"Bersyukurlah kepada ALLAH SWT yang telah memberikan segala anugerah terindah"
-Unknow-Dua bulan kemudian, Mas Alfian yang seharusnya sudah pulang bertugas di Medan. Tapi, Mas Alfian belum menelpon ku bahwa dia akan pulang atau tidak. Aku selalu memikirkan keadaan Mas Alfian yang ada disana, aku rasa yang merasa kangen bukan hanya aku saja tetapi anak yang ada di dalam kandunganku juga sangat merindukan ayahnya. Kehamilanku saat ini sudah tujuh bulan, sekitar dua bulan lagi aku akan melahirkan anak kami.
Sebenarnya aku sudah mengambil cuti untuk tidak bekerja terlalu berat karena aku sudah merasa gampang lelah, tetapi karena aku merasa bosan ketika di rumah terus, aku pun masih tetap datang ke kantor.
"Mba Nadin, ko masih kerja sih? Kan udah ngomong libur, kasian loh Dede bayinya nanti capek" Ucap Sarah
"Nggak apa-apa kok, lagian mbak juga masih kuat kerja daripada bosan dirumah terus"
"Tapi nanti mbak nggak ikut untuk kontrol pembangunan kan?" Tanya Sarah dengan rasa khawatir
"Kalau mbak masih bisa, mbak ikut ko Sarah" Jawab ku
"Aduh mba jangan deh, kan harus naik ke lantai atas terus turun lagi naik lagi, aduh mending jangan mbak, takut nanti terjadi apa-apa" Ucap Sarah
"Kemarin kan udah periksa ke dokter, Alhamdulillah keadaannya baik-baik aja kok"
"Ya udah deh mbak, yang penting hati-hati ya nanti" Ucap Sarah
Sesampainya aku di sebuah apartemen yang sedang di bangun, aku yang sedang berada di lantai atas tiba-tiba merasakan sakit di perutku, darah keluar dan membuatku merasa takut dan berteriak minta tolong. Sarah yang juga berada di sekitar area yang sama dengan ku langsung berlari menghampiriku.
"Coba tolong hubungi ambulance, Cepet" Suruh Sarah kepada orang disekitar dengan memegang tanganku
Beberapa menit kemudian, ambulance telah datang dan aku langsung di gotong untuk masuk ke Ambulance. Aku merasa lemas dan merasa seperti mau mati. Dan beberapa menit kemudian akhirnya kami semua telah sampai di rumah sakit terdekat dari pembangunan apartemen. Sarah langsung menghubungi orang tua ku.
"Assalamualaikum tante, Mbak Nadin sekarang ada di rumah sakit"
"Kenapa Nadin?" Tanya ibu ku
"Sepertinya mau melahirkan Tante, tadi Mbak Nadin pendarahan"
"Oh ya udah makasih ya Sarah"
Ibu dan bapakku langsung datang ke rumah sakit setelah ditelpon oleh Sarah. Dan sesampainya di rumah sakit, Ibu ku menelpon Mas Alfian untuk segera pulang dari Medan.
"Alfian ini Nadin pendarahan loh, kamu belum mau pulang?" Tanya ibu ku di telpon
"Innalilahi, pendarahan? Terus gimana Bu sekarang keadaanya?" Tanya Mas Alfian dengan nada penuh kaget
"Sekarang Nadin lagi ditangani sama dokter, terus kapan kamu pulang?"
"Insha Allah lusa ya Bu, saya bakal pulang, karena lusa tugasnya baru kelar"
"Kamu tuh ya katanya mau jadi suami siaga, tapi di saat istri lagi kaya gini malahan nggak ada di sampingnya" Ucap Ibu ku marah dan langsung menutup telepon
"Sudah sudah bu, Jangan marah kita doain aja semoga Nadin baik-baik saja" ucap bapak ku yang mencoba menenangkan Ibu ku
Menit demi menit terus berjalan, orang tua ku dan Sarah yang sedang menunggu di ruang tunggu terus berdoa dan merasa khawatir karena belum ada kabar dari dokter. Kemudian dokter dan salah satu suster keluar dari ruangan persalinan.
"Bagaimana keadaannya dok?" Tanya ibu ku yang sangat khawatir
"Tenang toh Bu tenang sedikit" Ucap bapak ku
"Alhamdulillah anaknya telah lahir dalam keadaan prematur, anaknya berjenis kelamin laki-laki dan sangat tampan, tetapi anaknya mengalami kurang darah, kami harus segera mencari pendonoran darah bergolongan A, Semoga saja stoknya masih ada" Ucap Dokter
"Dokter stoknya darah golongan A Alhamdulillah masih tersedia dok" ucap suster
"Ya sudah segera berikan kepada bayinya ya" Suruh Dokter
"Lalu bagaimana dengan Nadin dok?" Tanya bapak ku
"Mbak Nadin sudah sadar dan tahu akan keadaan anaknya yang kekurangan darah" Jawab Dokter
"Terima kasih ya dok" Ucap ibu ku
"Ya sudah ya permisi kedalam dulu ya" Ucap Dokter
Beberapa menit kemudian, Orang tua ku dan Sarah boleh masuk ke ruangan persalinan untuk melihat keadaan ku yang masih terbaring lemas. Aku meminta untuk keluar untuk melihat anakku yang berada di ruangan khusus anak yang terlahir prematur dan aku ditemani oleh Sarah untuk melihat anakku. Aku keluar menggunakan kursi roda dan masih memakai infus yang menempel di tanganku. Sesampainya aku di ruangan tersebut, aku tidak diperbolehkan masuk. Aku dan Sarah hanya melihat dari luar ruangan dan melihat melalui kaca besar.
"Dia tampan ya sar, kaya ayahnya" Ucap ku dengan senyum dan menangis
"Iya mbak ganteng banget, perpaduan antara Mbak Nadin sama Mas Alfian" Jawab Sarah
"Seharusnya Mas Alfian ada di sini, seharusnya Mas Alfian yang mengasih darahnya untuk anaknya bukan dari orang lain, tapi sekarang dia nggak ada di sini" Ucap ku dengan terus menangis
"Sabar mbak, Katanya Mas Alfian pulang lusa kok"
"Udah terlambat sar, Dia harusnya ada di sini itu pada saat ini, dimana dia harus memberikan darahnya, mengadzani dan mengiqomatkan kepada anaknya, dia juga seharusnya ngasih nama untuk anaknya"
"Semua pasti akan indah pada waktunya mbak, dan Dede bayinya juga Insha Allah bakal terus membaik nantinya, sabar ya mbak"
Aku akan berada di rumah sakit sekitar 2 hari atau bisa lebih cepat jika semua keadaan ku dan anak ku sudah semakin membaik dan diperbolehkan untuk pulang. Aku memberikan nama untuk anakku yaitu bernama Yusuf Husain. Nama tersebut adalah kesepakatan ku dengan Mas Alfian.
Aku bahagia karena Si kecil telah hadir di dunia dengan selamat walaupun dia terlahir dalam keadaan prematur dan kekurangan darah, Yusuf sangatlah tampan, membuat ku semakin merindukan Mas Alfian yang sampai saat ini belum pulang. Tapi aku juga merasa gelisah dan berasa sedikit emosi dengan tidak adanya Mas Alfian yang berada di sampingku saat prosesi kelahirannya Yusuf.
"Kenapa Mas Alfian selalu seperti ini? Siapa yang salah?" Ucapku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madu Dari Surga (COMPLETED)
RomanceALLAH tidak akan memberikan Ujian diluar kemampuan hamba-Nya. Dan Percayalah, ALLAH SWT akan menghadirkan banyaknya kebahagiaan dibalik kesedihan yang menimpa. Sudah menemukan cinta malah akan dibagi? Yuk langsung aja baca ceritanya. ~•Nadin Rahmani...