#7

1.2K 189 26
                                    

Diskusi senja, perihal masa depan.
10  Maret 2005

Sore setelah menemaniku ke dokter gigi, Angkasa mengajakku ke daerah Lembang. Menikmati sejuk dan aroma dedaunan juga aroma tanah yang basah. Damai dan tenang itu yang aku dan Angkasa rasakan saat menginjakkan kaki disana.

Mungkin, karena bukan akhir pekan tempat ini jadi sedikit lenggang dan sepi, menambah kesan asri yang ada.

"Dis, kalo kita nikah nanti punya rumah sekitar sini enak kali ya.."

Angkasa berkata secara tiba - tiba saat kami berjalan beriringan.

Aku tersenyum saat itu. "Kita?"

Dia mengangguk mengiyakan. Lalu tersenyum dengan amat sangat manis, seperti biasa.

"Aku sama kamu. Nanti pas aku udah resmi jadi dokter. Aku juga mau pelihara banyak hewan di rumah biar anak - anak kita juga suka dan sayang sama hewan." Lalu ia mengusak rambutku dengan lembut.

Astaga.. Jantungku saat itu hampir lepas dari tempatnya. Angkasa selalu semanis itu.

"Kamu suka gak kalo nanti rumah kita ditempat yang suasananya kaya begini?"

"Suka.. Tapi nanti jauh kemana - mana, jarang suasana asri kaya gini ada ditengah perkotaan."

Angkasa terlihat mengerutkan keningnya sejenak. Pertanda bahwa ia sedang berpikir.Sedetik kemudian ia menoleh ke arahku secara tiba - tiba membuat matanya bertemu langsung dengan mataku.

"Kamu abis lulus tetep di Bandung kan dis?"

"Kok random banget sih Ka nanyanya?"

"Ya biar aku gak repot nyari tempat baru. Soalnya aku udah punya gambaran rumah dan tempat tinggal kita di sini. Ditempat kelahiran kamu."

Aku tertawa sejenak saat itu, melihat betapa antusiasnya Angkasa menata angan - angannya. "Kenapa gak ditempat kamu lahir aja?"

"Surabaya? Bisa juga sih.. Tapi aku lebih suka Bandung. Bandung tempat tulang rusuk aku dilahirin." Dia tertawa hingga matanya tinggal segaris.

"Gombal mulu kamu. Kenyang deh aku jadinya Ka.."

"Loh, emang kalo nyampein apa yang ada dipikiranku itu gombal namanya?"

"Haduh.. Harusnya kamu masuk jurusan sastra aja. Jangan kedokteran."

Lagi - lagi Angkasa tertawa. Hangatnya tawa seorang Angkasa membuat suasana Lembang yang dingin begitu menyenangkan. Aku terkadang bertanya - tanya, saat Angkasa diciptakan apa Tuhan sedang dalam keadaan yang baik? Apa Tuhan sedang tersenyum dan bahagia? Sehingga Angkasa tercipta dengan begitu sempurnanya dimataku.

Benar, didunia ini memang tidak ada yang sempurna sebagaimana mestinya, namun setelah bertemu Angkasa, aku tahu bahwa sesuatu yang sempurna didunia ini memang ada. Angkasa. Sesuai dengan namanya, ia istimewa tanpa cela, di setiap suasana dan kondisi.

He is perfect like a sunrise in the mountain and sunset in the beach.

"Pas aku pulang kerja, kamu sambut aku pake daster ala ibu - ibu terus aku kecup kening kamu.. Ilang deh semua rasa capek aku." Angkasa memulai lagi.

"Kenapa sih Ka ngehayal mulu?"

"Aku gak ngehayal Dis, aku lagi nunggu momen itu datang dan jadi keseharian aku nantinya."

"Seyakin itu?"

"Apanya?"

"Kamu seyakin itu aku bakal ada dimasa depan kamu?"

Sore itu, Angkasa tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan yakin tanpa keraguan.

"I'll make sure you will be in it.."

Angkasa, saat senja di Lembang pukul 05

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angkasa, saat senja di Lembang pukul 05.00

Dia, Angkasa✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang