

"Namanya seperti bukan orang Korea, dia orang asing?"

"Hongkong. Dia cinta pertamaku," bisik Tzuyu membuat Chaeyoung tercengang.

"Dia? Dia yang kau cerita kemarin itu kan? Yang pernah bertengkar dengan Lucas karena kau?" tanya Chaeyoung tidak percaya.

Tzuyu mengangguk pelan. Memori sepuluh tahun yang lalu masih terekam jelas di otaknya. Saat Lucas kecil mengamuk pada Mark yang jauh lebih tua darinya hanya karena ia memberi Tzuyu sebuah bunga.

Bagian mengerikannya adalah saat Lucas menghajar Mark habis-habisan karena Nyonya Wang meninggal. Tzuyu masih ingat semua itu.

Sampai saat ini Tzuyu belum bisa memaafkan Mark. Ia tidak tau harus bersikap seperti apa pada Mark, di pertemuan pertama mereka di Korea.

***

Hanya terdengar alunan musik klasik di dalam mobil milik Mark Tuan, laki-laki jangkung  yang berkewarganegaraan sama seperti Tzuyu. Ia baru saja pindah tiga tahun lalu ke Seoul dengan niat untuk memperbaiki hubungannya dengan Tzuyu.

Namun Mark belum berubah, ia masih sama seperti belasan tahun lalu. Dia tetap kaku jika berhadapan dengan Tzuyu.

Otaknya mendadak buntu memikirkan topik pembicaraan yang seru bersama Tzuyu. Pilihannya berakhir pada menghidupkan musik saja agar tidak terlalu hening.

"Bisa mampir ke pom bensin? Aku ingin ke toilet sebentar."

Mark mengiyakan permintaan Tzuyu. Dengan kecepatan penuh ia mengendarai mobil menuju pom bensin terdekat.

Tanpa meminta izin Tzuyu langsung keluar dari mobil. Ia sengaja meninggalkan ransel hitamnya di dalam mobil agar Mark tidak berpikiran kalau ia kabur. Tetapi hal itu malah membuat Mark kaget setengah mati.

"Sedang apa kau?" Tzuyu menangkap basah Mark yang sedang mencoba mengambil sesuatu dari ransel-nya.

"i-itu aku aku hanya mau menutup ranselmu saja."

"Kau tidak berniat mencuri 'kan?" Tzuyu menatap Mark penuh curiga.

Namun Mark malah tertawa pelan, "kalau aku punya niat mencuri, aku sudah meninggalkan mu dari tadi," Tzuyu masih tidak percaya padanya, "sudah, ayo masuk. Kita harus segera sampai ke apartemen sebelum Jackson meneror kita lagi."

Mendengar nama Jackson membuat Tzuyu cepat menurut, ia langsung masuk dan menutup pintu mobil, "cepatlah! Aku tidak mau ditelpon lagi."

Mark terkekeh kemudian menjalankan mobilnya, "aku penasaran kenapa Jackson semakin posesif padamu."

"Jangan kepo!"

"Ah baiklah." Mark menyerah begitu saja. Gadis itu masih bersikap ketus padanya.

"Omong-omong apa aku boleh bertanya sesuatu, Tzuyu-ya?"

"Hm, tentang apa?"

Mark terlihat gelisah dan Tzuyu menyadari akan hal itu, "kau kenapa?"

"Tidak ada," Mark tersenyum tipis, "tidak jadi tanya deh tadi kau bilang kan jangan kepo hehe."

"Ck, dasar labil seperti anak muda saja," decak Tzuyu.

---
Don't forget to vote and comment
---

Cinderella's Winter [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang