Masih Febuari 2006
Persiapan pertunanganku dan Angkasa.Tadinya, siang ini aku dan kak Arin akan melakukan pengepasan baju kebaya yang akan kami pakai untuk acara dua minggu yang akan datang, tapi Alhena mendadak sakit dan harus dijemput ke sekolahnya.
"Kakak ke kantor duluan aja, aku jemput Alhena dulu abis itu nanti aku nyusul." Kataku sambil membuat teh hangat untuk Alhena.
"Duh, kamu jadi repot Dis. Maaf ya?"
"Apa sih kak, aku gak ngerasa direpotin sama sekali. Lagian bunda kan udah titipin Alhena sama aku juga. Gak papa."
"Enggak gitu... Maksudnya tuh kamu udah ribet sama Angkasa sekarang tambah Alhena juga."
Aku tertawa melihat ekspresi wajah kak Arin. Perempuan yang terkenal dengan perangainya yang jutek dan jarang bicara ini bisa terlihat sangat menggemaskan disatu waktu.
"Aku seneng kakaaak. Lagian kuliahku juga kan udah selesai. Udah yuk berangkat. Abis ini kayanya aku ke langsung ke tempat kakak tapi nunggu Angkasa kelasnya selesai dulu."
Kak Arin akhirnya menganggukkan kepalanya dengan pasrah dan kami berangkat bersama tentu saja dengan mobil kami masing-masing.
Tepat pukul sebelas pagi, Alhena keluar dari gerbang sekolahnya dan langsung masuk kedalam mobilku, anak itu tetap cantik dan segar meski hari sudah menuju ke pertengahan dan kondisinya tidak begitu prima.
"Kak Gladis tumben nyetir sendiri dibolehin sama Aa? Biasanya kan dia paling lebay gak boleh ini lah itulah." Katanya saat ia baru saja duduk dikursi dan memasang sabuk pengamannya.
"Dia ada kelas sayang, mau makan dulu apa mau langsung jalan ke kantor kak Arin? Kamu pucet banget Len." Aku bertanya sembari menjalankan mobilku, takut-takut membuat jalanan semakin padat dengan parkir dibahu jalan.
"Langsung aja, dikantor kakak ada cafe gitu, lumayan enak jadi nanti kita makan barengan. Aku cuma pusing aja kok dikit. Pengen pulang karena kebetulan sekolah juga lagi ada rapat, enggak belajar." Jawab sicantik sembari sibuk membuka bungkusan cokelat berbungkus keunguan.
"Oke deh kalau gitu. Ayo meluncur...."
Sesampainya dikantor tempat kak Arin bekerja, aku dan Alhena memutuskan untuk menunggunya dan seorang designer kenalan kak Arin di cafe yang sempat Alhena ceritakan tadi dan benar saja, suasananya sangat nyaman meskipun tempat ini berada didalam gedung tengah kota nuansanya sangat asri dan teduh. Kalau saja bunda ikut dia pasti suka berada disini.
"Makanan yang recommended disini apa Len?"
Alhena yang sibuk membuka buku menu otomatis mendongak, "Cheese cakenya, terus fruty pizzanya juga!!! Aku suka banget. Kalo makanan beratnya ayam woku-woku disini top."
Aku akhirnya memutuskan untuk memesan cheese cake dan lemon tea sedangkan Alhena memesan ayam woku-woku dan jus jeruk serta tiramissu.
Kami asik membicarakan tingkah Melati yang kian hari semakin aktif. Dari mulai makan rumput, lalu sempat diare karena menelan sosis basi dimangkuknya berujung Angkasa yang uring-uringan seharian. Kami terlarut hingga kak Arin datang dan seorang perempuan cantik dibelakangnya mengekori.
Otomatis aku dan Alhena bangun untuk menyapa tamu yang akan bergabung dengan kita.
"Hai, aku Alyssa. Temennya Arin. Jadi mana nih calon pengantinnya Angkasa?" Ujarnya dengan nada ramah.
Aku tersenyum dengan sedikit bersemu. "Halo kak. Aku Gladis." Jawabku.
"Cantiknyaaa.. Ini anak sekolah jam segini kok udah keluyuran? Alhena kan ini?" Tanyanya pada Alhena yang malah memasang wajah super jutek.
"Ya." Jawabnya secara lugas.
Kak Alyssa tersenyum tetap ramah meskipun entah kenapa Alhena bersikap seperti itu.
Meeting berjalan dengan baik, aku pun mencoba pengepasan beberapa baju dan akhirnya jatuh hati pada kebaya soft pink yang sangat menawan untuk hari bahagia kami nanti.
Hingga waktu menunjukan pukul dua siang Angkasa datang dan menghampiri kami yang saat itu berada diruang kerja Kak Arin.
"Hai, maaf ya aku telat. Tadi bantu Bikri edit beberapa jurnal dulu." Angkasa langsung menghampiriku, mengecup singkat pelipisku.
Sejak mendeklarasikan perasaannya secara terang-terangan ia tidak segan melakukan skinship seperti itu. Bukan yang berlebihan seperti yang kalian bayangkan tentu saja hanya sebatas mengecup kening atau pipiku saja.
"Gak papa. Aku udah selesai tinggal giliran kamu aja."
Angkasa tersenyum lalu mengangguk. Saat bertegur sapa dengan Kak Alyssa Angkasa terlihat kaku dan dingin. Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka? Kenapa Angkasa dan Alhena terkesan menjaga jarak dengan perempuan cantik ini?
"Kak Gladis mau tau gak, siapa Alyssa?" Alhena membuka suara saat Angka, kak Arin dan kak Alyssa sibuk mengepas baju.
Aku mengangkat sebelah alis. "Siapa emangnya?"
"Dia dulu sempet bikin kak Arin putus sama calon tunangannya. Dan kak Arin depresi. Sejak saat itu aku gak suka sama dia begitupula sama Aa. Tapi gak ngerti kenapa kak Arin mauan aja maafin perempuan kaya begitu."
Aku tertegun. Bagaimana bisa seseorang bisa sejahat itu pada sahabatnya sendiri?
Berusaha mengeyahkan apa yang bercokol didalam pikiranku, aku kembali fokus pada Angkasa yang terlihat sangat menawan dengan balutan batik khas Jogja, motif yang sama dengan songket yang akan aku kenakan nanti.
"Adik aku ganteng ya Dis?" Kak Arin menatap jenaka ke arahku. Aku tentu saja terkekeh.
"Iya. Sering-sering pake batik ya?" Ujarku ikut menggoda Angkasa. Melupakan atmosfer dingin diruangan ini.
Angkasa menahan senyumannya. Telinganya memerah menahan malu. "Diem deh kalian. Malu nih aku."
Aku dan kak Arin tertawa bersamaan. Setelah ini kami masih harus mengurus yang lain, hanya aku dan Angkasa karena Alhena harus pulang dan kak Arin kembali bekerja.
Mengurus acara ini memang sedikit melelahkan tapi aku menyukainya. Aku dan Angkasa akan memulai tahap yang baru. Dan aku tidak sabar menunggu saat itu tiba.