Terwujud

3.1K 102 1
                                    

"Menikah dengan Laki-laki yang aku cintai dan sayangi adalah sebuah anugerah terindah"
-Nadin-

    Berhari-hari kemudian dan berminggu-minggu kemudian, Alhamdulillah akhirnya pernikahan yang kami tunggu-tunggu selama ini telah tiba. Rasanya aku sangat deg-degan karena beberapa menit lagi Mas Alfian akan mengucapkan ijab qobul, yang bertanda aku akan menjadi istri dari Mas Alfian, yang berharap akan menjadi istri yang terbaik dan hanya menjadi istri satu-satunya. Aku dan keluarga telah sampai terlebih dahulu di Masjid yang akan menjadi tempat ijab qobul aku dan Mas Alfian.

"Tenangkan hati kamu ya nad" Ucap ibu ku yang berniat menenangkan ku supaya tidak deg-degan dan ibu ku menangis

"Terima kasih bu, Ibu jangan nangis dong nanti Nadin ikutan nangis nih"

    Ibu menangis mungkin karena aku adalah anak satu-satunya yang sekaligus seorang putri yang akan menikah dan tidak akan tinggal bersama ibu dan bapak ku lagi. Beberapa menit kemudian besanan dari keluarga Mas Alfian telah datang di masjid. Aku semakin deg-degan ketika melihat Mas Alfian dari kejauhan.

    Jam menunjukan angka 10.00. Yang berartikan momen ijab qobul telah tiba, aku tidak berada disampingnya Mas Alfian, aku ditemani oleh ibu ku dan Sarah. Aku berdoa semoga proses ijab qobul lancar. Proses ijab qobul telah selesai, Alhamdulillah, Mas Alfian lancar dalam mengucapkan kalimat ijab qobul, aku yang menunggu dari kejauhan menangis bahagia dan memeluk ibu ku dan Sarah, dan aku pun menghampiri Mas Alfian dan para tamu di Aula atau tempat ijab qobul tersebut. Setelah itu, aku dan Mas Alfian melakukan sungkeman dengan orang tua kami masing-masing, yang pertama yaitu orang tua ku, aku menangis tersedu-sedu ketika aku mencium tangan ibu dan bapak ku. Karena aku masih merasa berat untuk meninggalkan orang tua yang selama ini telah merawat ku, bapak dan ibu pun ikut menangis dan memberikan ku saran supaya aku menjadi seorang istri yang baik dan mereka pun mendoakan ku dan Mas Alfian agar terhindar dari segala keburukan. Selanjutnya aku dan Mas Alfian bersungkeman dengan orang tuanya Mas Alfian, Sama halnya dengan ku,  Mas Alfian juga merasa sedih ketika harus melepas dirinya untuk tidak tinggal bersama orang tuanya lagi.

    Setelah proses semua telah selesai, kami semua berfoto bersama. Dan kami juga langsung menuju kerumah kami berdua. Sesampainya kami sampai, aku melihat rumah yang sudah didekorasi, aku heran melihatnya karena Mas Alfian tidak bilang kepada ku tentang masalah ini.

"Mas, ko rumahnya udah didekorasi? Kapan? Ko kamu nggak bilang ke aku?"

"Kalau aku ngomong ke kamu, ya berarti itu bukan surprise dong, aku kan memang sengaja, hehe"

"Surprise? Makasih loh suamiku tercinta, ini bagus banget" Ucapku dengan menatap Mas Alfian yang sudah tidak malu-malu lagi

"Ya udah kita masuk ke kamar ya" ajak Mas Alfian

Kami pun masuk ke kamar, lagi dan lagi aku dibuat takjub dengan dekorasi yang ada di kamar kami,pilihan  bunga-bunga yang cantik dan menakjubkan.

"Subhanallah, mas kamu tuh ya, bisa aja deh milihnya"

"Karena ini khusus untuk istriku yang paling luar biasa"

"Aamiin semoga aku jadi istri yang luar biasa. Ngomong-ngomong, Kamar kita belum di cat nih terus sama kamar yang satunya lagi yang buat anak kita nanti"

"Hem iya juga yah, ini kelihatannya kaya rumah baru jadi banget, terus kita mau kasih warna apa?"

"Emm, gimana kalau warna baby blue aja? Kamar kita sama kamar anak kita nanti kita samain aja, kan kalau warna biru juga netral, nanti anak kita cewek atau cowok jadi nggak masalah deh"

"Boleh juga, pilihan kamu memang terbaik, ya maklum juga sih kamu kan arsitek yang handal" Ucap Mas Alfian dengan memegang pipiku
Kemudian, malam telah tiba. Kami pun beristirahat karena kami cukup lelah setelah menerima tamu yang begitu banyak pada pernikahan kami siang tadi.

***

    Subuh telah tiba, kami terbangun dari tidur yang begitu nyenyak. Ini adalah kali pertama aku yang dibangunkan oleh suamiku untuk sholat subuh berjamaah, rasanya bahagia karena kali ini ketika aku terbangun aku bisa melihat suamiku yang berada disamping ku dan bisa melakukan sholat berjamaah bersama orang yang sangat aku sayang. Setelah sholat selesai, kemudian berdoa dan selanjutnya aku pun di cium keningnya oleh Mas Alfian. Setelah itu, aku segera menyiapkan sarapan, maklum, dirumah kami belum ada asisten rumah tangga untuk membantu ku karena kami baru pindah di rumah ini.

"Mas, sarapan dulu ya" Panggil ku dari dapur

    Mas Alfian yang mendengar seruan dari ku, segera turun ke lantai bawah dan menuju ke dapur.

"Wuahhh, Kayaknya enak nih" Ucap Mas Alfian dengan senyum

"Ya udah buruan, ini udah jam 6.30, kamu kan sebentar lagi pergi ke rumah sakit, dan aku juga pergi ke kantor"

"Iya iya sayangku"

"Oh iya ini teh kesukaan kamu, teh chamomile" Ucap ku dengan memberikan teh kepada Mas Alfian dan senyuman

"Terima kasih sayang, kamu tahu aja kesukaannya aku"

"Kan kamu sendiri yang bilang, dan Insha Allah sedikit demi sedikit aku bakal tahu semua kesukaannya kamu"

"Dan... Aku sebagai suami juga harus tahu banyak tentang kamu"

"Iya iya suamiku, ya udah dimakan dong, maaf ya kali ini masakannya sederhana cuma telur orak-arik"

"Nggak apa-apa kok yang penting ini semua bikinan istri tercinta" lanjut Mas Alfian "Emmm, enak banget ini sayang masakannya kamu"

"Yang bener? Makasih ya" jawab ku dengan memegang tangannya Mas Alfian

    Setelah kami selesai sarapan, kami berangkat ke tempat kerja kami masing-masing. Kami tidak mengambil cuti untuk bulan madu karena kami tidak memerlukan bulan madu atau jalan-jalan ke tempat yang romantis, karena bagi kami bulan madu yaitu tidak perlu harus pergi jauh. Ini adalah kerja pertama ku setelah menikah, rasanya ada yang berbeda, seperti semangatnya itu bertambah dan juga terkadang memikirkan untuk ingin pulang. Maklum, aku dan Mas Alfian adalah pengantin baru yang rasa kangennya itu masih sangat kuat, dan semoga rasa rindu ini akan selalu tumbuh selamanya.

    Di sisi lain, Mas Alfian yang bekerja di rumah sakit yang masih sama saat kami pertama bertemu, perbedaannya Mas Alfian bukan dokter pengganti lagi dari Dokter Faisal. Dia sangat semangat ketika memeriksa pasiennya.

"Wuahh, dokter senyumnya beda ya" Ucap salah satu keluarga pasien yang dirawat

"Apanya yang beda mbak?" Tanya Mas Alfian

"Aduh pengantin baru pura-pura nggak tahu. Ngomong-ngomong nggak ambil cuti dok?"

"Nggak mbak, Ambil cutinya nanti aja. Saya permisi keluar dulu ya, Alhamdulillah keadaan ibunya semakin membaik, semoga segera sembuh ya"

"Iya dok, terima kasih"
Saat jam istirahat, Mas Alfian menelponku.

"Assalamualaikum istriku tercinta"

"Walaikumsallam Suamiku, ada apa nelpon?"

"Cuma lagi kangen aja, lagian juga kan kita udah suami istri. Aku lagi kepengin nih masakannya kamu"

"Emm, masa iya aku pulang terus masakin buat kamu mas?"

"Iya nggak juga sih sayang, Kapan-kapan kamu bawain bekal aja buat aku ya"

"Iya Insha Allah ya"

     Kami terus beradaptasi satu sama lain, berdoa kepada ALLAH supaya selalu diberikan keberkahan dalam rumah tangga kami. Kami tidak akan pernah melupakan komitmen yang telah kami sepakati satu sama lain. Semoga Aku dan Mas Alfian selalu diberikan rasa Rindu, Kasih sayang selama-lamanya seperti kisah cinta Nabi Adam dan Siti Hawa.

Madu Dari Surga (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang