Jogjakarta - Bandung
3 Maret 2005Pagi ini, aku berserta ibu dan juga Alhena mengantar Angkasa ke bandara Husein Sastranegara karena dia akan berangkat ke Jogja untuk menjadi relawan disana.
Ini pertama kalinya Angkasa pergi keluar kota menjadi relawan tanpaku.
Berat, rasanya berat membayangkan harus berjauhan dengan Angkasa selama berminggu - minggu tanpa jumpa dan hanya bersapa lewat suara.
"Jangan nangis dong. Aku gak lama kok. Disana juga aku gak akan telat makan, aku janji." Angkasa mengusap rambutku pelan. Dan membuatku semakin terisak.
Ibu dan Alhena terkekeh melihat tingkahku yang memalukan. Ya ampun, sebenarnya ada apa denganku?
"Udah dong dis, jangan bikin aku pengen bawa kamu ke Jogja.." Angkasa terlihat gusar namun dia membawaku kedalama dekapannya.
"Teh Gladis takut aa diambil bule di Jogja itu. Kan aa mata keranjang jadi teteh ketakutan.." Alhena tertawa karena melihat kakaknya mendelik sebal.
Tangisku perlahan mereda, setelah dipikir lagi mengapa aku sangat berlebihan?
"Maaf ya Ka, aku kekanakan banget. Aku gak maksud--"
"Enggak, wajar kok. Kan kita baru pertama kali pisah dalam waktu yang lama. Jaga diri baik - baik ya. Aku nitip Alhena sama ibu. Teh Arinkan pasti jarang pulang..
Kamu harus sering main ke rumah." Dia melanjutkan.
Aku mengangguk lalu tersenyum. Kami melepas Angkasa untuk terbang ke Jogjakarta selama beberapa minggu dan lekas kembali kerumah.
Diperjalanan, Alhena banyak bercerita tentang Jogjakarta karena beberapa hari yang lalu gadis ini baru saja mendatangi daerah istimewa tersebut dengan teman - teman sekolahnya.
"Kalo teh Gladis kangen sama aa, nih ya semisal gak kuat banget gitu, entar Lena yang anter deh ke Jogja." Katanya disela - sela kicauannya tentang Jogja.
Aku dan ibu tertawa, gadis cantik ini memang sangat ceria dan mampu membangun suasana menjadi hangat.
Kami bertiga memutuskan untuk mampir dirumah makan ampera otista yang tidak jauh dari bandara.
Jika Angkasaku ikut, dia akan memesan sambel terasi dengan cumi petai dengan minuman teh hangat yang asapnya masih mengepul menguarkan asap harum teh yang khas.
Belum genap satu jam Angkasa pergi, aku sudah merindukannya.
Jogjakarta - Bandung itu jauhkan? Tidak apa bukan aku merasa sedikit terganggu dengan jarak yang saat ini terbentang?
Angkasaku yang baik sedang berjuang menolong sesamanya disana. Dan Purnama(nya) berjuang melawan rindu dihari - hari mendatang.
Angkasaku, yang selalu menggemaskan.