Hari ini aku Kenari dan Petra harus mengadakan penelitian tentang sebuah kasus yang akan kami angkat untuk salah satu tugas mata kuliah, sebenarnya tidak ada yang aneh atau berlebihan dengan gagasan diatas, namun ada satu hal yang menggelitik untuk penelitian kali ini, ialah Angkasa mahasiswa kedokteraan tapi ikut dalam penelitian kasus pembunuhan berencana didaerah Sumedang.
"Petra, itu pengacara dari firma mana sih?" Aku mendengar Angkasa berbisik pada Petra yang duduk disampingnya.
"Concord, kantornya di Jakarta Selatan. Kenapa?" Petra balas menjawab Angkasa dengan berbisik.
Aku menahan senyumku secara spontan mendengar perkataannya. Dia terkadang sedikit posesif dan saat sisi lainnya itu terlihat dia akan lebih menggemaskan dari biasanya.
"Ya wajar lah, Ka. Gladis cantik banget." Petra terkikik melihat wajah masam Angkasa.
Setelahnya tidak ada perbincangan lagi diantara mereka, kami fokus mendengarkan penuturan yang sedah dipaparkan oleh narasumber. Hingga petang tiba, kami baru selesai berdiskusi dan memutuskan untuk mengisi perut didaerah Jatinagor, ada warung tenda mang Jajang yang menjual ayam bakar super lezat.
"Lo sama Angkasa, Dis?" Kenari bertanya padaku sebelum masuk ke dalam mobil Petra.
Aku mengangguk mengiyakan.
"Gue sama Pet langsung balik ke Bandung ya? Ada urusan mendadak nih.." Katanya dengan wajah menyesal.
"Iya, mendadak kita ada kumpul sama anak Fotografi.."
"Ya gak apa - apa Pet. Biar Gladis bareng gue." Angkasa senyum saat itu sambil rangkul pundakku.
"Oke kalo gitu gue sama Kenari duluan ya.. bye gladis.." Peter pamit begitupula dengan Kenari.
Selepas kepergian mereka berdua, Angkasa menoleh dan bertanya seperti biasa dengan suara lembutnya. "Mau makan dimana tuan puteri?"
"Katanya mau ajak aku makan di warung mang Jajang?"
"Beneran mau?" Angkasa bertanya, dan aku jelas saja mengangguk semangat. "Yaudah gooooo!!" Katanya dengan tawa riang sembari mendorong pelan bahuku agar masuk kedalam mobilnya.
Sore itu Jatinagor sangat ramai, disepanjang jalan banyak pedagang yang berlomba menjajakan dagangannya. Aroma makanan bercampur dengan aroma hujan yang sempat mengguyur Sumedang sore tadi. Sangat manis dan menenangkan.
"Nah sampeee!" Angkasa sangat senang bisa datang ke tempat ini, terlihat dari betapa cerianya dia disepanjang perjalanan menuju warung mang Jajang ini.
"Suka banget ya Ka sama masakan mang Jajang?" Tanyaku kemudian.
Dia mengangguk antusias, persis seperti balita yang hendak menceritakan teman mainnya yang baru. "Mang Jajang tuh ayam bakarnya juara banget Dis. Gak boong aku."
Aku tertawa, semua terasa ringan dan nyaman ketika aku bersama dengan pria ini. "Percaya kok aku sama Aa' Angkasa.. hahaha.."
Dia tersenyum lebar memamerkan deretan giginya yang rapi.
Tak lama kami duduk seorang lelaki paruh baya menghampiri kamu dengan catatan kecil digenggamannya.
"Wah, ada mas Angka. Ini pasti neng Gladis yang sering mas ceritain itu ya?" Kata si mamang saat sampai dimeja kami.
Angkasa tertawa riang. "Betul sekali mamang.. Ini Gladis, perempuan yang suka diceritain kalo aku gabut kesini."
Aku mengerutkan keningku, "Kamu nyeritain aku ke mang Jajang?"
Angkasa mengangguk lucu. "Dia pernah nanya soal "aku udah ada yang punya belum" jadi yaudah aku ceritain tentang kamu."
Aku tersenyum simpul masih menyerap maksud dari perkataan laki laki yang duduk dihadapanku ini .
"Jadi bebek bakar satu, ayam bakar satu, dadanya ya mang. Dia gak suka bagian ayam manapun kecuali dada." Angkasa sibuk memesankan makanan untuk kami.
"Siap a' tunggu sebentar ya. Mamang buatin."
Selama menunggu makanan datang, aku dan Angkasa sibuk memperhatikan sekitar, ada anak remaja yang berkelompok tengah berselfie ria, pasangan yang tertawa bersama entah karena lelucon apa, lalu beberapa orang yang masih memakai seragam kantornya.
Dan yang terakhir, pria yang sedang duduk dihadapanku dengan mata teduhnya yang fokus pada game diponselnya.
Angkasa. Masih laki - laki yang sama dengan hari hariku sebelumnya. Masih Angkasa yang tertawa riang karena hal - hal kecil yang terjadi pada dirinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suasana warung mang Jajang, sebelum aku dan Angkasa pulang.