25-White Church

322 61 2
                                    

Dunia Tzuyu seakan runtuh ketika melihat daftar nama penumpang dari pesawat yang hilang itu. Pandangannya menatap lurus ke televisi di depannya. Nama Tuan Wang dan Nona Sa tertera jelas di dalam sana sebagai penumpang pesawat M23 yang hingga kini masih belum bisa ditemui.

Mimpi buruk itu pada akhirnya menjadi nyata dan bayang-bayang kedua orang itu kembali memenuhi pikirannya. Raut wajah serta tawa iblis khas Tuan Anton datang di benaknya, membuat emosinya menjadi tidak stabil.

Tzuyu menjerit-jerit sambil menutupi kedua telinganya. Mark yang melihatnya menjadi bingung dan tidak tau harus berbuat apa selain memeluk erat Tzuyu.

"Tidak ada apa-apa di sini Tzuyu-ya, jangan takut. Jangan nangis, aku ada di sini."

Tzuyu berhenti meronta namun ia masih menangis terisak-isak di dalam pelukan Mark. Hatinya mencolos mendapati kabar itu, ia tidak bisa menerima fakta bahwa Tuan Wang akan menyusul istrinya ke surga sana.

"I'm here, semua akan baik-baik saja. Kamu jangan takut, jangan nangis lagi," ucap Mark seraya mengusap-usap punggung Tzuyu. Ia melonggarkan sedikit pelukannya untuk memberi ruang nafas untuk gadis itu.

"Bàba pergi," ucapnya terbata-bata.

Mark bingung bagaimana menanggapinya, ia takut memberi sebuah harapan palsu pada Tzuyu. Dia takut kalau nanti Tzuyu semakin histeris jika ucapannya berbanding tebalik dengan realita.

"His time in the world is over, he wanna meet mama now. Let them be happy there now, in heaven," ucap Mark akhirnya.

Bagaimana pun Tzuyu harus dapat menerima kenyataan, seberapa pahit itu. Bukankah memang harusnya begitu.

"Boleh aku ikut?" Tanya Tzuyu dengan suara sengau.

Mark melepaskan pelukannya lalu menatap Tzuyu dalam, "ikut siapa?" Tanyanya sambil menyeka air mata yang berlinang di wajah Tzuyu.

"Bàba dan mama, aku mau ikut juga. Aku gak mau tinggal sendiri di sini, aku takut sangat takut Mark." Tzuyu menenggelamkan wajahnya ke dalam pelukan Mark. Tangisnya kembali pecah, membasahi kaos milik Mark.

"Kamu gak sendiri di sini, berapa kali aku bilang aku selalu di sini, I'm always beside you, forever dan kamu gak perlu takut. Ada banyak orang yang jaga kamu, ada aku, Jackson, Bambam dan masih banyak yang lain."

Tzuyu menggelengkan kepalanya, "g-gak, Bambam oppa udah gak ada dan sebentar lagi gege juga akan pergi."

Sontak Mark melepaskan pelukannya, ia menatap Tzuyu tajam, "maksudmu apa?"

"Laki-laki kemarin itu datang di mimpiku, dia bilang d-dia sudah menghabisi Bambam oppa dan bàba dan Nona Sa lalu." Tzuyu menatap Mark dengan mata berlinang air mata, "la-lalu dia mau bunuh gege, aku takut aku gak mau gege pergi."

"Kau bi-bilang itu cuma bunga tidur t-tapi sekarang lihat? Semua nyata Mark! Dia tidak main-main dengan ucapannya," ujar Tzuyu terisak-isak.

Tubuh Mark membeku mendengarnya. Dia tidak menyangka kalau kekuatan seperti itu memang nyata adanya. Ia lantas menarik lengan Tzuyu, "kita pergi sekarang."

"Kemana?"

"Tempat tinggalku, di sini udah gak aman. Setelah aku mengantarmu aku akan cari Jackson."

***

Mark membawa Tzuyu jauh dari kota Seoul. Membawanya pergi menuju sebuah gereja kecil di bagian kota lain. Tempat ayah Mark bekerja sebagai seorang pendeta. Mereka menempuh perjalan sekitar satu jam, hingga akhirnya berhenti di sebuah gereja kecil tapi sangat indah.

Tzuyu terpaku melihat gereja bewarna cream itu. Rasanya nyaman melihat gereja yang di samping kanan kirinya terdapat pohon-pohon rindang.

"Tzuyu-ya, kita ketemu ayahku dulu ya," ucap Mark memecah perhatian Tzuyu.

"Paman Tuan ada di dalam?"

Mark mengangguk, "ayuk kita masuk."

Dengan sigap Mark membantu Tzuyu masuk ke dalam gereja. Tzuyu semakin jatuh cinta pada gereja kecil itu, seluruh ornamennya mengingatkan ia pada gereja yang sering didatangi bersama orang tuanya ketika masih di Hongkong dulu.

"Pamaan!!" Tzuyu berlari kecil menuju Tuan, ayah Mark. Ia menghamburkan diri ke dalam pelukan lelaki berusia lebih dari setengah abad itu. Sejak ia kecil Tuan sudah dianggap sebagai ayahnya.

"Tzuyu-ya, sudah lama kita tidak jumpa. Bagaimana kabarmu? Ya Tuhan kau semakin cantik ya," tanya Tuan gembira melihat Tzuyu setelah sekian lama.

"Aku baik, aku rindu paman."

"Ya ampun, gadis kecilku yang manis." Tuan melepaskan pelukannya, "bagaimana kabar bàba dan gege? Mereka baik-baik saja 'kan."

Baik Tzuyu maupun Mark mereka sama-sama menutup mulut. Tangisan Tzuyu kembali pecah, membuat Tuan bingung dengan situasi yang terjadi. Ia menatap putra bungsunya itu, bertanya tentang apa yang terjadi pada Tzuyu.

"Aku jelaskan nanti bàba, sekarang biarkan Tzuyu tinggal bersama bàba. Aku harus pergi sekarang," ucap Mark.

"Kau mau pergi kemana?" Tanya Tuan.

"Aku mau mencari Jackson, bàba tolong jaga Tzuyu ya kalau ada apa-apa langsung hubungi aku. Aku pergi dulu."

Setelah berpamitan Mark segera masuk ke mobilnya. Ia menyalakan mesin mobil, tujuan utamanya adalah kembali ke Seoul. Pertama ia harus mengubungi Jackson lalu memeriksa keadaan Bambam.

Ponselnya tiba-tiba berbunyi di tengah perjalanan. Sebuah panggilan masuk dari Jackson, ia langsung mengangkatnya.

"Kalian dimana? Masih di apartemen? Hari ini aku gak bisa pulang lagi," tanya Jackson di seberang sana.

"Aku dan Tzuyu pergi dari apartemen."

"What? Kau bawa adikku kemana?" Tanya Jackson terkejut.

"Aku bawa dia ke rumah kami, cuma di sini dia aman."

"Memangnya apartemenku udah gak aman lagi? Apa Anton itu pergi ke sana dan ganggu Tzuyu?"

Mark menarik nafas panjang, "ceritanya panjang, intinya dia datang ke mimpi Tzuyu dan sekarang keadaan psikisnya tidak bagus. Makanya aku membawanya ke sini, dengan mendekatkan diri pada Tuhan akan membuatnya lebih baik."

"Kau sendiri dimana?" Kini Mark bertanya balik.

"Aku sedang mencari Bambam, kata ibunya sudah dua hari bibi menelepon tapi tidak aktif," jawab Jackson terdengar khawatir.

"Kau sudah cek apartemennya?"

"Sudah dua kali aku ke sana tapi tidak ada yang menjawab. Entah kemana sialan itu pergi, ck sialan!" Umpat Jackson kesal.

"Kau tidak bisa masuk ke dalam?"

"Mana bisa, aku gak tau password rumahnya apa."

"Ayo kita ke sana sekali lagi," ajak Mark.

"Untuk apa? Dia gakk ada di sana, cuma buang-buang waktu aja."

"Sekali lagi, kita pergi sekali lagi saja," paksa Mark dan Jackson akhirnya menyetejuinya. Mereka akan pergi ke apartemen Bambam sekali lagi, untuk mengecek keadaan lelaki berdarah Thailand itu.

---
Don't forget to vote and comment
---

Cinderella's Winter [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang