24-Future Sight

349 69 8
                                    

Gerhana pagi tadi hanya berlangsung sebentar. Namun keduanya duduk di balkon hingga matahari terbit. Mimpi buruk yang dialami Tzuyu membuat gadis itu berkeringat dingin, takut, khawatir semuanya bercampur aduk.

Suhu tubuhnya panas-dingin. Mark semakin khawatir dengan keadaan fisik dan psikis Tzuyu. Lebih lagi tidak ada Jackson di Seoul, laki-laki itu sedang ke Jeju karena mendapat kabar bahwa Tuan Anton sedang ada di pulau Jeju.

"Aku mau nonton tv," rengek Tzuyu pada Mark.

Tidak ada gunanya membantah permintaan Tzuyu, maka Mark membantu Tzuyu berjalan menuju ruang tengah. Menyalakan televisi dan menyuapi Tzuyu semangkuk bubur yang ia masak sendiri selagi Tzuyu mandi.

"Kok gak ada acara berita sih?"

"Kenapa tiba-tiba mau nonton berita?" Tanya Mark bingung. Setaunya Tzuyu tidak suka mendengar berita di televisi kecuali tentang perkiraan cuaca, menurutnya itu sangat membosankan.

Tzuyu mengangkat bahu, "gak tau, pengen aja nonton."

Mark mengambil remote dari atas meja dan menekan-nekannya hingga sampai ke sebuah channel yang sedang menayangkan program berita.

"Ini?"

Tzuyu menganggukkan kepalanya, "Mark, perasaanku gak enak."

"Wajar karena kau lagi sakit."

"Enggak, ini karena mimpi itu," ucap Tzuyu sambil menundukkan kepalanya, "aku belum cerita hal yang paling menakutkan dari cerita itu."

Dahi Mark mengerut mendengarnya, "cerita saja, mungkin aku bisa membantu."

'Pemirsa, sebuah kabar mengejutkan datang dari salah satu maskapai pesawat, Seoul Air. Sebuah pesawat dengan nomor S23 dari Seoul menuju Busan jatuh pada pukul 12.00 malam tadi. Diduga pesawat jatuh ke dalam laut namun sampai saat ini bangkai pesawat maupun para korban belum dapat ditemui.'

Tubuh Tzuyu membeku mendengar berita yang ditayangkan di televisi. Tangannya mencengkeram erat lengan Mark di sebelahnya. Potong-potongan mimpi buruk itu kembali menghantui pikirannya.

"

Tzuyu-ya, kau tidak apa-apa 'kan?" Tanya Mark khawatir sambil menahan rasa sakit di lengannya.

Tzuyu menggeleng-gelengkan kepalanya, "gak tau, aku gak tau kenapa aku jadi sedih."

Mark membawa gadis itu ke dalam pelukannya, mengusap-usap punggungnya dengan sebelah tangan. Berusaha menenangkannya dari kesedihan yang tidak beralasan itu.

***

Perlahan kelopak matanya terbuka. Menatap ke sekitarnya, semuanya tampak asing dan gelap. Tidak ada lampu, hanya cahaya bulan yang masuk dari celah-celah. Gadis itu mengucek matanya, memastikan kembali penglihatannya.

Ini bukan kamarnya, melainkan sebuah gedung tua yang berbau menyengat dan sangat kotor. Ia bangkit dari lantai tua itu dan mencari-cari cara untuk keluar dari sana.

"Chou Tzuyu!" Sebuah suara memanngilnya entah dari mana asalnya, "kau tau siapa aku bukan?"

Tzuyu melihat ke sekitar, mencari-cari dari mana sumbernya namun nihil. Kondisinya yang gelap membuat pemilik suara itu tidak terlihat.

"Kau siapa?"

"Sebentar lagi ada kejutan untukmu gadis manis," ucapnya mengabaikan pertanyaan Tzuyu, "kau pasti terkejut melihatnya haha."

"Kau siapa? Maksudmu apa? Aku tidak mengerti dengan ucapanmu."

"Tentu saja kau tidak mengerti apa pun karena kau cuma gadis kecil yang menjadi korban kebodohan kakak dan calon ibu tiri kau itu," ucapnya terdengar sinis.

"Apa maksudmu aku korban Jackson gege dan Nona Sa?"

Laki-laki itu tertawa keras, "dasar gadis manisku yang bodoh! Kesalahan paling besar yang dilakukan Nona Sa adalah membawa kau padaku. Remember me now?"

Tubuh Tzuyu membeku ketika melihat seorang lelaki berkulit putih pucat keluar dari kegelapan. Berjalan mendekatinya sambil menyeringai lebar.

"T-tuan Anton." Tzuyu melangkah kakinya ke belakang seiring dengan Tuan Anton yang semakin mendekatinya.

"Berhenti atau kau jatuh."

Tzuyu menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Ia tidak bisa melihat apa-apa di sana kecuali jurang besar yang terlihat karena adanya kristal biru yang mencuat di bawah sana.

"M-maumu apa?"

"Mauku? Kau tanya mauku apa? Tentu saja balas dendam sayangku. Membunuh orang sialan itu dan kau." Ia mencengkeram erat dagu Tzuyu dengan sebelah tangannya, "aku ingin membunuhmu sih tapi, membiarkan kau hidup dengan sindrom itu pasti jauh lebih menyiksa bukan?"

Dalam cengkraman Tuan Anton Tzuyu menggeleng-gelengkan kepalanya, "jangan bunuh mereka, ku mohon. Itu salahku bukan salah mereka."

"Tidak tidak sayang, ini bukan salahmu." Tuan Anton mengusap pipi Tzuyu dengan sebelah tangannya yang lain lalu menggoreskan cincin tajamnya pada pipi gadis itu hingga mengeluarkan darah.

"Sa Gyeong kyeong kau tau? Dia membawa kau dan membiarkan kau kabur kemudian berkhianat dariku. Sedangkan kakakmu beraninya dia membakar dan membunuh semua pengikutku. Mereka berdosa besar, Lucifer tidak akan mengampuninya."

"Mereka tidak salah yang salah itu kau!" Pekik Tzuyu sembari menahan rasa sakit di pipinya.

"Aku sudah muak mendengarnya." Tuan Anton melepaskan tangannya dari dagu Tzuyu kemudian beralih pada pipinya yang mengalirkan darah, "darahmu manis." Ia tersenyum lebar setelah mencicipi darah gadis itu.

"Tapi aku mau melihatmu menderita lebih lama lagi."

Tangannya menjulur lalu mencekik leher Tzuyu, "kau ingat Bambam? Idiot itu sudah mati. Lalu Jackson dan Jaehyun, eum, aku lupa kalau sebentar lagi ibu tiri kau juga akan mati bersama Wang, ayahmu."

"Enyahlah kalian semuaaa!!"

Tuan Anton melempar Tzuyu ke dalam jurang seraya tertawa seperti sesosok iblis. Gadis itu tidak bisa berteriak, lidahnya terasa kelu. Matanya menatap bulan merah di sana dan langit yang memperlihatkan Tuan Wang dan Nona Sa tenggelam di dalam laut.

"Tzuyu, Tzuyu, kau baik-baik saja?"

Tzuyu segera bangun dan menatap seluruh tubuhnya, "aku baik-baik saja? Aku di rumah 'kan? Bàba dimana? Gege dimana? Bambam oppa dimana? Tuan Anton, laki-laki itu dimana?"

"Tzuyu-ya kau tenang dulu." Mark berusaha menenangkan Tzuyu.

"Bagaimana aku bisa tenang kalau dia mau membunuh orang-orang di sekitarku?" Tanya Tzuyu marah pada Mark.

"Kau cuma bermimpi, semua gak nyata."

Aku pun berharap itu tidak nyata, tapi kau tidak tau kalau ini kali keduanya ia muncul di mimpiku.

---
Don't forget to vote and comment
---

Cinderella's Winter [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang